Chapter 17: Figth for Lovers

1.6K 185 64
                                    

"Kau adalah mangsaku."

"Dimas?" panggil raja.

Raja Rugyan menatap sang kekasih dan dia pun tak tahu apa yang terjadi.

Suara barusan bukan berasal dari mulut pangeran, karena bibirnya tidak bergerak seincipun. Mata galaksi pangeran jua masih bersembunyi di balik kelopaknya. Tidak ada indikasi dia akan merespon walau raja memanggilnya sekalipun. Seperti pangeran tengah menahan sesuatu, tubuh mungil itu bergetar. Setelahnya, terdengar tawa. Tawa dingin yang mampu membuat bulu kuduk bangkit dari rebahnya.

Bila bukan pangeran, lalu siapa?

Raja mengarahkan pandangan ke gelapnya langit. Tanpa diduga, ada sebuah bola api melayang. Dia berputar-putar di sekitar sungai. Raja memiliki firasat buruk, maka dia menyudahi semedi, lalu bangkit. Namun sayangnya, ketika pria itu masih menerka-nerka makhluk apa itu, bola api menyambar Pangeran Alingga dengan cepat.

"Alingga!"

Raja Rugyan merentangkan ke dua tangan, lalu diputar ke depan dada untuk menghimpun energi. Dengan kekuatan yang dimiliki, dia memukul si bola api. Mungkin ini roh jahat. Raja dapat merasakan aura negatif pada bola api itu.

"Aswa! Eldora!" Teriak raja memanggil dua abdi yang tengah terlelap.

Menyadari apa yang sedang terjadi, Aswa mengerti jika raja sedang membutuhkan bantuan. Segera saja, sosok prianya berubah menjadi wujud siluman kuda sembrani. Dia lantas terbang ke hadapan raja.

Raja menyambut. Dia duduk di atas kuda mengejar bola api, dengan harapan dapat menangkapnya. Namun agaknya tak mudah. Bola api itu terus menghindar dan hanya mengajaknya berputar-putar. Raja geram bukan main, karena sepertinya dia tengah dipermainkan.

Duagh

Bola api terhempas, seperti bola dipukul sembarang karena terkena kekuatan raja. Namun dia tidak serta merta pergi. Dia mencari celahnya. Bola api yang tidak diketahui wujudnya itu kembali bergerak. Kali ini lebih cepat. Ketika Raja lengah sedikit saja, dia terbang menuju arah pangeran yang dijaga Eldora.

"Jangan coba-coba mendekati pangeran!" Eldora menyemburkan lidah api. Sayangnya, serangan Eldora hanya membuat musuh menjaga jarak sejauh beberapa meter. Karena tidak ingin membahayakan pangeran, Eldora mengangkat kedua sayapnya dengan membawa serta pangeran di punggung.

Di langit bermandikan cahaya rembulan, Eldora terbang untuk mencari aman. Sialnya ada bola api mengejar. Di belakang bola api, Raja Rugyan tak kalah menakutkan. Pria itu siaga dengan kujang teracung. Raut wajah di balik topengnya nampak sangat serius.

Pada dasarnya Eldora bisa melawan, tetapi keadaan tidak memungkinkan. Tubuh si naga saat ini mengecil. Kekuatannya terbatas. Berkelahi dengan makhluk tak jelas bentuknya adalah hal bodoh. Jadi yang dapat dia lakukan hanyalah menghindar dan menghindar. Tanpa disadari dia membawa rombongan kecil itu berkeliling di sekitar sungai laiknya arak-arakan.

Pangeran Alingga sendiri masih menutup mata. Seolah dia sedang berada di kamar istana dengan selimut dan bantal yang empuk. Dia bahkan tidak menyadari tubuhnya dibawa Eldora ke mana-mana, juga tak mendengar kegaduhan. Di detik berikutnya suara dengkuran halus menjadi alunan pengiring selamat tidur dari bibir pangeran, sekaligus penanda bahwa pangeran tidak akan terbangun dalam waktu dekat. Tangan mungil pangeran pun bergerak mencari kenyamanan dan sesuatu untuk digenggam. Dia memeluk tubuh Eldora yang terlindungi oleh baju zirah.

"Hm. Lembut. Bangunkan aku pagi-pagi. Aku mau menyusup ke dalam kandang Phoenix. Aku mau meminjam bulunya," gumam pangeran seraya mengeratkan pelukan. Merasakan halusnya bulu angsa di baju zirah milik Eldora, membuat pangeran enggan terjaga.

Wedding Proposal The King Of RugyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang