Don Lucka Hanggono_
🍃
Bus berhenti di daerah Gamping menjemput penumpang pada agen setempat.
Luck memanggul ransel besarnya bersama sebuah kamera DSLR terkalung di leher.
Laki-laki berwajah indo itu menaiki bus ROSALIA dan memastikan nomor duduk sesuai tulisan yang tertera pada tiketnya.
"Permisi." sapanya pada gadis yang tengah asyik menatap keluar jendela.
Gadis itu menoleh dengan sedikit terkejut.
"Dylan." gumamnya menyebutkan sebuah nama yang tak begitu Luck perhatikan.
"Maaf, kita satu bangku. Bisa kau geser sedikit." ujar Luck dengan senyum sejuta watt.
Gadis itu menggeleng cepat begitu menyadari orang di hadapannya bukanlah Dylan kekasihnya. Meskipun ada banyak kemiripan di antara mereka.
Menurut Indry, laki-laki itu begitu cocok untuk wajah Dylan dalam versi dewasanya.
Indry kembali tersadar dan tersenyum menampilkan sepasang lesung pipit di sisi kiri kanan bibirnya.
"Monggo, Oom." sahut gadis yang Luck perkirakan berumur dua puluhan itu.
Luck tersenyum masam mendengar panggilan yang disematkan untuknya.
'Please, aku tidak setua itu meskipun yah ... umurku sudah kepala tiga, tiga puluh dua tepatnya.' batinnya memberengut.
"Terima kasih." sahut Luck kemudian menjatuhkan tubuhnya di samping Indry.
"Oom, bisa nggak tasnya ditaruh bagasi saja? Hihi sempit." cengir Indry terus terang, jari telunjuknya menunjuk kearah atas.
Lagi-lagi Luck tersenyum masam seraya memutar bola matanya.
Namun laki-laki itu melakukan apa yang Indry katakan tanpa diminta dua kali.
"Sudah." tanyanya membulatkan mata.
Indry mengangguk.
"Tuh kan Oom, begini jadi lebih longgar."
Luck hanya bisa mendecakkan lidahnya bosan.
Tentu saja, bukan hanya gadis di sampingnya saja yang sudah memanggilnya dengan sebutan "OOM" tapi lebih dari satu.
Awalnya panggilan itu hanya panggilan sayang dari Iboy si make up artist yang gemulai.
Tapi semakin kesini banyak dari kalangan foto model dan artis bahkan sampai rekan di tempat kerja menyematkan panggilan itu untuknya.
Lebih parahnya lagi, dia yang baru pertama dijumpainya pun menyebut dengan panggilan yang sama.
Mendadak Luck merasa dirinya sudah benar-benar tua.
"Huufft!" Pikirnya masam seraya melirik kearah Indry yang kembali asyik menatap keluar jendela.
Untuk mengusir rasa bosan, Luck mengutak-atik kamera miliknya. Menslide seluruh gambar hasil jepretannya.
Sesekali dia tersenyum atau kadang terkikik geli.
Sekali lagi Luck terkikik geli ketika slide kameranya menampilkan dua bocah laki-laki dengan tubuh tambun tanpa busana bergelung dengan pasir pantai.
Indry menoleh kearah laki-laki di sampingnya, sedikit terganggu dengan tawa cekikikan yang membuatnya mengerutkan hidung.
"Apanya yang lucu, Oom?" sungut mengerutkan hidung.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE LUCK
عاطفية'Perasaan apa ini?' Tiba-tiba naluri ingin melindungi muncul begitu saja. Keteguhannya dalam mencintai, kesetiaannya dalam menanti, dia tahu, gadis seperti Indry-lah yang diinginkannya. Akankah perjalanan kisah cintanya berjalan mulus, sementara per...