Sejin pov
Aku melihat seseorang berlari di tengah hujan awalnya aku hanya akan mengabaikannya, namun aku seperti mengenal orang itu. Saat aku akan menghampirinya, tiba-tiba dia terjatuh."Ya tuhan, jimin!", kagetku.
Aku segera mengangkatnya memasuki mobilku dan segera membawanya kerumah sakit.
***
Aku melihat wajah damainya saat tertidur. Setelah aku memeriksa keadaannya, kondisinya semakin parah. Aku mengelus surainya lembut, aku teringat pada adik kecilku yang wajahnya mirip dengan jimin. Bahkan memiliki penyakit yang sama dengan jimin. Dari awal pertemuan aku sudah menganggap jimin seperti adikku sendiri.
"Eughh", jimin tersadar dari tidurnya.
"Apa kau baik-baik saja, apa ada yang sakit? ", jimin tersenyum kecil mendengar pertanyaan sejin. Ternyata saat dia bangun masih ada yang mengkhawatirkannya, namun sayang, itu bukan keluarganya.
"Gwaenchana, hyung tak perlu khawatir",
"Bagaimana aku tidak khawatir saat melihatmu tiba-tiba pingsan di tengah hujan. Kenapa tidak berteduh, kenapa kau memaksakan diri berlari. Apa ada hal yang sangat penting sehingga kau harus mengabaikan kesehatanmu? ", sejin menasehati jimin seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya. Jimin terkekeh, merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh sejin hyung.
"Kenapa kau tertawa eoh? Apa ada yang lucu"
"Anio, kau begitu mengkhawatirkan ku?, aku baik-baik saja", ucap jimin
"Penyakitmu tambah parah jimin-ah. Dari terakhir kali aku melihatmu kau tidak pernah cek up lagi", sejin berujar lirih. Merasa bersalah harus mengatakan bahwa kondisi jimin semakin parah.
Jimin tersenyum getir. Dia hanya mengagguk lemah, mungkin memang dia harus berjuang melawan penyakitnya ini.
"Apa keluargamu akan datang", tanya sejin hyung. Jimin menggeleng pelan.
"Kenapa? Apa mereka ada urusan lain? ", tanya sejin lagi. Jimin terisak pelan, sejin yang mendengar pun merasa panik.
"Hei, kenapa menangis. Apa perkataan hyung menyakitimu? ", jimin menggeleng. Dia membutuhkan sandaran saat ini, dirinya begitu rapuh jika berurusan dengan keluarganya. Tanpa berkata lagi sejin merengkuh jimin, mengusap pelan punggung rapuh jimin.
"Kau bisa bercerita padaku. Aku akan senang mendengarkanmu bercerita. Kau sudah ku anggap sebagai adikku sendiri", jimin semakin terisak.
Kenapa? Kenapa bukan keluargaku yang merengkuhku. Kenapa mereka membuangku. Kenapa harus orang lain yang menjadi sandaran ku, kenapa bukan kalian hyungdeul batin jimin.
***
"Selamat makan", ucap jin. Sekarang keluarga Park sedang menikmati makan malam mereka, tentu saja minus jimin."Dimana jimin?", tanya yoongi tiba-tiba membuat semuanya menatap ke arah yoongi dengan bingung.
"Untuk apa kau mencarinya yoongi? ", tanya jin.
"Aku hanya bertanya. Jangan tatap aku seperti itu", ketus yoongi.
"Kita tak membutuhkannya", ucap jin dan melanjutkan makannya.
Yoongi sedikit khawatir pada jimin. Apa dia tidak pulang tadi siang?, apa yang terjadi pada anak itu?. Pertanyaan itu selalu terlintas dipikiran yoongi. Terlebih terakhir kali yoongi melihat jimin dalam keadaan basah kuyup karena mengantarkan liriknya. Yoongi bangkit dari meja makan.
"Aku selesai. Terimakasih makanannya", yoongi menyambar kunci mobilnya.
"Hei, mau kemana kau? ", tanya jin yang diacuhkan oleh yoongi.
"Ada apa dengan anak itu", gumam jin.
Di sisi lain jimin sedang merengek, memohon untuk di izinkan pulang oleh sejin.
"Aniaa,, kau harus dirawat. Setidaknya untuk malam ini saja. Jangan paksakan dirimu jimin ah", keputusan final itu tidak bisa diganggu gugat. Jimin hanya ingin pulang, ia ingin bertemu dengan hyungnya.
"Yak kemana anak itu", yoongi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia berusaha untuk mencari keberadaan adik bungsunya.
"Dia sungguh membuatku khawatir, apa yang harus ku lakukan. Aku bahkan tak punya nomor ponselnya", gumam yoongie.
Sudah berjam-jam yoongi mengelilingi kota namun ia tak menemukan keberadaan jimin. Dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
Siang ini jimin memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah. Jimin diizinkan pulang setelah mendapatkan nasehat yang panjang lebar dari sejin. Jimin juga di beri obat baru.
Jimin melangkahkan kakinya menuju taman yang tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa anak kecil yang sedang bermain disana.
Jimin menghembuskan nafas berat dia harus mempersiapkan dirinya, ia yakin setelah tiba nanti ia pasti menerima kata-kata kasar lagi dari saudaranya.
jimin melihat seorang bocak kecil tebgah berjalan ke arahnya.
"Annyeong, hyung", sapanya ramah. Jimin perkirakan umur bocah itu hanya 5 tahun dan terlihat sangat lucu.
"Annyeong", balas jimin.
"Apa hyung sendirian", tanya bocah itu
"Iya, siapa namamu"
"Yoonjun imnida", jimin mengusap kepala bocah itu.
"Hyung kenapa sendirian mana keluarga hyung. Aku kesini bersama ibu dan ayah", ucap polos bocah itu.
"Eoh, keluarga hyung sedang sibuk jadi hyung sendirian ke sini", anak itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Apa hyung kesepian? "Jimin tak berniat menjawab ia hanya memperhatikan dan menunggu kelanjutan ucapan bocah itu.
"Jangan merasa kesepian hyung, kata eomma, kita tidak boleh merasa kesepian karena sebenarnya ada banyak orang yang menyayangi kita", lanjutnya. Jimin hanya tersenyum dan hanya membenarkan perkataan bocah itu. Walaupun dirinya sendiri tidak yakin.
"Hyung yoonjun pergi dulu yah. Eomma pasti sudah menunggu", kemudian bocah itu melambaikan tangannya dan di balas oleh jimin.
T
ak lama kemudia jimin memutuskan untuk pulang. Saat di perjalanan ia melihat seseorang sedang menyebrang. Ia seperti sangat mengenal orang itu. Namun dari arah lain ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Tanpa pikir panjang jimin berlari dengan sekuat tenaga dan mendorong orang tersebut. Alhasil orang itu terhindar dari kecelakaan.
Jimin mendapatkan beberapa luka karena terjatuh dan bergesekan dengan aspal, sedangkan namja yang jimin bantu juga hanya mendapatkan luka ringan.
"Neo, gwaenchanayo? ", tanya jimin membantu orang itu untuk berdiri.
"Kau! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwaenchana || pjm ✅
FanfictionStory by : elzira ho Covered : pinterest & picsart ____________________________ "Selama kalian bahagia,maka aku akan baik baik saja" klise, tapi memang seperti itu adanya. - gwaenchana - 21 juli 2019-8 maret 2020