Kringgg...Kringgg...Kringgg
05.30
"Bangsat"
Umpatan itu keluar dari mulut mungil seorang gadis cantik yang terusik tidurnya. Gadis itu mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk di celah kamarnya.Brakk~
"ARAAA BANGUN, JAM BERAPA INI? MAU JADI ANAK MALAS HA? CEPAT BERSIHKAN KANDANG AYAM DIBELAKANG ITU! JANGAN ENAK-ENAKAN KAMU. DASAR ANAK TAK TAU DIRI"
Gadis itu hanya melihat ibunya sekilas dan melangkahkan kakinya menuju kandang ayam yang terletak dibelakang rumahnya. Gadis itu terlahir dari keluarga sederhana yang berkecukupan. Bukan dari keluarga yang seperti dinovel-novel yang memiliki kekayaan berlimpah.
Bau kotoran ayam langsung tercium oleh indra penciuman gadis cantik itu. Gadis itu terus melangkahkan kakinya tanpa rasa jijik menuju kandang ayam yang berjejeran di belakang rumahnya. Dia mengambil sapu tangan yang terletak disamping kandang ayam tersebut dan memakainya. Kemudian gadis itu memunguti kotoran-kotoran tersebut yang berceceran di sekitar kandang.
Sedih? Iya. Marah? Untuk apa. Bahkan gadis itu sempat mengira bahwa dia adalah anak tiri, tapi kenyataannya dia adalah anak kandung dari Bapak Herdin Firmansyah, ayah kandungnya sendiri yang menyiksanya selama ini.
Sungguh sangat menyedihkan hidupnya, gadis itu selalu sebelum berangkat ke sekolah harus membersihkan kandang ayam yang sangat menjijikan untuk anak remaja pada umumnya di zaman sekarang, dan kalau dia tidak membersihkan kandang ayam itu dapat dipastikan dia tidak mendapat uang saku. Kejam sekali bukan?
Akhirnya setelah beberapa menit membersihkan kandang ayam tersebut, gadis itu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya dan segera berangkat ke sekolah. Setelah membersihkan badannya, gadis itu segera menuju meja makan untuk meminta uang saku kepada ayahnya yang sedang bersarapan bersama ibu dan adik laki-laki nya.
"Hei Ra, sudah kau bersihkan kandangnya?" Tanya Rere Yuliana, ibu kandung gadis itu. Gadis itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
"Ayah, uang saku Ara mana?" Tanya gadis itu dengan sopan. Ayahnya pun mengeluarkan uang 20 ribu dan 10 ribu. Gadis itu mengira uang 20 ribu itu untuknya. Tapi, kenyataanya Ayahnya memberikan uang 10 ribu itu untuknya.
"Leo ini uang saku kamu, cukupkan?" Tanya Ayahnya sambil menyerahkan uang 20 ribu kepada adik laki-laki nya yang masih SMP kelas 9. Leo pun menganggukan kepalanya sambil tersenyum memakan rotinya. Gadis itu pun melihat dengan tersenyum kecut, bahkan dirinya tidak ditanya uang itu cukup apa tidak?
"Untuk apa kamu masih disini ha?" Tanya ayahnya kepada gadis cantik itu yang masih setia berdiri disamping meja makan. Gadis itupun dengan keberaniannya langsung menjawab pertanyaan ayahnya yang seolah mengusirnya itu.
"Ara mau sarapan" Jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. Semua orang yang ada dimeja makan pun langsung menatapnya dengan tatapan menjijikan. Gadis itu pun seolah-olah mendapat ijin langsung menggeser kursi yang tersisa satu dimeja makan tersebut. Belum sampai dia memegang kursi, ibunya langsung menepis tangan mungil gadis itu.
"Hei berani-beraninya kamu mau ikut bergabung dengan kami, mending kamu berangkat sekolah sana! Makan saja pikiran kamu itu, pendidikan itu yang penting, jangan makan saja! Dasar anak tak tau diri" Ketus ibunya dengan mendorong gadis itu. Gadis itu hanya mengangguk dan segera berpamitan kepada orang tuanya.
Menangis? Hahaha dia sudah kebal dengan semua itu. Bahkan dulu disaat anak kecil yang lainnya belum mengenal arti pukulan, tapi gadis itu sudah mengenal pukulan dengan sebongkah kayu besar sampai kulitnya keunguan.
Setelah berpamitan gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju sekolah. Dia lebih memilih jalan kaki daripada harus menaiki angkutan umum karena pasti akan memakan habis uang sakunya yang hanya 10 ribu. Gadis itu terus berjalan sambil melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.20 dan dia masih berada di seperempat jalan menuju sekolahnya, pasti ini akan terlambat dari biasanya.
Dengan perut yang belum diisi, gadis itu berlari dengan kencangnya. Semua orang yang sedang berlalu lalang pun melihat kearahnya karena hanya dia yang berlari seperti orang kesetanan. Setelah berlari seperti orang kesetanan akhirnya gadis itu sampai di gerbang sekolahnya.
Gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam tersebut telah menunjukkannya pukul 06.29. Daebakk, dia berlari selama 9 menit. Gadis itu mendongak menatap gerbang yang bertuliskan SMA MULIA yang telah 2 tahun menjadi saksi berlarinya. Terkadang hidup sekonyol itu bukan?
Haii semuanya? Gimana yang udah baca cerita aku? Sedih nggak sih? Nggak yah,😣 yaudah deh NAWA buat lebih sedih lagi, setuju nggak nih? Ahhh setuju pokoknya, kok maksa yah😁 Yaudah sih, NAWA kan pemaksa😁 Sampai jumpa teman-teman😙

KAMU SEDANG MEMBACA
WOUND
Teen Fiction"Cewek es batu lo sekarang jadi pacar gue ya?" "Enggak" "Jadi TTM gue deh? Mau ya?" "Enggak" "Jadi ist-" "Gue mau jadi musuh lo"