Keping Enam *

5.1K 170 4
                                    

Luck tengah mengamati beberapa foto dalam bingkai kecil yang ada dalam buffet rumah kontrakan Indry saat gadis itu keluar dari kamarnya.

Malam ini adalah hari pertunangan Dylan dengan Velinna.

Luck sengaja menemuinya untuk memastikan Indry akan datang atau tidak.

Seandainya gadis itu memilih untuk tidak hadir, Luck rela menemaninya malam ini.

Bagaimanapun juga dia tahu, tak mudah bagi Indry menerima semua ini meskipun gadis itu tampak tegar di luaran.

"Aku sudah siap, Oom." ucap Indry begitu keluar dari kamarnya.

Luck berbalik dengan memasang senyum sejuta wattnya, namun detik berikutnya senyum itu memudar berganti dengan tatapan terpesona.

Laki-laki itu nyaris menjatuhkan rahangnya ke lantai melihat penampilan Indry.

Seckdress kutung warna hitam membalut tubuh mungil itu.

Sementara rambut hitamnya dibiarkan tergerai dengan menyematkan bindi di antara belahannya.

Tak bisa dipungkiri gadis sederhana itu telah menyulap dirinya menjadi Cinderella malam ini.

"Berangkat sekarang?" tanya Indry dengan senyum ganjil.

Luck hanya mengangguk-angguk kemudian mengekor di belakang Indry.

Laki-laki itu bagai terhipnotis sehingga belum sepenuhnya fokus dengan dirinya.

Luck membukakan pintu mobil untuk Indry kemudian memutar dan duduk di belakang kemudi.

Laki-laki itu merasa bersyukur memutuskan untuk membawa mobil saat menjemput Indry.

"Untung banget Oom bawa mobil." komentar Indry begitu mobil telah meluncur di jalanan.

Luck menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?"

"Iyalah, oom? Coba deh Oom bayangin, gimana penampilanku yang kece badai gini jadi awut-awutan gegara bonceng motor Oom itu." cerocosnya.

Luck mengulum senyum mendengar kicauan Indry yang ceplas-ceplos.

"Mana kenceng lagi bawa motornya ... udah macem Valentino Rossi aja."  lanjutnya dengan senyum cerah.

Perasaan khawatir yang tadi sempat membuatnya kalut perlahan menguap.

Setidaknya Indry tak menampakkan keterpurukannya malam ini.

_

Mobil Luck memasuki halaman rumah Velinna dan memarkirnya tepat di samping kolam air mancur rumah itu.

Indry berulang kali menghela napas sejak mobil mereka memasuki kawasan perumahan ini.

Luck paham benar, mungkin gadis itu tengah berusaha menguatkan hatinya.

"Kita bisa pergi jika kau berubah pikiran." usul Luck seraya meremas bahu Indry lembut.

Indry memejamkan matanya sejenak, "aku tahu ini nggak mudah, tapi Oom nggak perlu khawatir aku akan baik-baik saja." sahutnya berusaha meyakinkan.

Luck terdiam menatap Indry untuk memastikan kejujuran gadis itu.

Detik berikutnya laki-laki itu meraih tubuh Indry dan merengkuhnya dalam pelukan.

Berusaha memberikan dukungan melalui pelukan singkat.

Indry memejamkan matanya mencari secuil kenyamanan di dada laki-laki itu.

Setitik kekuatan yang dibutuhkannya untuk membalut hatinya yang terasa nyeri.

Untuk beberapa saat berada dalam pelukan Luck terasa menyenangkan.

UNCLE LUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang