10

4.8K 553 74
                                        

🌡⚾🃏-

Ayah muda itu ngaduk mie instan-nya yang udah matang. Disebelahnya ada Jaemin yang baru aja buka bumbu mie instan-nya sambil narik ingus dan bersi-bersin karena bumbu bubuk mie instan-nya Jaemin membuka mulut.

"Ayah, emang aku boleh ya makan mie instan lagi sakit gini?" Karena seinget Jaemin, Siyeon selalu marah kalau lihat dia lagi sakit maupun enggak makan mie instan.

"Emang kenapa enggak?" Habis jawab gitu Jeno buang bungkus bumbu mie instan-nya. Jeno dongak buat ngeliat keadaan Jaemin.

Hidung makin merah ditambah air mata yang menggenang dibawah dua pelupuk mata Jaemin. Bibirnya merah pertanda mau sakit tenggorokan.

"Astaga.."

"-Ayah mataku periiiiih!" Rengek Jaemin sembari ngusap kedua matanya. Kedua matanya serasa amat berat kayak belum ketemu tidur seharian ditambah kepulan asap dari mie instan yang ngelewatin matanya.

Jeno ngeringis pelan, bergerak ngusap rambutnya bingung karena tahu kondisi kaya gini gak ada Siyeon yang sigap ngurusin Jaemin. Kalau kayak gini Jeno gak tau harus ngapain. Jadi inget waktu dia hampir matahin tangan Jaemin pas disuruh ngebedong anaknya waktu bayi.

"Permisi pak-"

Seseorang nepuk pundak Jeno yang dibalut kaos turtleneck dark grey. Dia pun langsung noleh bersamaan sama Jaemin dan langsung dilempari senyuman hangat dari perempuan yang sepertinya amat jauh lebih tua dari Jeno.

"Maaf pak saya keliatan ikut campur, tapi saya denger-denger anak bapak lagi sakit ya?" Ujar perempuan tersebut sembari tersenyum. Fakta menarik yang jaemin tangkap jika perempuan ini memiliki bentuk mata yang agak sama seperti milik Jeno. Wow.

"E-eh iya."

Perempuan tersebut beralih menatap Jaemin. Melangkah mendekat kearah Jaemin lalu menaruh telapak tangannya pada dahi Jaemin. Kerutan pada dahinya tercetak jelas.

"Kamu demam ya?" Tanyanya yang dijawab anggukan oleh Jaemin. Sedang di belakang sana, Jeno hanya diam tak berkutik.

Perempuan tersebut merogoh tas hitam yang ia bawa. Mengeluarkan botol hitam kecil dengan label bertuliskan label tulisan tangan 'demam untuk dewa dan juna'. Lalu mengeluarkan sendok kecil yang masih berada dalam balutan plastik kecil.

"Pak, anaknya saya minumin ini gimana? Ini obat racikan saya sendiri pak, gak sembarangan kok pak saya memang bisa meracik obat. Obat ini khusus demam sering dipakai sama anak sulung dan bontot saya, dan manjur. Tapi kalo bapak gak percaya ya gapapa." Ucap perempuan menunjukkan botol miliknya ke arah Jeno.

'Bolehin aja kali ya? siapa tau sembuh kan?'

dengan itu Jeno mengangguk mantap, "iya bu, gapapa. saya gak ngerti lagian harus ngapain anak saya demam." Jawabnya mempersilahkan. Jadi orangtua yang gak bisa ngurus anak dengan baik emang susah.

Perempuan tersebut tersenyum, sembari membuka obat sirup tersebut dan menuangkannya dalam sendok takaran yang ia bawa ia kembali berbicara.

"Saya paham kok, jadi ayah muda itu sulit." Ucapnya, menyerahkan sendok takaran tersebut pada Jaemin dan segera diminum oleh pemuda yang tersangka sedang demam itu.

"Omong-omong, bapak mirip sekali sama anak bungsu saya. Tadi pas lihat saya kira anak saya lagi sama temennya."

"Anak ibu seumuran sama saya?" Jeno jadi penasaran. emangnya ada yang bisa nyamain kegantengan dia?

"Anak saya masih SMA, sebenarnya sih dia sudah kuliah. Tapi karena pernah berhenti sekolah jadi masih SMA tingkat akhir. Anaknya mirip sekali pokoknya sama bapak, bibirnya, matanya, hidungnya, duh mirip!" Ceritanya heboh.

training wheels ft.nominWhere stories live. Discover now