Chpt 13 - Iblis

17.8K 1.8K 21
                                    

Di dalam ruangan itu, hanya ada 3 orang saja. Maya dengan sengaja menutup pintu dan berjalan mendekati dua orang itu. Dia langsung duduk di samping Rano dan menyentuh lengan pemuda itu dengan centil.

"Apa dia pacarmu?" Tanyanya sambil melihat ke arah Adeline.

Rano menggelengkan kepalanya. "Bukan pacar, tetapi Mama ku."

Maya dan Adeline langsung kaget di tempat. Adeline ingin memukul mulut bocor bocah ini, dia sudah melarangnya untuk jangan memanggilnya mama karena akan menyebabkan kesalahpahaman nantinya. Apa yang dia takuti benar-benar terjadi.

"Kalian berdua...menjijikkan." Ejek Maya dan langsung bangkit dari sofa. Sebelum dia bisa menyentuh gagang pintu, tubuhnya di tarik kuat dan di buang ke sofa kembali dengan kuat.

"Ahhh...kalian berdua!!" Maya akan berteriak marah. Dia ingin memaki keduanya, tetapi langsung diam seribu bahasa saat matanya bertabrakan dengan sepasang mata dingin biru gadis itu.

Adeline bergerak mendekat. Tangannya mengambil satu botol sampanye yang tutupnya sudah di buka, lalu menuangkannya di gelas bersih. Tindakannya seperti seorang putri bangsawan Eropa kuno, elegan dan indah.

Dia duduk di sofa lain dan saling berhadapan dengan Maya. Wanita berambut coklat pendek itu sudah sangat ketakutan dengan sosok gadis muda di depannya. Kekuatan mendorongnya juga bukan kekuatan untuk ukuran gadis muda, itu seperti pria kekar yang menarik dan melemparnya barusan.

"A-Apa yang kamu inginkan dariku!?" Tanyanya.

Adeline meminum cairan bening di gelasnya dan menarik matanya menatap wanita di depannya. "Kembalikan barang milikku."

"Ba...Barang apa?"

" Benda di lehermu."

Maya menyentuh kalung di lehernya. Dia menggelengkan kepalanya kuat. "Ini tidak bisa. Kalung ini sangat berarti untukku!"

Adeline menyipitkan matanya mendengar perkataan wanita itu. Dia melirik ke arah Rano. Pemuda di sampingnya langsung paham.

Rano memejamkan matanya beberapa detik dan membukanya lagi, ada lingkaran cahaya di pupil matanya berwarna biru.

[Energi murni terdeteksi!]

[Tingkat kemurnian : 100%]

Rano mengedipkan matanya beberapa kali dan cahaya di matanya menghilang. Dia menyenggol lengan gadis itu dan berkata padanya.

"Kalung itu sangat bagus."

Gadis itu kembali menatap ke arah Maya. "Benda itu milikku. Kembalikan atau kamu akan menderita."

"Tidak...." Maya masih ingin menolak. Dia memegang kuat kalung di lehernya. Tetapi seakan ada beberapa tangan bayangan yang menahannya, dia tidak bisa bergerak di tempat.

Tangan putih dan ramping perempuan di depannya bergerak dan kalung di lehernya langsung Lepas. Maya ingin berteriak meminta tolong, tetapi suaranya tidak keluar sedikitpun.

Adeline memegang kalung itu. Ada sebuah perasaan aneh tapi familiar yang berasal dari kalung ini dan itu sangat kuat. Dia berjalan keluar dari ruangan itu diikuti oleh Rano.

Maya bersiap untuk berteriak. "TOLONG-...."

Sebelum dia berhasil meminta pertolongan. Lehernya sudah di tebas oleh potongan kaca yang dilempar oleh tangan Adeline. Gadis itu tersenyum sinis dan berjalan pergi dari sana.

Dia tidak khawatir dengan kamera pengawas karena Rano akan menyelesaikan hal itu untuknya. Keduanya keluar dari Klub malam itu. Langka kaki mereka terhenti saat melihat sosok tinggi yang sedang menunggu di mobil milik Adeline.

Rano merasakan tekanan tidak mengenakkan dari pemuda didepannya, padahal dia hanya manusia biasa.

[Nilai Kesukaan Target : 30%]

Melihat nilai suka itu, Rano ingin memberitahu pada gadis itu, tetapi dia berhenti saat sepasang mata penuh ancaman di tujukan padanya.

Zack melangkah mendekati keduanya. Dia melirik antara keduanya, lalu pada Adeline. "Apa yang kamu lakukan disini?"

Pemuda itu ingin menarik gadis itu dan menanyainya perihal kemunculan dia di tempat yang menjijikkan ini. Tetapi dia ingat bahwa sikap gadis itu padanya sekarang sudah berbeda. Dia hanya bisa bertanya seperti ini.

Adeline memandang wajah tampan yang sedang menahan marah itu, dia langsung tersenyum sinis ke arahnya. Di bawah tatapan tajam Zack, dia menarik lengan Rano dan bersandar di bahunya.

"Kami sedang berkencan."














Bersambung....

THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang