Pagi hari yang indah ... waktunya untuk membanting pintu.
"Taehyung! Tidak bisakah kau bangun lebih pagi?" omel Seokjin dari ambang pintu kamar sembari melepas apron hitam yang menempel pada tubuhnya.
"Aku sudah pernah mencoba! Itu sulit!" kesal Taehyung. Ia menendang selimutnya ke sembarang arah.
"Dasar pemalas! Tukang obrak-abrik! TAEHYUNGGGGG!!!!!!" teriak Seokjin pada akhirnya.
"ASTAGA, APA?" Taehyung membalikkan tubuhnya menghadap Seokjin dengan tidak rela karena tidurnya telah diganggu.
"KAU PIKIR AKU PESURUHMU?" teriak Seokjin sekali lagi. Matanya melotot seraya berkacak pinggang.
"Sebentar ... siapa yang berkata begitu?" Taehyung mengerutkan keningnya bingung.
"Menurutmu? Lihatlah ke sekeliling kamarmu sekarang juga!" kesal saudaranya. Pandangan mata Taehyung mengitari ruangan. Perlahan ia menyunggingkan senyumnya malu.
"Ya ampun. Maafkan aku. Kemarin aku dan Jimin karaoke bersama sebelum kau pulang bekerja." Taehyung menampakkan senyum kotaknya. Ia beranjak meraih lengan Seokjin dan menggoyang-goyangkannya seperti anak kecil yang membujuk orang dewasa agar dibelikan permen.
"Asalkan kau ingat, aku muak melihatmu begitu. Kapan kau akan dewasa?" tanya Seokjin.
"Nanti kalau sudah waktunya. Lagi pula salah siapa? Seenaknya sekali alam memutar waktu malam dan siang dengan cepat? Aku, kan, masih mengantuk," gerutu Taehyung.
"Jangan merutuki alam kalau kau tidak tahu cara kerjanya!" seru Seokjin sembari memutar matanya lelah.
"Huh?" Taehyung memasang ekspresi tak paham. Tak lama ia berjengit kala melihat jam di dinding. "Ya, ampun! Aku akan terlambat ke sekolah! Sampai jumpa di ruang makan, Kak! Aku mandi dulu!" seru Taehyung setengah berteriak sambil berlari ke arah pintu lain yang diyakini bahwa di dalamnya adalah kamar mandi.
Seokjin menggeleng diikuti dengkusan kesal. Setelah ia sedikit merapikan kamar Taehyung, ia kembali menyelesaikan beberapa urusannya di dapur.
♔
"Itulah yang Kak Seokjin katakan. Ia selalu mengoceh hal-hal yang aneh soal ilmu pengetahuan," ucap Taehyung sembari memasukkan sepotong kimbap ke dalam mulutnya.
"Lalu?" Jimin—teman sekolahnya—sibuk membolak-balikkan halaman buku yang sedang dibaca.
"Ish! Kau kwan anwak ywang pwintar! Kau tahu kwan jikwa itwu tidwa maswuk akal?" (Kau kan anak yang pintar! Kau tahu kan jika itu tidak masuk akal?). Taehyung bertanya dengan mulut penuh hingga butiran nasi berhamburan.
"Taehyung! Berhenti berbicara sambil mengunyah!" Jimin berseru disertai omelan.
"Maaf," ucap Taehyung setelah menelan makanannya. Mengherankan bahwa ia masih bisa tertawa kecil disaat temannya tampak emosi.
"Mungkin ia terlalu kesal karena kau selalu membuat rumah berantakan," jawab Jimin. Ia menutup bukunya dan menyelesaikan makan siang buffet yang sudah ia ambil saat mengantre beberapa menit lalu di kantin sekolah.
"Benarkah? Ah, apa aku harus mulai membantunya untuk melakukan pekerjaan rumah?" tanya Taehyung.
Jimin menaikkan sebelah alisnya. "Kau ini adiknya atau bukan? Kenapa perihal membantu saudaramu saja harus berpikir dulu?" Jimin mengerutkan keningnya. "Kalau kau adik Kak Hoseok, sudah habislah kau akan ditendang ke dalam Lubang Hitam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nebula {The Puzzle of Memory} [SUDAH TERBIT]
Fantasía⏳ Book 1 [end] Semua elemen itu harus hidup berdampingan. Namun apa jadinya jika para pemimpin Elemen saling memiliki dendam tersendiri? Lalu apakah itu memori kepingan semesta? Bisakah mereka 'para pemimpin Elemen' kembali bersatu demi damainya sel...