Bab 11: Little Prince

1.8K 230 15
                                    

BUK

Sesuatu telah jatuh menimpa tanah. Bukan satu melainkan dua. Setelah sampai di darat kemudian mereka terguling-guling. Suaranya tidak kencang, melainkan kecil. Untuk pendengaran normal mungkin hanya sekadar bunyi buah-buahan jatuh.

Namun kenyataan, sosok itu bukanlah buah ataupun benda mati. Mereka bisa bergerak, bahkan mengaduh karena merasakan sakit di sekujur tubuh padatnya. Lalu dia tercengang setelah mendapati bahwa pepohonan dan bebatuan telah membesar. Dia pun terlonjak, "Akh, Eldora! Pohonnya jadi raksasa!"

"Bukan pohonnya, tetapi kau yang menciut, Pangeran," jawab Eldora sambil menggerakkan kepala dari kiri ke kanan. Si naga yang ikut-ikutan mengecil itu mencoba bangkit dari rasa terkejut.

"Ah?! Aku menyusut? Bagaimana bisa?"

"Kau akan menyusut setiap kau mengucapkan kata 'cilik.' Apa pangeran lupa?" Naga api Eldora berusaha berdiri dengan keempat kakinya. Hantaman ketika jatuh tadi cukup keras, tapi dia masih kuat. Dua sayapnya pun bisa digerakkan meski agak kesakitan.

"Sebelum jatuh, panah emas terus mengikuti kita? Dan dengan cepat melesat di depan wajahku, nyaris menggores kulitku. Gara-gara itu aku terkejut dan tanpa sadar mengucapkan 'cilik.' Lihatlah, sekarang aku menyusut."

"Khikhikhi, kau mengecil lagi setelah sekian lama."

Pangeran lantas membungkam mulutnya dengan tangan, "Aku lupa. Aku tidak boleh mengucapkan kata itu. Tapi apa boleh buat, panah emas Yunda Ostha sangat merepotkan. Aku tidak mau mati muda, karena aku harus memastikan kangmas Leik hidup dengan benar."

"Aku bosan terus-menerus mendengarmu membicarakan pria itu seolah kau peduli di belakang, tapi benci di depan."

Pangeran Alingga merangkul leher Eldora. "Ini namanya taktik dalam bercinta, kau tahu? Apalagi Raja Rugyan termasuk pria yang arogan, egois, kejam, tetapi-----" Pangeran menghela napas sejenak, "sayangnya dia tampan. Sebagai pria tampan yang punya nomor, kira-kira dia ada di urutan nomor 1."

"Nomor 1 menurutmu. Si tampan yang arogan, egois, kejam----kau memujinya lagi. Ya, aku tahu. Hey! Coba puji pelana baruku yang bagus ini!" Eldora membusungkan dada agar pelana baru miliknya terlihat. "Ini pelana emas di atas bulu angsa. Pelana dari Raja Merapi membuat tubuhku hangat juga terlihat tampan."

"Kau memang tampan. Sekarang ayo bersiap! Kita akan cari Raja Rugyan."

Berbanding terbalik dengan dia yang bersemangat, naganya justru ogah-ogahan. Naga merah itu malah menaruh kepalanya ke tanah dan mengambil posisi nyaman untuk tidur. Kelopak matanya terpejam serta sayapnya turun dengan halus. Telinganya mencoba mengabaikan suara pangeran yang sedari tadi mengganggunya.

"Eldora, bangun! Kau malah tidur! Ayo bangun dan kita pergi mencari Kangmas Leik!" Pangeran menarik-narik sayap Eldora, tetapi naga itu bergeming.

"Bagaimana kalau kita beristirahat sebentar di sini? Bayanganmu tidak akan pergi ke mana-mana. Kalau jodoh, kalian pasti bertemu." Eldora menguap sambil merentangkan keempat kakinya. Setelah mendengus keras, dia kembali menjatuhkan tubuhnya seolah tanah adalah kasur berbulu.

Tempat tidur Eldora adalah di atas meja batu yang dikelilingi oleh batu berbentuk taring. Batu itu berkilauan karena mengandung pasir permata. Terkadang jika sedang bosan, dia akan tidur di atas bantal khusus di kamar pangeran. Tempat tidur keras atau lembut tidak masalah baginya.

Namun, pangeran ingin cepat-cepat mencari cintanya yang pergi berkelana. Katakanlah dia terlalu terobsesi pada pria itu dan tidak ingin pergi jauh dari sisinya. Jadi dia menarik tali kemudi di leher Eldora sekali lagi----oh bukan, melainkan berkali-kali sampai naga merah itu terus terusik dan menyerah pada keinginan sang majikan.

Wedding Proposal The King Of RugyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang