trigger warning!rape
chapter ini berisi adegan nsfw. di mohon untuk skip adegannya kalau kalian merasa tidak nyaman. terimakasih.
🌡⚾🃏—
"Jadi, gimana nyonya serakah? apa sudah puas mencelakakan diri sendiri?"
Kopi hitam di genggamannya ia sesap masuk melewati bibir tipis merah muda. Kekehan kecil dari sudut bibir pria berkacamata itu membuat emosi Siyeon yang tadinya redam kembali memuncak.
Menjijikan.
Siyeon tidak pernah menyangka jika ia akan bertemu di tempat yoga nya dan kini diculik ke sebuah café untuk bertatap muka dengan pria yang beberapa hari lalu mengunjunginya dan hampir membunuhnya.
"Padahal kalau kemarin suami itu datang telat kamu bisa mati dan masalah ini gak perlu repot-repot kamu tau," kata pria itu.
"Pasangan suami istri yang tolol."
Siyeon bungkam. Ia tidak berniat untuk membalas kalimat pria di hadapannya yang berujung perdebatan tanpa hasil.
"Siyeon." Panggilnya.
Tidak ada respon dari si pemilik nama.
"Siyeon, saya lagi gak main-main." Dengar kalimat itu, siyeon perlahan dongak dan natap pria berpipi tirus berkulit pucat itu.
"Saya bisa bantu dia.. Jeno.. untuk sembuh-"
BRAK!
"KAMU SELAMA INI TAHU KALAU JENO MASIH SAKIT?! DAN SENGAJA GAK BILANG SAMA SAYA? IYA?" Wanita hamil itu naik pitam.
Rasa sesak menjalar di area dadanya. Sesaat ia menjadi pusat perhatian pengunjung dan pekerja cafè. Pria di hadapannya memasang wajah terkejut campur panik.
"Tunggu dulu, Siyeon. Saya gak seburuk yang kamu kira." kata pria kacamata itu.
"Kamu orang terburuk yang pernah saya temui," Siyeon melempar tatapan sinis.
"Koreksi, saya terburuk kedua setelah kamu." ucapnya disertai seringaian.
"Saya bisa bantu masalah kamu. Tapi saya minta jaminan."
Siyeon mengernyit, "Jaminan apa?"
"Anak saya. Saya mau ambil anak kandung saya."
🌡⚾🃏—
Jaemin itu cantik, kulit putih bersih macam porselen. Gen dari sang Bunda, bibir tipis ranum yang seringkali pecah-pecah, hidung kecil menggemaskan. Berbeda dengan kebanyakan remaja laki-laki lainnya Jaemin memiliki postur tubuh yang terbilang aneh. Ramping, dada nya tidak sebidang remaja laki-laki pada umumnya. Juga tulang selangka yang menonjol.
Di tubuh bawahnya, Jaemin memiliki kaki yang jenjang bak model perempuan. Bulu kaki yang tidak kontras dengan kulit tubuhnya seperti kebanyakan kaki perempuan.
Tidak tahu harus menyebut tubuhnya sebagai anugerah atau kesialan.
Ia mulai memejamkan kedua matanya menikmati tubuhnya yang terendam air bercampur sabun cair wangi semerbak bunga. Ia memasuki alam bawah sadar. Tertidur di dalam bathtub.
Suara pintu kamar mandi yang pelan terbuka tidak ia hiraukan.
Terlalu nyenyak di alam bawah sadarnya hingga air di dalam bathtub bergerak tanda jika seseorang telah memasuki bathtub nya,
Hingga ia membuka indra penglihatannya saat seseorang menindih kedua kakinya dan mencengkram kedua tangan ringkih nya kuat-kuat sembari tertawa gemas di hadapannya.
"Ayah?"
Jaemin tidak bisa menahan nada gemetar suaranya. Ia berusaha segera keluar dari bathtub saat jeno semakin menertawainya.
Jaemin ketakutan. Dahi anak tersebut berkerut seakan meminta penjelasan pada Jeno apa yang sedang ayahnya lakukan.
Cengkraman semakin kuat dan Jaemin hanya bisa meringis saat kedua kaki semakin ditindih. Ia tidak akan bisa keluar dengan mudah dari bathtub jika posisinya seperti ini.
Demi apapun anak itu ketakutan setengah mati saat sang ayah tidak menyahuti panggilannya, malah beralih membelai perut bawahnya serta pinggul kecilnya. Jaemin mulai panik dan terisak pelan saat tangan besar sang ayah bergerak menuju bagian selatannya. Ia benar-benar berusaha untuk bangkit dari bathtub saat menyadari situasi mulai bahaya.
"Jaemin, diam."
Bentakan dingin dari Jeno membuat seluruh tubuh anak itu seketika melemas. Air mata tidak bisa dibendung lagi oleh kelopak matanya, perlahan keluar menuruni pipi.
Seakan tidak menyadari anaknya mulai terisak, Jeno melanjutkan kegiatan nya. perlahan ia meremas kemaluan anaknya yang tidak terbungkus apapun. Memainkan jari telunjuknya di sekitaran lubang kencing jaemin. Menekannya tanpa peduli reaksi dari sang anak.
"Sshhh-- a-ayaahh!" Jaemin mendesis saat merasakan kemaluannya berdenyut aneh. Ia merasa seperti akan buang air kecil.
Ini semua salah.
Seharusnya Jaemin mengiyakan ajakan Siyeon untuk menemani sang bunda pergi yoga.
"A-ayah! Hicc! B-berhenti!"
Dan sekarang, ia tidak bisa melakukan apapun selain pasrah dengan Jeno yang mengerjai tubuhnya.
Kedua kakinya seakan mati rasa dan tidak bisa digerakan. Jaemin hanya bisa terus terisak saat Jeno bergerak mendekatkan wajah tampan nya ke tulang selangka jaemin lalu menjilat nya dengan sensual.
Ini menjijikan.
Jaemin memekik kencang tatkala pinggang rampingnya terangkat meninggi oleh satu tangan Jeno, ia merasakan sesuatu tengah menerobos paksa masuk ke dalam lubang analnya. Nafasnya memburu. terlalu sempit hingga tidak ada celah untuk air di bathtub ikut masuk ke dalam lubang analnya.
Sepasang ayah anak itu menyadari warna air dalam bak yang mula nya tercampur sabun kini kusam karena campuran darah kemaluan Jaemin.
Jeno menyadari, ia menyeringai puas, kemudian lanjut bergerak menghentakan kasar bagian selatannya ke dalam Jaemin.
"Aah! ayah!!"
🌡⚾🃏
—training wheels—
iya maaf yang ini sempet ilang. ni aku balikin.

YOU ARE READING
training wheels ft.nomin
Fiksyen Peminat❝Love everything you do, when you call me fucking dumb for the stupid shit i do❞ They say love made the danger in you look safety.