C h a p t e r | 8

3.5K 446 33
                                    

Warn! Typo bertebaran

"Happy Reading "

.

.

.

Hinata kembali ke sekolah bersama Kiba. Kiba menatap Hinata yang sejak tadi hanya diam.

"Hinata, Kau tidak baik-baik saja? "Tanya Kiba. Hinata menatap Kiba lalu tersenyum.

"Hu'um.. Kiba, seperti nya aku ke UKS saja. Aku merasa kurang enak badan. "Ucap Hinata. Kiba mengangguk paham.

"Oh.. Yasudah. Istirahat lah di UKS. Aku akan memintakan kau izin pada Asuma-sensei. "Ujar Kiba. Hinata mengangguk lalu dia berjalan pelan menuju UKS.

Kiba menatap punggung ringkih Hinata. Sebenarnya Kiba juga kasihan pada gadis itu. Apalagi sekarang semua temannya menjauhi nya.

Yang Kiba sayangkan— Hinata terlalu menyukai Naruto. Yang tanpa sadar dia membuat banyak kesalahan karena terlalu mencintai Naruto.

Kiba menghela nafas pelan lalu memilih untuk berjalan ke kelasnya.

-o0o-

Hinata berjalan dengan pelan menuju ruang UKS. Di koridor dia dapat menangkap perbincangan orang-orang tentang dirinya dan club baseball.

"Iya.. Apa dia melupakan pertandingan nya? "

"Mungkin. Yang ku dengar kali ini tim sekolah kalah karena kaptennya tidak datang di pertandingannya. "

"Apakah dia sudah menyerah untuk menjadi kapten tim? "

"Aku juga tidak mengerti. Dia itu– sulit di pahami. "

Hinata hanya diam mendengar pembicaraan tentang dirinya. Hinata menghentikan langkahnya melihat teman-teman nya sedang berkumpul menatap mading.

"Benar. Aku pikir tenis Bagus juga. ". Itu suara Tamaki.

"Jadi? Tenis atau tenis meja? ". Kali ini suara Tenten.

"Kita pilih tenis saja. Itu menyenangkan seperti nya. "Tambah Matsuri.

Hinata diam. Jadi, mereka akan pindah ke club tenis ya. Dan tim baseball benar-benar hanya ada dirinya saja.

"Baiklah.. Ayo temui Karui. Dia kan ketua club tenis. Ayo! ". Kali ini yang bicara Ino. Lalu mereka berbalik dan tatapan mereka bertemu dengan Hinata.

Mereka menatap Hinata dan Hinata juga menatap mereka. Namun, akhirnya Tamaki memilih mencairkan suasana.

"Ayo cepat temui Karui! "Ucap Tamaki. Yang lain mengangguk lalu berjalan berlawanan dengan Hinata. Hinata diam di tempat. Dan mereka melewati Hinata begitu saja.

Hinata menunduk dia menyedihkan sekali. Beberapa orang di koridor menatap mereka dengan tatapan heran. Hinata menghela nafas pelan lalu memilih berlari menuju UKS.

Sampai di UKS Hinata membaringkan tubuhnya di ranjang UKS. Air matanya menetes lagi. Ini benar-benar menyedihkan. Dia tidak memiliki siapa pun sekarang.

Tidak punya teman. Dia— sendirian.

"Hiks.. Hiks.. Hiks.. "

In My Dream |naruhina ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang