BAB 13: Prince's Anklet

2K 223 23
                                    

Jika bunga sanggup bermekaran, seperti itu jua hati pangeran. Dia ingin berteriak kegirangan, namun apa daya, yang terjadi justru dia hanya diam mematung. Tak pernah terpikir olehnya bahwa Raja Rugyan akan bertindak lebih dulu. Dia ingin berteriak, maka dengarlah jeritan hatinya, 'Raja menciumnya!' Rasa ini sungguh luar biasa.

Eh, tunggu dulu! Sepertinya ada yang janggal.

Ketika pangeran tersadar dari sesuatu yang indah, kedua matanya membola. Bibir pangeran memang mungil dan kalah saing dengan bibir raja. Tentu saja karena ukuran tubuh mereka berbeda. Hasilnya bukan hanya bibir pangeran yang bersentuhan, melainkan semua bagian wajahnya. Ya, semuanya. Bukankah itu memalukan? Apalagi dengan sengaja raja menekan kepala pangeran agar wajahnya terhimpit.

Ilusi bentuk hati merah muda nan indah yang semula bertebaran, kini meletus laiknya balon.

DOR!

Lalu setelahnya tergantikan oleh rasa geli dan dingin menerpa kulit. Oh, tidak! Lidah raja tengah mengusap pipinya. Apa yang sebenarnya raja pikirkan? Apa pria itu berhalusinasi sedang memakan permen?

Pipi kanan dan kiri pangeran basah oleh air liur raja.

"Apa yang Kangmas lakukan?" Pangeran Alingga mengusap-usap kedua pipinya. Untuk ukuran remaja laki-laki, pipi pangeran tembam dan sedang merona. Tentu saja karena hatinya tengah berbunga-bunga. Apalagi ketika dia mengecil, pipinya terlihat semakin bulat. Raja tak kuasa menahan hasrat untuk menjamahnya.

"Kau menggodaku."

"Apa?!"

"Pipimu yang bulat, memintaku untuk dijilat."

"Tidak mungkin!"

"Kau ingin mengatakan bahwa aku berbohong, Dimas?"

"Kata-katamu terdengar mustahil, Kangmas."

"Rasanya aku ingin memakanmu," kata raja seraya menjilat lagi pipi pangeran.

Dua tangan Pangeran Alingga menahan wajah raja, lantaran dia tidak terima atas perlakuannya. Antara senang dan geli dia berteriak, "Jangan dekat-dekat! Menjauh dariku!"

"Tidak bisa. Ini konsekuensi yang harus kautanggung karena sudah menggodaku."

"Sekali lagi kukatakan, aku tidak sedang menggodamu!"

Raja menegakkan tubuhnya. "Nah, mari kita perjelas. Kau bilang ingin diantar pergi ke kawasan Suku Peri. Aku setuju asal dengan satu syarat. Apa yang kulakukan barusan adalah syaratnya. Setelah itu, aku akan pergi. Raja pantang mengingkari kata-katanya."

Raja memperhatikan reaksi pangeran. Si pangeran yang bertubuh sekecil boneka vodoo berkata tidak, tetapi wajahnya merona. Jelas terlihat bahwa pangeran masih saja misuh-misuh di atas telapak tangan raja sembari mengelap wajahnya. Melihat ini, raja semakin ingin menggoda pangeran, jadi dia menekan-nekan kepalanya dengan jari.

"Berhenti bermain! Aku merasa dilecehkan." Pangeran menampik jari raja, tetapi pria itu malah menoel-noel pinggangnya.

"Kau yang bermain-main sejak tadi. Jadi----mau diantar atau tidak? Kangmas masih banyak urusan."

Pangeran menangkap jari raja yang menggelitiki pinggangnya. Apa yang dilakukan raja sangat mengganggu. Dia lalu berteriak, "Iya, tentu. Antar aku!"

Pangeran Alingga duduk kembali di atas naganya. Punggungnya tegak lurus dan terlihat anggun. Bibir merah muda pucat milik pangeran tak henti-hentinya tersenyum. Sesekali dia bersenandung riang.

Sudah lama sekali mereka tidak pergi bersama. Pangeran ingat, dulu Leik Rakmaronk sering berburu dan dia akan mengikuti ke manapun pangeran muda Rugyan pergi. Atau jika tidak, Leik Rakmaronk lah yang akan menuruti ke manapun Pangeran Alingga kecil inginkan, meskipun dengan cara sedikit memaksa dan merengek. Biasanya Leik Rakmaronk akan membiarkan pangeran duduk di atas bahunya, lalu mereka akan berkeliling pasar. Di atas tubuh pangeran muda yang tinggi, pangeran kecil jadi dapat melihat ke segala arah.

Wedding Proposal The King Of RugyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang