{ Kenyataan Pahit }
• • •
Langkah kaki Laila berjalan tak beraturan. Rasanya wanita itu ingin sekali cepat-cepat bertemu dengan Leo, ia sudah sangat tidak sabaran.
Laila butuh mempersiapkan hati nya sekuat mungkin. Agar semuanya nanti bisa berjalan dengan lancar.
Ia hanya bisa berharap, semoga hasil yang akan didapatkan nya nanti tidak akan mengecewakan.
Laila tau, ini adalah sebuah keputusan besar dalam hidupnya.
Yang mana setelah sekian lama, akhirnya Laila memutuskan untuk mengutarakan perasaannya kepada Leo.
Seperti apa yang Karina bilang kepadanya, mau diterima atau ditolak, itu urusan belakang. Yang terpenting sekarang adalah, Laila harus bisa melepaskan beban itu dalam hidupnya.
Karina terpaksa melakukan ini. Meskipun Karin sudah tau hasilnya akan seperti apa.
Laila berjalan semakin cepat dan semakin cepat, hingga ia pun tiba ditaman tempat ia dan Leo berjanji untuk bertemu.
Laila melirik kanan kiri, dan tidak mendapati keberadaan Leo ditaman itu.
Apa Leo belum sampai? pikir Laila.
Setelah Laila menunggu beberapa menit, Leo pun sudah mulai terlihat oleh mata Laila.
Senyum Laila mengembang, menandakan rasa kebahagiaannya bertemu dengan Leo.
"Hai, La. Maaf yah nunggu lama"
"Iya, Le gapapa"
"Ngomong-ngomong, kenapa ngajak ketemuan?"
"Kan tadi pagi udah bilang, gue mau ngenalin lo sama seseorang"
"Mangkanya kalo ngangkat telpon melek dulu matanya" ledek Leo cekikikan.
Laila menyipitkan matanya ke arah Leo, sebagai tanda tidak terima diledek oleh Lelaki yang ada dihadapannya.
Biar bagaimana pun itu tetaplah salah Leo. Siapa suruh menelpon pagi-pagi buta begitu.
"Nyebelin ... maksud aku itu, siapa yang mau kamu kenalin?"
"Nanti juga lo tau" Laila mengangguk-angguk saja sembari menunggu kedatangan orang tersebut.
Hati Laila berdebar cukup kencang. Ia benar-benar merasa gugup. Benarkah yang dikatakan oleh Kinan tadi siang?
Ya Allah, pasti akan sulit bagi Laila jika memang hal itu terjadi.
Bahkan Laila akan bingung harus mengatakan apa jika benar itu adalah kedua orang tua Leo.
Tapi ada alasan apa Leo mau memperkenalkan Laila kepada Orang tuanya?
Hal yang cukup memusingkan. Mau dipikirkan beberapa kalipun, Laila tetap tidak bisa menemukan jawabannya.
"Mmm, Leo" Leo menaikan kedua alisnya ke atas.
Laila berniat untuk memulai perkataan yang seharus nya ia mulai sejak tadi.
Tapi entah lah, kenapa semakin lama ia berusaha justru getaran didadanya malah terasa semakin kuat.
Laila hanya berharap Leo tidak dapat mendengarkan suara degupan dari dadanya itu.
"Leo ... sebenernya" Lagi-lagi Leo menaikkan kedua alisnya ke atas sebagai tanda tanya.
"Leo, sebenernya aku"
"Lo apa?"
"Lo lagi ngidam nyebut nama gue ya, La? dari tadi Leo-leo doang tapi nggak ngomong-ngomong" perotes Leo pada Laila.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM
RandomIni adalah kisah Laila, seorang dokter cantik berbalut hijab yang memiliki wajah begitu memikat. Rasa cintanya pada seorang Laki-laki di masa lalu, mampu membuatnya menolak banyak lamaran dari Lelaki mapan, dan juga tampan. Bagi Laila tidak akan sem...