Chapter 4

2.2K 237 24
                                    

Chapter 4
Sapu Yang Bandel

Beberapa saat sebelumnya

Dexa dan Arsenal mengamati Lu yang semakin terbang meninggi ke udara. Beberapa pasang mata juga menyadari kesialan yang di alami Lu.

"Itu sapu yang buruk," gumam Dexa

Ia pun terbang menghampiri Arsenal. Menyadari Dexa mendekatinya. Membuat Arsenal tahu. Apa yang akan di ucapkannya.

"Gue gak mau terlibat," ketusnya sebelum Dexa membuka mulut

"Lo kayaknya salah masuk asrama dech, Ar. Lo harusnya masuk Clasimira atau Biranda. Karena lo bisa baca pikiran gue."

"Lo mau ajak gue nolongin dia?" tunjuk Arsenal ke arah Lu. "Dia itu selalu bikin masalah dan gue gak mau terlibat lagi," jelas Arsenal.

Dexa paham hal itu. Namun saat ini Dexa merasa Lu butuh pertolongan mereka.

"Gue punya firasat buruk," Dexa mengutarakan isi hatinya, "Gadis itu mungkin bakal jatuh tak lama lagi. Sebagai seorang Chaser kita harus menolongnya. Hanya lo dan gue yang gue tahu bisa melakukannya."

"Dexa," keluh Arsenal dengan malas, "Lo—"

"Kyaaa!!!"

Kalimat Arsenal terpotong. Kepalanya menengadah di atas. Lu telah terjatuh dari sapunya. Sesuai dengan apa yang di prediksi Dexa.

"Arsenal, ayo!" teriak Dexa seraya terbang tinggi ke udara. Mau tak mau Arsenal pun terpaksa mengikuti Dexa dari arah belakang.

Arsenal dan Dexa terbang mengambil posisi di atas udara. Keduanya menukik untuk memprediksi ke arah mana Lu akan terjatuh.

"Lo bagian kanan. Gue bagian kiri!!" teriak Dexa di udara. Arsenal mengganguk kecil.

"Hitungan ketiga!!" teriak Dexa, "Satu ... dua ... tiga!"

Dexa dan Arsenal berhasil meraih tubuh Lu. Masing-masing dari mereka memegang pergelangan tangan Lu dengan sangat kuat. Nyaris memiringkan mereka dari atas sapu.

Namun karena berat beban yang mereka bawa dan sapu yang rada susah di atur. Membuat keduanya menjadi sulit mengendalikan sapu terbang yang sedikit tidak mau di atur.

Lu sudah pingsan sebelum ia mencium tanah. Dexa dan Arsenal sepakat untuk terbang secara perlahan-lahan ke bawah. Mereka terus terbang turun dengan bersusah payah menahan berat badan Lu dan menyeimbangkan sapu.

Di bawah beberapa anak Biranda menunggu kedatangan Lu dengan tidak sabaran. Seseorang dari klan Lazuardi telah menyihir sebuah tandu untuk terbang mendekat.

Nora yang berada tak jauh. Menahan kesal dengan wajah yang memerah.

"Cari perhatian," desisnya dengan kesal.

Sir Flaningan terbang mendekati tandu. Wajah Lu sangat pucat. Sepertinya ia benar-benar syok terjatuh dari tempat yang sangat tinggi.

"Kelas di bubarkan!!!" teriak Sir Flaningan pada semua orang. "Tuan Alkali," seru Sir Flaningan. "Ayunkan tongkatmu untuk membawa gadis ini ke ruang pengobatan."

Arsenal mengutuk diri Dexa dalam hatinya. Sekali terlibat ia malah terlibat lebih dalam lagi.

.
.
.

Detik demi detik berlalu. Lu mulai merasakan kesadarannya telah kembali. Hal pertama yang di lihat olehnya adalah nuansa serba putih. Ruangan yang familiar. Ruangan yang sama saat ia pingsan karena di hukum Ragil.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" Madam Olive mendekat saat menyadari Lu telah siuman.

"Apa yang terjadi?"

Penyihir Diwangka (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang