Bab 12: The Romance

1.9K 229 50
                                    

Raja Rugyan dan Pangeran Alingga tidak saling bicara selama beberapa waktu. Di balik topengnya, raja tengah menahan marah. Biasanya dia selalu melampiaskan apapun caranya. Dulu dia akan bermain-main dengan selir pria, melenyapkan nyawa hewan peliharaan, atau adu ketangkasan dengan para patih.

Rasanya dia ingin menindas. Apalagi sekarang tubuh pangeran mengecil. Sungguh sasaran empuk. Dia bisa mempermainkan pangeran dengan sangat mudah. Rasanya menggelikan melihat tubuh pangeran. Pasti pangeran hancur dalam sekali genggam.

Tapi----ke mana perginya sifat arogan itu? Seolah semua berbeda. Raja hanya diam, sambil sesekali melirik Pangeran Alingga yang terbang di atas Eldora seperti nyamuk.

"Apa Pangeran membuat Raja marah?" tanya Aswa tanpa susah payah menyembah seperti sepantasnya abdi kepada junjungannya.

"Hey, yang sopan kalau bicara dengan Pangeran," Eldora menimpali, lalu dia terbang ke depan wajah Aswa.

"Ah! Ah! Panas, panas! Hati-hati dengan lidahmu!" Aswa menepuk-nepuk ujung hidungnya karena Eldora baru saja menyemburkan api. Hanya sedikit kekuatan, tetapi Aswa sudah kepanasan.

"Eldora, jangan begitu!"

"Si kuda ini yang lebih dulu lancang pada Pangeran."

"Hey, aku hanya bertanya apakah pangeran sudah membuat Prabu marah? Lihatlah, aura Prabu terlihat suram sejak kau dan pangeranmu datang. Pasti telah terjadi sesuatu."

"Kau menyalahkan kami? Aura majikanmu dari dulu memang sudah suram. Tidak seperti Pangeran. Auranya merah jambu terkadang putih."

"Berani sekali kau bicara begitu tentang Prabu? Prabu sakti. Bisa-bisa kau dihabisi olehnya."

"Aku tidak takut. Pangeranku juga sakti. Dia kebal pada api."

Aswa mendengus kesal, "Prabu bisa memindahkan gunung, jadi dia lebih sakti."

"Pangeran bisa menguasai udara. Dia bisa mendatangkan angin puyuh. Pangeran lebih sakti."

"Prabu, dengarlah. Ada yang minta mati di tanganmu."

Garis urat Raja Rugyan menonjol. Sedari tadi dia mendengar perdebatan antara abdinya dengan si naga kecil. Raja merasa terganggu, lantas memukul kapaknya lebih keras hingga kayu yang dipotongnya melompat.

TOK

"Diamlah, Aswa! Kau berisik sekali. Lakukan tugasmu!"

Aswa menutup mulutnya rapat-rapat. Dia menunduk lalu menaruh lagi beberapa kayu untuk dipotong.

Pangeran Alingga menarik tali kemudi di leher Eldora. Dengan patuh Eldora terbang ke manapun pangeran inginkan. Pangeran sendiri merasa takjub melihat raja sedang memotong kayu. Bukankah raja selama ini selalu terlihat gagah dengan baju kerajaan, mahkota, dan singgasananya? Lihatlah sekarang! Pria itu tak ubahnya seperti rakyat biasa. Pakaiannya sederhana, tidak ada mahkota, tidak ada perhiasan emas, tidak ada pengawal.

Jika dia tidak paham situasi, maka dia akan salah mengira raja telah bangkrut. Raja Rugyan jatuh miskin? Hahaha. Sangat tidak mungkin.

"Pangeran, kau hebat bisa membuat penguasa Negeri Dwipantara menjadi tukang potong kayu nan miskin," bisik Eldora.

"Dia tidak miskin. Dia masih penguasa Negeri Emas ini dan dia masih kaya," jawab pangeran dengan bisikan pula.

"Kalau begitu, mintalah padanya mahar 100 peti emas, 100 peti permata, 7 kuda sembrani, 70 arak-arakan penari dan naga emas."

"Stt---jangan keras-keras, nanti Kangmas Leik dengar."

TOK

"Aku sudah mendengarnya, Dimas," sahut raja.

Wedding Proposal The King Of RugyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang