Main cast: Miyawaki Sakura, Kim Seokjin
Genre: Romance, Student/Teacher AU
Kim Seokjin's POV
Semua orang bilang, "segalak – galaknya Kim Seokjin yang bersahaja, suatu hari pasti takut sama mertua". Sebelum bertemu Sakura, aku belum pernah berpikir untuk menikah. Jadi aku tidak pernah berpikir soal mertua. Tapi aku tidak menyangka calon istri masa depanku punya ibu segalak ini.
Aku sedang mengunjungi rumah keluarga Sakura di komplek apartemen Gangnam untuk membicarakan rencana Sakura yang berhasil mendapatkan beasiswa jalur prestasi di Stanford untuk jurusan Astronomi. Ibu Sakura tidak dapat berkata apa – apa setelah melihat surat pengumuman yang dibawa Sakura mengenai beasiswa itu. Beliau tidak dapat lagi mencegah keinginan Sakura untuk menempuh sekolah tinggi di luar negeri. Awalnya beliau sudah mengikhlaskan hal itu, tapi mendengar bahwa Sakura akan tinggal berdua dalam satu apartemen yang sama denganku: seorang laki – laki 'asing' bagi ibunya, tetap saja membuat seorang ibu normal ingin memastikan laki – laki macam aku. Di sinilah aku, terdiam kaku menghadap pantry kecil dalam minibar keluarga Miyawaki. Aku melihat sosok ibu Sakura yang sedang menggunakan apron berdiri membelakangiku, sedang mengiris sesuatu.
"Ah, Pak Seokjin tunggu Sakura ya, dia masih mandi," ucap ibu Sakura membalikan badannya dengan sebilah pisau di tangan kanannya. Tampak tangan kirinya menggenggam sebuah terong yang sudah dikuliti. Sedikit ngeri aku menatapnya yang seakan sudah ingin mengulitiku.
"Mi..miyawaki-ssi, tolong turunkan pisaunya, hehe..." kataku sedikit terbata.
"Kenapa saya baru dengar ya kalau nanti Sakura akan tinggal berdua dengan anda di Amerika? Apa ini hanya lelucon? Pasti kalian bercandakan?" ucap ibu Sakura lagi.
"Em, itu, saya menawari Sakura untuk tinggal dengan saya di apartemen karena walaupun dia bisa saja tinggal di asrama, jam malam dan letaknya yang sedikit jauh dari komplek kampus akan menyusahkan. Kebetulan sepupu saya mengelola kafe tepat di belakang Stanford dan di lantai tiganya ada studio apartemen yang ditawarkan pada saya. Saya menawari Sakura untuk tinggal di sana bersama saya. Tentu saja beda Kasur Miyawaki-ssi. Anda tidak perlu khawatir mengenai hal – hal aneh," ucap Seokjin tanpa jeda.
"Kamu tau Seokjin-ssi, Sakura adalah anak perempuan saya yang sangat berharga. Saya hanya ingin dia bahagia dengan rancangan masa depan versi saya. Tidak perlu bekerja keras, dengan suami yang mapan. Tapi dia tidak mau dan melawan. Saya tidak bisa berkata apa – apa lagi kalau saya tidak punya alasan mencegahnya," ucap ibu Sakura terdiam. "Saya tahu anda dari keluarga bos suami saya, anda keluarga mapan, sesuai kriteria suami yang saya idamkan untuk Sakura. Tapi...saya belum mengenal anda. Bagaimana saya yakin anda tidak akan meninggalkan Sakura suatu hari nanti? Bagaimana saya yakin kalau Sakura akan berakhir menikahi anda atau bukan? Di sana Sakura tidak memiliki siapapun," ucap ibu Sakura.
"..." Aku terdiam. "Sakura memiliki saya Miyawaki-ssi," Aku tersenyum. "Saya berjanji saya akan melindungi Sakura, menempatkan dia sebelum diri saya sendiri. Saya yang akan menemaninya, menanyai tentang harinya dan memberinya kekuatan. Dia sudah menerima sikap saya yang kanakan, egois dan kadang tak berpendirian, Sakura jugalah yang membawa kembali keluarga saya yang sudah menjauh dahulu, kami bahagia karena telah bertemu satu sama lain. Saya sudah lama menunggu bertemu dengan gadis seperti Sakura. Bagaimana saya bisa melepaskan kesempatan ini?"
"..." Ibu Sakura terdiam sedikit terkejut dengan pengakuanku kemudian tersenyum. "Begitu..." ucapnya. "Kuharap kamu memaklumiku sebagai ibunya, ok? Bisa saya titip Sakura?"
"Tentu saja Miyawaki-ssi, itu kehormatan bagi saya," Aku tersenyum.
"Tapi kalau sampai anda menyalahgunakan kepercayaan saya," Nyonya Miyawaki meletakkan terong yang dibawanya dan memotongnya diatas talenan dengan kasar sampai tercacah tidak beraturan. "Anggap ini peringatan ya, Seokjin-ssi," tampak senyuman mengerikan dari wajah beliau.
"Siap, bu..." dengan wajah pucat aku menjawab.
"Wah anda cepat mengerti ya Seokjin-ssi. Nah anda mau minum jus terong belanda yang didapat ayah Sakura dari perjalanan dinasnya ke Indonesia tidak?"
"Anu, saya boleh request yang tidak ada terong – terongnyakah? Entah kenapa saya ngilu," ucap Seokjin.
"Ok, tunggu Sakura di ruang tamu ya," perintah ibu Sakura.
...
"Oppa tadi nggak diapa – apain ibukukan?" tanya Sakura menyerahkan ice coffee latte padaku.
"Em...tidak kok," ucapku ragu – ragu.
"Kurasa dia menyukaimu," ucap Sakura duduk di sampingku. "Oppa lolos wawancaranya dalam 15 menit dan membiarkanmu masukan," Sakura terkekeh.
"Aku sudah lolos?" tanyaku pada Sakura dengan mata terbelalak.
"Kurasa kalau ibu tidak setuju, dia tidak akan membiarkanmu masuk," ucap Sakura melingkarkan tangannya ke tanganku. "Nah sambil menunggu ayah pulang untuk makan malam bersama, oppa mau main playstation denganku?" ajak Sakura.
"Baiklah, tapi berikutnya aku harus ujian lagi dengan ayahmu kan?" tanyaku berdiri mengikuti tarikan tangannya.
"Ayah sih, tahu oppa anak dari presiden Sansong group langsung setuju," Sakura terkekeh.
Aku menghabiskan waktu bersama Sakura sambil menunggu ayah Sakura pulang. Mendekati makan malam, kami membantu ibu Sakura menyiapkan meja makan. Kemudian tidak lama setelah adik Sakura pulang sekolah, ayah Sakura datang. Tanpa banyak bertanya seperti yang kuduga. Aku sudah mendapatkan restu dari ayah Sakura.
...
"Nak Seokjin hati – hati dijalan ya," ucap ayah dan ibu Sakura melepasku pergi.
"Aku antar sampai depan," ucap Sakura memakai jaketnya. Kemudian kami berjalan keluar dari apartemen. Kemudian tiba – tiba sakura mengecup pipiku. "Oppa, terima kasih..., aku mohon bantuannya ya nanti di Stanford," ucapnya dengan rona merah di pipi.
"Aku juga..." ucapku tersenyum.
Kim Seokjin
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot: Sakura
RomanceKumpulan cerita fiksi Miyawaki Sakura I. Last Scene - Miyawaki Sakura x Kang Daniel/Jeon Wonwoo II. In This Blanket - Miyawaki Sakura x Jeon Jungkook III. Seoul88 - Miyawaki Sakura x Cho Seungyoun IV. Strawberries and Cigarettes - Miyawaki Sakura x...