'Kau.. mengingat kami?'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tolong tampar Hyades dan Sideris sekarang juga. Katakan pada keduanya bahwa mereka sedang tidak bermimpi sekarang. Apakah mereka ada di bawah tanah Geoccia lagi? Kenapa langit disini tampak gelap sekaligus berwarna-warni? Jadi bagaimana? Gelap atau berwarna-warni? Tampaknya mata keduanya sudah rusak.“Cubit aku-awww!! Kenapa kau mencubitku?!” ringis Hyades memgusap lengan kirinya. Sideris mendelik kesal.
“Kau memintaku untuk mencubitmu Hyades!”
“Tapi tidak sekeras itu juga!”
“Ck!” Sideris mendelik lalu mengabaikan ocehan Hyades. Matanya terus menyapu pandangan dari ujung tanah hingga ke langit tanpa ada yang terlewat barang satu inchi pun. Lapangan rumput membentang, namun ada yang berbeda dari pemandangan disini yaitu langitnya. Langit disini dipenuhi oleh berbagai macam benda langit yang bahkan namanya pun ia tak tahu.
Oh astaga! Akhirnya ia berada di tanah kerajaannya sendiri dan ini lebih indah dari apa yang hyungnya pernah ceritakan dulu.
“AHHHH!!!” pekik Sideris menghentak-hentakkan kakinya senang.
Hyades mengernyit. Ia bangkit dari duduk tidak elitnya setelah jatuh dari lubang portal milik Nukleus. “Kau tidak mau bangun?” tanyanya pada Sideris yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
.
.
Sideris mengangguk lalu berdiri dibantu Hyades yang dengan sigap sudah mengulurkan tangannya. “Kita berhasil melarikan diri. Terimakasih.” ucapnya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nebula {The Puzzle of Memory} [SUDAH TERBIT]
Fantasy⏳ Book 1 [end] Semua elemen itu harus hidup berdampingan. Namun apa jadinya jika para pemimpin Elemen saling memiliki dendam tersendiri? Lalu apakah itu memori kepingan semesta? Bisakah mereka 'para pemimpin Elemen' kembali bersatu demi damainya sel...