✨Episode 20✨

5.7K 341 22
                                    

Ini lanjutan chapter 19 yah jadi harap baca dulu chapter sebelumnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam membaca.

Happy reading semua.....

Sebelum baca jangan lupa vote and comen ya guys.

Warning:Typo bertebaran.

****
"Juga setelah Kejadian itu Dia jarang Keluar" Lanjutnya sambil menatap lurus kedepan.

"Pasti yang waktu itu dikantin yah?" Tanya Vano, sekilas pria itu menatap Vano sebelum kembali menatap lurus kedepan "Saya juga tidak tau, mungkin Iya, Saya takut Vano, Saya takut jika adik Saya berbuat sesuatu yang Saya sendiri tidak bisa membayangkannya".

Sejenak Vano terdiam, Ia jelas tau apa yang dirasakan Pria di sampingnya ini, meski Vano anak tunggal tapi tidak dengan Fandy yang dulu memiliki banyak Adik apalagi Dia yang paling tua di antara anak-anak Panti lain jadi tentu saja Ia amat sangat mengerti perasaan ketakutan yang dirasakan oleh Orang disampingnya ini "Kenapa gak Lu dobrak aja pintu Kamarnya?".

"Udah tapi Dia malah ngusir Saya dan Orang Tua Saya" Ucapnya sambil tersenyum masam.

"Kasian banget sih Lu, coba aja Lu nasehatin secara baik-baik mungkin aja Dia bakal sadar".

"Udah Vano tapi Dia tetap tidak mau mendengarkan Saya ataupun Orang Tua Kami" Ucapnya pelan menghela napas panjang. "Saya sebenarnya sudah lelah dengan semua ini, Saya ingin bebas, Kamu tau Vano semenjak adik Saya pindah ke sekolah elit itu dan mulai berteman dengan anak-anak orang kaya disana, Saya dan orang tua Saya sering mendapatkan teror dari orang-orang tidak dikenal".

"Memang benar setelah Adik Saya berteman dengan mereka, kehidupan keluarga Kami menjadi lebih baik akan tetapi itu juga membuat kepribadian adik Saya berubah, Dia jadi tidak mau lagi berteman dengan Orang-orang yang tinggal di sekitaran Kami, Dia juga menjadi perempuan boros yang selalu membeli barang branded yang sebenarnya tidak terlalu penting untuknya" Lanjutnya panjang lebar.

"Menurut Kamu, apa yang harus Saya lakukan? apa Saya harus menyerah dengan keadaan ini? atau Saya harus bertahan sedikit lagi untuk membuat adik Saya menjadi seperti dulu" Ucapnya menatap wajah Vano dengan tatapan kosong.

Entah kenapa Vano tiba-tiba memiliki keinginan untuk memeluk orang di sampingnya supaya bisa menenangkannya namun sayangnya itu tidak bisa dirinya lakukan, malu lah coy yakali baru kenal main peluk aja apalagi sebelumnya mereka terlibat kesalahpahaman, jadi sebisa mungkin Vano menahan keinginannya itu.

"Gua ga tau tapi saran Gua mending Lu bertahan sedikit lagi demi orang Tua Lu, terutama untuk besok".

"Memangnya ada apa dengan besok?" Tanyanya sedikit bingung.

Vano tidak menjawab, Dia hanya memberikan surat undang kepada Pemuda itu yang Ia ambil dari dashboard mobilnya. "Baca" Titahnya.

"I__ini, ini pasti bohong kan?" Tanyanya terbata-bata setelah membaca tulisan di surat undangan tersebut. "Engga itu gak bohong".

"J__jadi ini benar?" Tanyanya memastikan.

Vano mengangguk sekali. "Yes, dan acaranya besok".

"Tapi kenapa adik Saya tidak di undang?".

Vano mengangkat bahunya acuh "Entah, coba tanya sama mantan calon adik ipar loh itu".

"Apa semua orang yang bersekolah disana di undang?".

"Gua gak tau ya tapi kayaknya engga sih cuma beberapa orang aja, itupun rata-rata dari anak yang orang tuanya bekerja sama dengan keluarga Felix".

"Kenapa begitu? Bukankah itu tidak adil Bagi anak beasiswa atau dari anak yang orang tuanya tidak memiliki koneksi dengan keluarga Felix? Bagaimana jika mereka ingin sekali menghadiri acara pernikahan itu tapi keinginan mereka harus pupus ketika mereka sadar jika orang tua mereka tidak memiliki koneksi dengan keluarga Felix?".

SAHABAT ANTAGONIS WANITA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang