"Suara lo bagus ya"
Ara menghentikan langkahnya kemudian menatap cowok yang sedang duduk manis diatas motor sportnya dengan tersenyum. Ara menatap serius cowok didepannya itu, sepertinya dia pernah melihat. Oh My God, Dia cowok yang nyenggol mangkok mie ayam Ara kan? Adegan mie ayam tadi terus berputar dikepala Ara, dan akhirnya Ara memutuskan tidak memperdulikan cowok sialan itu. Akhirnya Ara pun terus berjalan dan tidak memperdulikan cowok gila itu yang memanggil namanya dengan sembarangan.
"HEI CEWEK MISTERIUS"
"CEWEK ES BATU"
"CEWEK KULKAS"
Eh?
Apa dia gila? Dia tidak tau Ara seperti apa? Bahkan dia berani-beraninya memanggil namanya dengan sebutan yang aneh-aneh. Tapi Ara? Tau Ara kan, Ara tak pernah mengambil pusing ucapan seseorang terhadapnya bukan?
"Hei nama lo siapa? Maap yah gue gak tau nama lo? Jadi gue panggil begitu deh?" Ucap lelaki aneh itu sambil memegang tangan Ara yang langsung ditepis secara kasar oleh Ara. Ara pun hanya melihat sekilas dan melanjutkan langkahnya kembali tanpa mau berniat menjawab pertanyaan cowok aneh itu.
"Hei nama lo sia- Oh Ara Agustin. Cantik sih" Ucap lelaki itu dengan melihat name tag Ara. Sedangkan Ara sudah geram ingin menabok mukanya yang jelalatan melihat area sakunya. Ara pun mendengus dan terus melanjutkan langkahnya dengan cepat. Cowok itu pun tak tinggal diam dan terus mengejar langkah cewek misterius itu yang diyakini Ara Agustin. Cowok itu terus berlari tanpa memperdulikan motor sportnya yang dia tinggal dipinggir jalan tadi. Toh, kalau hilang tinggal beli. Sultan mah bebas yakan?
"Raa gue mau minta ma--" Cerocos cowok itu langsung dipotong oleh ucapan ketus Ara.
"Gak usah ganggu" Cowok itu langsung terdiam sedangkan Ara menatapnya dengan senyum liciknya sambil melihat name tag cowok itu.
Rival, pantes jadi musuh gue? Batin Ara setelah mengetahui namanya.
"Oh iya, lo pantes jadi musuh gue" Jawab Ara sambil tersenyum kemenangan karena telah membuat cowok itu diam seribu bahasa. Ara pun tak memperdulikan lagi dan segera berlari meninggalkan cowok sialan itu yang menyita banyak waktunya. Sedangkan Rival, cowok itu terdiam bukan karena takut, tapi karena senyum manis Ara. Percayalah, Rival baru mengetahui senyum seseorang semanis itu.
~~~
"HEI DARI MANA SAJA KAMU? DARI MAIN-MAIN HA? KAMU TIDAK LIHAT, KUE ITU HARUS SEGERA DIJUAL. DASAR ANAK TAK TAU DI UNTUNG" Bentak ibunya sambil memukuli Ara dengan bambu yang sangat tipis tapi sangat menyakitkan menurutnya. Ibunya memukul tanpa rasa kasihan. Sambil memukul punggung Ara, tangan satunya tak tinggal diam, ibunya terus menarik rambut Ara sampai berada di dapur.
Ara menahan sakit yang luar biasa dikepala serta punggungnya. Ara menggigit bibir bawahnya untuk menyalurkan rasa sakitnya. Ibunya terus memukuli Ara sampai bekas keunguan terlihat di kulitnya.
"CEPAT SANA, KAMU JUAL KUENYA. JANGAN MAIN-MAIN SAJA KAMU BISANYA" Bentak ibunya sambil menendang punggung Ara tanpa belas kasihan. Ara merasakan remuk dibadannya sambil melihat ibunya yang sudah memasuki kamar. Ara pun segera bergegas ke kamarnya dan mengganti seragamnya.
Darah. Ara membuka seragamnya perlahan, dan ternyata dibalik seragamnya terdapat luka-luka bekas pukulan ibunya yang tanpa sengaja menggores sehingga terdapat darah segar mengalir disekitar punggungnya. Ara melihat tubuhnya yang sangat menyedihkan dipantulan cermin kamarnya.
Tuhan, Ara yakin pasti kuat. Batinnya dengan meneteskan air mata yang langsung diusapnya.
Ara pun keluar dari kamarnya dan mengambil beberapa wadah besar dan mengisinya dengan kue beraneka rasa. Dia yakin pasti kuat, walaupun dari pagi dia belum makan apapun sama sekali. Ara yakin semua akan indah pada waktunya.
"Kuee.... Kueee" Teriaknya di pinggir lapangan sepak bola. Para pemain pun yang melihat Ara berjualan pun langsung mendekatinya. Bukan karena kuenya, tapi penjualnya. Bahkan Ara biasanya dimintai nomor telepon oleh para pembeli kuenya.
"Eh mbak, kue nya berapaan?" Tanya salah satu pemain sepak bola tadi dengan genitnya. Ara yang melihatnya pun jengah.
"10 ribuan" Semua pemain sepak bola tadi langsung bersorak kegirangan dan segera membeli kue yang Ara jual.
"Eh kalian ngap---Eh Ara, lo jualan kue? Wah gak nyangka kita jodoh ya?" Semua orang yang tadi sibuk memilih kue perhatiannya langsung teralihkan ke cowok yang baru saja datang, siapa lagi kalau bukan cowok aneh, Rival.
"Kalian kenal?" Tanya salah satu dari mereka dengan antusias. Mereka semua pun kepo hubungan Rival dengan penjual kue cantik ini.
"Ngg--"
"Iya kita kenal lah, kan kita pacaran" Ucap Rival dengan percaya diri. Sedangkan Ara yang melihat Rival berbicara seenak jidat pun hanya menghembuskan nafas kasar.
"Yah padahal kan kita mau minta nom--"
"Jadi beli nggak?" Ketus Ara yang langsung mendapat sorakan dari mereka. Mereka pun akhirnya tertawa kecuali Ara tentunya. Ara pun setelah menerima uang dari mereka langsung meninggalkan area lapangan dengan tergesa-gesa. Tanpa diduga Rival tersenyum penuh arti melihat kepergian gadis misterius itu.
Yuhuuuuu Eperibadiii?
Gimana nih ceritanya? Au Ah pokoknya doain aku supaya cepet-cepet selesain cerita ini yah! Uwuuuuu aku sayanggg kalian :*
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUND
Ficțiune adolescenți"Cewek es batu lo sekarang jadi pacar gue ya?" "Enggak" "Jadi TTM gue deh? Mau ya?" "Enggak" "Jadi ist-" "Gue mau jadi musuh lo"