Keping Dua Belas *

5.3K 127 7
                                    

Indry menghabiskan seharian untuk berkunjung di Keukenhof.

Sebuah taman bunga terbesar di Negeri Kincir itu. Bahkan terbesar di seluruh daratan Eropa.

Tidak heran jika dunia menjulukinya sebagai The Garden of Europe.

Saat bulan April seperti ini, negara itu sudah memasuki musim semi.

Hamparan bunga Tulip dan Hyacinth benar benar memanjakan penglihatannya.

Indry berjalan riang di sekeliling barisan Tulip yang tengah bermekaran.

Gadis itu sesekali memekik girang, memeluk suaminya mengekspresikan kegagumannya.

Ini adalah bulan madu terindah yang tak pernah sekalipun terbayang dalam hidupnya, bahkan dalam mimpi sekalipun.

Ya, dua bulan yang lalu mereka telah resmi menikah. Menyatukan keduanya dalam ikatan suci.

Setelah melewati berbagai rintangan yang terus merecoki hubungan mereka, akhirnya keduanya pun bisa bernapas lega.

Rencana bulan madu yang sempat tertunda terbayar sudah dengan semua ini.

"Terima kasih, Sayang ... Ini benar benar seperti mimpi." ucap Indry serak.

Kebahagiaan senantiasa membuncah di dadanya, membuat mata gadis itu berkaca-kaca.

"Sama sama, Sayang ....

"Apa kau bahagia?" tanya Luck lembut. Kedua tangannya membingkai wajah istrinya, menatapnya penuh cinta.

"Sangat ... sangat bahagia ...." sahutnya menyurukkan wajahnya ke dada Luck, menghidu aroma tubuh suami yang sangat dicintainya.

Betapa gadis itu tak pernah sebahagia ini sebelumnya.

Mengingat hubungan mereka yang tak pernah luput dari godaan. Namun cinta tetaplah cinta.

Jika cinta itu sudah memilih, maka tak akan peduli pada siapa dia akan bertambat.

Gangguan dan godaan yang datang silih berganti membuktikan kekuatan cinta keduanya.

Meskipun terkadang mereka merasa lemah, namun kembali cinta itulah yang menguatkannya.

__


Angin berhembus hangat menerpa wajah Indry, mengibarkan rambut hitamnya.

Luck menarik sejumput rambut Indry dan menyelipkannya ke balik telinga.

Menatap wajah istrinya yang tiba tiba terlihat sedikit murung.

Luck meraih dagu Indry dengan telunjuknya agar menatapnya.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Sayang?" tanya Luck lembut.

Indry mendesah,

"aku merasa sangat prihatin mengingat Mitha." ucapnya tertunduk.

"Sudahlah, jangan memikirkannya untuk saat ini ... Please." sahut Luck seraya merangkum Indry dalam peluknya.

"Tapi aku tak bisa, Luck!

Bahkan kita belum sempat menemuinya sampai sekarang." ucapnya teredam pelukan suaminya.

"Ya, aku mengerti sayang. Akupun tak pernah menyangka hidupnya akan berakhir seperti itu." ujar Luck turut prihatin.

Untuk beberapa saat mereka saling terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.

Kaemitha, gadis cantik itu.

Siapa menyangka tindakannya akan berakhir di rumah sakit?

Keinginannya memiliki Luck berubah menjadi bumerang untuknya. Gadis itu menghalalkan segala cara untuk memisahkan Indry dari Luck.

UNCLE LUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang