FALL IN LOVE

32 2 0
                                    

Laki-laki berperawakan tinggi itu tetap setia menatap bintang-bintang yang bertaburan. Pikirannya berkelana pada kejadian beberapa jam yang lalu. Dia percaya bahwa yang dilihatnya tadi adalah Ara. Walaupun terhalang gorden tipis, tapi Rival hafal betul dari perawakan tubuh Ara. Sekilas, nama anak tante Tania juga Ara Agustin. Lantas, yang dilihatnya tadi mirip sekali dengan Ara.

Arggggg

Brakkk

"Abangg ngapain nggak tidur? Astaga Ayah sama Bunda kaget denger kamu teriak, kamu kenapa?" Tanya Bram, ayah Rival, dengan khawatir.

"Tau nih udah malem juga, kaget bunda bang, ngapain aja sih kok belum tidur"

"Huaaaa Rivall pusing bunn yahh" Rengek Rival dengan manja. Rival tetaplah Rival. Dia akan menunjukkan sifat manja kepada orang yang dia sayang. Bram serta Viona pun langsung panik seketika.

"Yaampun abang, kamu belum mau mati kan?" Panik Viona dengan memegang dahi Rival.

"Ayo kerumah sakit sekarang!"

"Stop Yah, Bun. Rival gapapa. Rival cuma pusing mikiran doi"

"Emang kamu punya doi?" Rival hanya mendengus mendengar penuturan ayahnya.

"Yaelahhh, kamu tu seneng banget bikin prank, sekali-kali kalo ngeprank jangan begituan. Sekalian aja ngeprank ditengah jalan. Siapa tau dapat barokah dan rejeki"

"Bunda mah gitu masak doaian anak satu-satunya biar ketabrak mobil ditengah jalan. Ehmm, jangan bilang, ayah bangkrut. Trus, makanya nyuruh aku ngelakuin itu, biar dapet beras gratis? Bener kan?!" Bram pun hanya geleng-geleng kepala melihat aksi kedua orang yang disayangnya.

"Kamu tuh bang kalo ngomong suka ngawur. Mending kita tidur aja. Yuk bun" Ajak Bram dengan menggandeng istrinya keluar kamar sang putra.

Brakk

Biasa dong anjir nutup pintunya. Keras banget. Kayak pake jurus aja

"JANGAN LUPA BIKIN DEDEK. RIVAL PENGEN PUNYA ADEKK."

"ABANGGG!!!"

---

"Raa"

"Gue boleh tanya nggak?"

"Penting ini"

Ara hanya mendesah kesal ketika cowok gila itu lagi-lagi mengikuti langkahnya. Ara pun berhenti sejenak. Menunggu si cowok gila itu kembali bersuara.

"Untung aja lo berhenti capek banget gue ngejarnya."

"Apa?"

"Gue mau tanya" Rival pun berkata dengan hati-hati agar Ara tidak marah. Sebab, yang ditanyakan menyangkut privasi keluarganya.

"1 menit" Rival pun hanya mendengus

"Lo kira gue bisa ngomong cepet gitu, yakali, ngomong pun juga harus pikir-pik--"

"Waktu kebuang 5 detik"

"Oke. Oke anjir. Ngeselin banget lo ya. Untung lo cantik. Gini pertama gue mau tanya? Lo kenal Tante Tania?"

Ara mengangkat alisnya bingung. Untuk apa cowok didepannya ini menanyakan ibunya.

"Iya, kenapa?"

"Tante Tania penjual kue ituloh, lo tau kan?" Ara memutar bola matanya malas. Untuk apa juga dia menanyakan kembali pertanyaan yang sama. Ara pun hanya mengangguk kepalanya malas.

Rival bertanya seperti itu hanya memancing Ara. Dia berjanji pada dirinya sendiri ingin mencari tahu tentang Keluarga Ara. Terkesan tidak sopan memang. Tapi, demi seseorang yang dia sayang pasti akan Rival lakukan.

"Tante Tania itu punya pembantu ya?"

Sungguh ingin Ara berteriak, bahwa ibunya tidak butuh pembantu karena yang dijadikan pembantu yaitu anaknya sendiri. Tapi, pemikiran itu hanya tenggelam dihatinya. Ara juga tidak pernah menganggap seperti itu, Ara menganggap bahwa apa yang telah dilakukannya itu murni karena kasih sayangnya pada ibunya.

"Lo udah bicara 2 menit"

Ingin sekali Rival mengumpat di depan Ara. Tapi, tidak! Rival sangat mencintai Ara, jadi cukup dia tersenyum manis ke Ara. Bisa dibilang Rival bucinnya Ara.

"Eh lo kok ninggalin gue sih"

"Ra" Rival memegang tangan Ara. Tentu saja, Ara tak tinggal diam. Dia memberontak. Tapi, Rival tak kunjung melepaskan cekalan tangannya. Hingga..

Bugh bugh

Rival kaget. Bukan bukan. Bukan, berarti dia takut. Dia akhirnya berdiri dan menghampiri seseorang yang memukulnya dari samping.

Bugh bugh

Hingga terjadilah aksi baku hantam di lorong kelas 11 yang sekarang telah ramai oleh banyak siswa yang menonton pertujukan para cogan di sekolahnya.

"Cukup!"

"GUE BILANG CUKUP!"

Kedua orang yang sedang sibuk dengan aksi memukulnya langsung terdiam membatu mendengar bentakan tersebut.

"Bawa Kaisar ke UKS!"

"Lo mau kemana?" Tanya Rama karena Ara berjalan mendekati Rival. Entah, karena apa dia menghampiri Rival yang wajahnya bisa dibilang tidak separah Kaisar. Dalam aksi baku hantam tadi, memang didominasi Rival. Tapi, tidak sepenuhnya Kaisar kalah. Entah, hilang sudah wajah usil cowok gila didepannya itu. Yang sekarang tersisa hanyalah wajah dingin dengan tatapan tajam nan menusuk.

"Urusan"

Rama serta Edi pun mengangguk paham. Akhirnya mereka membopong tubuh Kaisar ke UKS. Sedangkan Ara? Dia menarik Rival menuju rooftop.

Sesampai di roftoop, Ara langsung membuka tasnya yang berisi obat P3K. Dia selalu membawa obat-obatan itu, jika sewaktu-waktu ketiga temannya sedang beraksi seperti sekarang ini.

"Sendiri" ucap Ara dengan memberikan kotak P3K ke pangkuan Rival.

"Gue mau lo yang obatin. Ingat ini semua salah temen lo yang jelek itu kalau lo lupa. Gue bisa aja bilang ke gu-"

Sshh ahh

"Kenapa lo teken sih pinter. Ini luka anjir" Sedangkan Ara hanya mendecih tidak suka. Rival pun tersenyum dengan terus memandangi wajah Ara yang menurutnya memang cantik natural. Entah karena apa, Rival dulu tidak pernah percaya adanya cinta. Tapi, semenjak dia tidak sengaja menabrak mie ayam Ara. Dia penasaran dan yakin bahwa dia jatuh cinta pada pandangan pertama.

"ANJRITTT SAKIT RAA"

"Diem" Ara memang sengaja menekan luka Rival biar dia tidak memandang nya terus menerus.

"Lo cantik Ra"

"Udah tau" Rival melongo mendengar jawaban spontan Ara. Dia tidak mengira seorang Ara memiliki tingkat kepedean diatas rata-rata. Rival pun tanpa sadar tersenyum sendiri melihat Ara yang masih sibuk membersihkan lukanya.

Setelah beberapa menit berkutat dengan obat-obatan. Ara memberikan plester ke luka Rival yang sudah dibersihkan. Kemudian Ara membersihkan barang-barangnya sendiri dan memasukkanya kembali kedalam tas.

Rival yang sadar Ara akan berdiri. Langsung mencekal tangan Ara dengan lembut.

"Terima kasih" karena telah hadir dalam hidup gue Ra. Sambung nya dalam hati dengan tersenyum. Ara tak menghiraukannya dan terus melangkah meninggalkan Rival yang diam memegang dadanya.

Fix, gue keperangkap dalam pesona Ara Agustin.




Hayo tebak. Ara udah mulai suka nggak sih sama Rival? Oh iyaaa maaf nya baru update karena banyak tugas. Ehmm jangan lupa Voment. Happy reading!!!

WOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang