"Lo kenapa tadi gak ke kantin Ra, gue tungguin sama duo serigala ini kok gak muncul-muncul?" Tanya Rama dengan membuka botol minuman yang dia baru beli tadi di kantin. Ara yang ditanya pun hanya menatap Rama datar tanpa berminat menjawabnya.
Brak
"He cunguk sejak kapan kita duo serigala. Bangsat bener lo jadi temen" Jawab Edi dengan menggebrak meja Ara. Ara hanya mendengus kesal menatap ketiga temannya yang tidak pernah akur.
"Bener tu sejak kapan kita jadi duo serigala, mau gue bogem mentah-mentah lo?" Rama yang mendengar cerocosan Kaisar langsung saja duduk bersandar disamping Ara sambil menatapnya dalam-dalam.
"Lo ngomong sama gue?" Ucap Rama menunjuk dirinya sendiri.
"Yeiyelah bangsyat"
"Lo bangsya syaaetton" Kaisar dan Edi mendelik kaget mendengar ucapan Rama. Daritadi Rama pinter banget nyahutnya. Sedangkan Ara tak heran, sebab dia kenal betul bagaimana Rama.
"Lo tu ya ben--"
"Lo bertiga bisa diem" Otomatis mereka bertiga langsung diam tak berkutik akibat ucapan datar Ara.
"WOY BU ANDINI GAK MASUK, KITA DIBERI TUGAS NGERANGKUM ALAT REPRODUKSI. WAJIB DIKUMPULKAN" Teriak Reno selaku ketua kelas XI-MIPA1, yang langsung disoraki temen-temen sekelasnya. Reno mengernyitkan dahinya heran, sebab semua temen-temennya tertawa. Fix, Reno semakin bingung.
"Emang alat reproduksi bagian mana yang harus dirangkum Ren?" Celetuk Kaisar tiba-tiba membuat teman-temannya kembali tertawa. Reno menggeliat kasar, dia tahu sekarang apa yang menjadi bahan tertawaan. Memang apa salahnya, namanya juga manusia pasti memiliki kesalahan bukan?
Ara hanya diam. Ara sedari tadi diam bukan berarti dia malas, hanya saja perutnya sedari tadi minta diisi. Ara memutuskan segera merangkum bab daripada terus merasakan kelaparan. Mungkin, perutnya tidak terasa lapar lagi kalau Ara sambil merangkum. Ara menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Disaat teman-temannya memberikan godaan kepadanya, Ara tidak menanggapi.
Selama beberapa menit, akhirnya Ara menyelesaikan tugasnya. Perut Ara terasa sakit. Ara menggeliat sebentar, takutnya mereka bertiga khawatir tehadapnya. Ara memutuskan untuk menuju toilet. Ara menenteng bukunya kedepan.
"Raa lo mau kemana?" Ara berhenti melangkah dan menatap Rama dengan tatapan intens.
"Kenapa?" Edi melongo mendengar jawaban Ara. Ara memang selalu seperti itu, jika ditanya pasti dia menanyai balik.
"Kita bertiga mau nemenin lo" Rama dan Kaisar pun menganggukan kepalanya pertanda setuju.
"Gausah"
"Ha? Kenapa? Kita udah selesai ngerangkum juga kok"
"Toilet. Mau ikut?"
Seketika pipi mereka bertiga langsung memerah karena menahan malu. Teman-temannya sekelas pun langsung tertawa ngakak. Ara tak memperdulikan lagi sorakan-sorakan dari temannya. Dia terus melangkah maju sampai bangku Reno.
"Udah selesai Ra?"
"Iya"
"Jawab yang panjang kek, atau apapun itu. Yang penting bikin gue seneng"
Ara menatap Reno dengan datar. Reno yang ditatap intens seketika salah tingkah. Buktinya dia langsung cengengesan gak jelas. Padahal tidak ada yang lucu bukan?
"Udah deh lo ke toilet aja. Salting gue diliatin lo Ra" Ara menganggukan kepalanya. Sorakan lagi-lagi terdengar, memang jamkos itu sangat menyenangkan buat para murid. Apalagi menggoda teman-temannya.
"GAS TEROOSSSS REN"
"LELEHKAN ES BATU RENN"
"HANCURKAN PERTAHANAN PATUNG BERJALAN REN"
Ara tak peduli dengan sorakan temannya, dia sudah tidak tahan lagi dengan perutnya yang minta diisi. Kali ini Ara mempunyai ide, ya walaupun idenya sangat menyedihkan sekali. Ara berlari ke toilet dengan tergesa-gesa, dia akan meminum air kran yang mungkin bisa menjanggal perutnya. Ara berlari dengan sangat kencang sampai dia menabrak sesuatu didepannya.
Brukk
Ini bukan cerita novel yang jika ditabrak dia terjatuh. Tidak, Ara tidak selemah itu. Ara menatap seseorang yang menabraknya tadi. Bukan-bukan, iya bukan dia yang menabrak Ara. Tapi, Ara lah yang menabrak dia.
"Anjaiiii, gak nyangka kita ketemu. Emang ya Raa jodoh itu gak kemana. Mau sejauh apapun kaki melangkah pasti aja ketemu" Ara menatapnya sekilas dan terus melangkah, mengabaikan cowok aneh di depannya. Iya-iya cowok aneh didepannya itu Rival. Rival pun mengejar Ara yang terpaut jauh sambil senyum penuh makna.
"He cewek es batu lo mau kemana, tungguin gue!" Ucap Rival dengan menarik tangan Ara. Ara pun berhenti dan menatap tajam seseorang yang menarik tangannya. Rival yang ditatap tajam hanya cengengesan. Memang pesona Ara tidak bisa diragukan lagi.
"Lepas"
"Nggak, lo mau kemana dulu?"
"Lepas"
"Mau kemana?"
"Toilet. Kenapa ikut? Ayo"
Rival secara spontan melepaskan tangan Ara dengan tersenyum malu. Ara mendengus dan melanjutkan langkahnya yang tertunda. Belum sampai dua langkah, tangan Ara ditarik kembali oleh Rival.
"Gue mau habis ini lo ikut gue ke kantin. Kantin masih buka kok. Belum tutup"
"Ngapain?" Tanya Ara dengan mengernyitkan dahinya bingung.
"Iya gue mau tanggung jawab mie ayam lo" Sahut Rival dengan tersenyum tulus. Entah kenapa, akhir-akhir ini Rival merasa nyaman berada didekat Ara.
"Gak" Ucap Ara sambil menghempaskan tangan Rival yang masih memegang tangannya.
"Oke kalo lo gak mau, gue bakal ikut masuk ke toilet cewek"
"Mau lo apa?" Kesal, Ara sudah muak dengan perilaku Rival.
"Kuping lo udah budek Ra"
"Sekarang" Rival melongo, apa maksudnya?
Haiii..
Gimana kabarnyaaa gaesss???
Menurut kaliannn Ara itu gimana sihh karakter nya?
Aku sangat bersyukur bangett, karena besok libur heheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUND
Teen Fiction"Cewek es batu lo sekarang jadi pacar gue ya?" "Enggak" "Jadi TTM gue deh? Mau ya?" "Enggak" "Jadi ist-" "Gue mau jadi musuh lo"