"Adeline!"
Sebuah suara serak dan berat tiba-tiba muncul saat para murid berjalan melewati gerbang sekolah. Adeline dan Arthur baru saja keluar bersama, gadis itu membantu pemuda yang lebih tinggi darinya untuk berjalan.
Dia mengabaikan suara orang yang tadi memanggilnya, padahal para murid lain sudah menatap ke arahnya dengan penasaran. Saat Arthur sudah masuk ke dalam mobil pribadi miliknya, dia berbalik dan menatap gadis itu.
"Kamu tidak menemui saudaramu?"
"Tidak." Adeline berkata dengan acuh. Dia menutup pintu dan menyuruh sopir untuk mengemudi.
Dia bersiap untuk kembali ke mobilnya, tetapi tangannya di cegat oleh orang lain. Berbalik, dia bertemu dengan sepasang mata yang dingin.
"Ada apa?"
Sean menggertakkan giginya saat melihat kedinginan di mata gadis itu. Sosok dalam ingatannya tumpang tindih saat ini.
"Kamu...kenapa tidak membalas pesan yang ku kirimkan kemarin?"
"Haruskah?"
"Adeline!" Sean seperti di pancing emosinya karena sikap acuh gadis itu. "Apa kau mencoba menarik perhatian ku? Aku tidak akan terpancing dengan tipuan mu itu." Katanya.
Adeline membeku, tubuhnya gemetar karena kata-kata jahat pria itu. Padahal mereka bukan saudara tiri, Keduanya saudara kandung sedarah. Tetapi, sikap kedua kakak laki-laki 'pemilik tubuh' ini seperti menganggapnya pengganggu.
"Jika Kamu berpikir seperti itu tentangku selama ini, maka lakukan saja. Aku tidak peduli."
"Kamu-" Sean ingin mengatakan sesuatu, tetapi langsung diam saat melihat tatapan dingin gadis itu.
Mata Adeline seperti lautan dalam samudra. Tidak ada jalan keluar dari kegelapan saat kau masuk di dalamnya. Sean tidak pernah menyadari bahwa jika gadis itu mengabaikan mereka, akan terasa menganggu.
Adeline menarik paksa tangannya dan berjalan ke mobilnya. Saat dia akan masuk, tubuhnya malah di tarik dan di gendong dengan pelukan erat, memaksa dia untuk tetap di gendongan pria itu. Dia di bawa masuk ke dalam mobil milik Sean dan pria itu langsung menyuruh sopirnya mengemudi.
"Turunkan aku."
"Tidak."
"Aku tidak suka berdekatan denganmu."
"Aku juga...." Sean ingin bilang 'aku juga tidak menyukai mu' tetapi terhenti karena tenggorokannya terasa tidak bisa mengeluarkan kata-kata kejam itu.
Mobil hitam bernilai ratusan juta itu akhirnya sampai di depan sebuah mall besar. Adeline menatap ke luar jendela dengan tenang, tidak ada niat untuk turun dari sana.
"Turun," ujar Sean dan membukakan pintu untuk gadis itu.
Adeline menatap tangan yang di ulurkan padanya, tetapi tidak menerimanya. Dia menatap wajah tampan yang mirip dengan ayah mereka dengan bingung.
"Kenapa aku disini?"
"Belanja. Bukankah para gadis suka belanja? Ayo turun."
"Tidak."
"Apa? Kamu tidak suka?"
"Aku tidak suka belanja denganmu."
Sean diam dan memilih memenangkan emosinya yang mengamuk. Dadanya memompa lebih cepat karena dia sedang dalam emosi tidak terkendali. Tetapi, melihat betapa gadis itu acuh padanya, rasanya seperti dia sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya.
Adeline masih akan menolak ajakan pria itu, saat dia merasakan sepasang mata yang menatap ke arahnya dengan niat membunuh yang kuat. Gadis itu langsung keluar dari mobil dan mendorong tubuh Sean menjauh dari mobil mereka.
Boom!
Mobil mewah itu hanya dalam sedetik setelah dia mendorong Sean menjauh dari mobil, serta sopir berhasil keluar juga, kendaraan mereka meledak. Sean terpaku di tempatnya karena kejadian itu. Dia buru-buru bangkit dan memegang kedua bahu gadis itu. Matanya bergerak ke atas dan bawah, berusaha memeriksa setiap luka yang di deritanya.
"Kamu baik-baik saja?"
Adeline tidak menjawab. Gadis itu perlahan bangkit dengan ekspresi dingin di wajahnya. Dia berbalik dan melihat ke arah sosok yang sudah melarikan diri itu. Pembunuh ini menyimpan bom di bawah mobilnya tanpa di sadari oleh siapapun, jelas ini bukan seorang pembunuh biasa. Adeline tidak bisa menebak siapa yang menyewa pembunuh itu untuk membunuhnya, dia hanya bisa menunggu dalangnya keluar.
Sean yang melihat gadis itu diam tidak menjawab pertanyaan yang dia ajukan, berpikir bahwa dia ketakutan.
"Tidak apa-apa. Kita aman sekarang."
Adeline mendorong dada pria itu menjauh darinya. "Jangan sentuh aku.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/207797539-288-k965878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FUTURE
Fiksi IlmiahTidak ada salahnya untuk membenci sesuatu, tapi janganlah di bawa untuk selamanya dalam hidup mu. Seorang pembunuh dari ruang galaxy yang tewas karena sebuah kecelakaan, menemukan dirinya kembali hidup dalam tubuh seorang gadis muda. Dia dibenci ole...