Chapter 1

5.7K 396 286
                                    

Chapter 1
First Day

Sekumpulan siswa-siswi baru SMU Diwangka sudah nampak berkumpul di lapangan upacara dengan semangat 45 yang menggebu-ngebu. Seragam hitam-putih, dasi hitam dan almamater dengan warna senada. Merupakan pakaian kebanggaan mereka.

Hari ini untuk pertama kalinya, secara resmi akan diadakan upacara penyambutan siswa siswi tahun ajaran baru angkatan ke-30.

Seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda. Berusaha berlari dari jauh dengan napas yang tersenggal-senggal.

Upacara penerimaan harusnya di mulai 5 menit lagi. Lucy Ishani Fx atau sapaan akrabnya Lu. Terpaksa berlarian berangkat menuju sekolah dengan tergesa-gesa. Ia bisa saja pergi dan berangkat menggunakan bis jemputan Diwangka.

Namun sayang, pertengkaran hebat antara ia dan sepupunya Vivian pagi ini, membuatnya terpaksa ketinggalan bis jemputan.

Semua pertengkaran itu di mulai dengan tumpahnya susu coklat kesukaan Vivian di rok seragamnya. Gadis itu berusaha menyalahkan Lu dan memerintahnya membuat segelas susu yang baru. Tepat ketika bus jemputan Diwangka tiba di depan rumahnya.

Gadis itu bukan tidak sengaja melakukannya. Ya ... ia memang sengaja. Sengaja melakukannya. Gadis itu iri hati dengan Lu karena Lu bisa di terima di SMU Diwangka.

Anak mana yang tidak tahu tentang SMU Diwangka. Sekolah ini terdengar elit dan berkelas. Jika biasanya calon murid yang mendaftar ke dalamnya. Maka di Diwangka, mereka sendiri yang mencari muridnya—dan ini sangat membuat Vivian merasa iri bukan main.

Maka dari itu, gadis jahat tersebut ingin membuat Lu dalam masalah di hari pertama sekolahnya. Hobi Vivian adalah melihat orang tertindas, apalagi orang tersebut adalah Lu.

Gerbang utama sudah tertutup secara otomatis bila waktunya tiba. Lu mencoba memutar otak. Mencari cara untuk bisa tetap hadir di upacara penerimaan.

Tembok sekolah yang berdiri kokoh sangat tidak mungkin untuk di lalui Lu dengan cara memanjat. Tingginya hampir 5 meter. Kecuali Lu punya sepasang sayap kupu-kupu untuk bisa terbang melewatinya.

"Ini semua gara-gara Vivian!" ngerutu Lu dalam hati.

Gadis itu mengedarkan pandangan matanya ke segala penjuru. Berusaha menemukan sesuatu yang bisa menolongnya. Namun sayang, kawasan sekitar Diwangka sangat sepi.

Tak ada satu pun kendaraan yang di izinkan melintas, kecuali orang-orang yang bekerja di dalamnya. Kawasan itu terdengar elit.

"Tak ada cara lain. Gue mungkin harus panjat nih pagar. Tapi gimana caranya?"

Lu berpikir keras. Pandangan matanya ia edarkan ke daerah sekitar. Ia harap bisa menemukan sebuah tangga nyasar. Tapi itu jelas tidak mungkin bukan?

"Hey!! Lo terlambat juga?"

Lu membalik cepat begitu mendengar suara yang memanggilnya. Seorang cowok dengan seragam yang sama seperti Lu. Berdiri tak jauh dari gerbang sekolah.

"Seperti yang lo lihat," seru Lu, "lo tahu caranya masuk ke dalam Diwangka?"

"Tahu," jawab cowok tersebut.

"Gue nebeng."

"Enak aja. Lo cari jalan sendiri noh!!"
Lu mengabaikan penolakannya. Ia berlari mendekat ke cowok tersebut.

"Sesama murid terlambat. Lo dan gue harus kerjasama."

"Kalau gue gak mau?"

"Gue gak peduli!"

"Lo ini gak ada malunya!!"

"Sekarang gak ada waktunya buat malu-malu. Cepetan beritahu gue caranya masuk!" desak Lu

Penyihir Diwangka (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang