Jungkook meregangkan otot-ototnya. Pelajaran bahasa inggris benar-benar menguras otaknya. Akhirnya pelajaran yang menyebalkan itu berakhir karena bel istirahat, jika tidak jungkook yakin akan terkapar lemas karena pelajaran yang tidak disukainya itu.
Jungkook melangkahkan kakinya menuju kantin untuk mengisi cacing-cacing perutnya yang kelaparan. Saat diperjalanan, jungkook melihat jimin. Ia berfikir untuk mengajak adiknya itu makan bersama di kantin.
Namun, entah apa yang terjadi, jimin terduduk membuat jungkook mempercepat jalannya menuju jimin. Sepersekian dekit kemudian jimin limbung dan tak sadarkan diri. Dengan cepat jungkook menghampiri jimin dan membawa adiknya ke UKS.
Perasaan cemas dan khawatir melingkupi jungkook, sudah lebih dari satu jam jungkook menunggu jimin sadar. Dari tadi jungkook sudah menelfon yoongi namun, ponselnya tidak aktif.
Jungkook kembali menelfon Yoongi. Hanya Yoongi satu-satunya harapan jungkook karena tidak mungkin hyungnya lain mau membantu jimin.
Sambungan telfon terhubung dan tak lama ada suara di balik sana yang pastinya suara yoongi.
"Ada apa jung? "
"Hyung, kenapa ponselmu tidak aktif dari tadi. Jimin pingsan hyung, cepatlah ke sekolah",
"Mwo, kenapa bisa?. Baiklah aku kesana sekarang"
Setelahnya yoongi mematikan panggilan. Dengan tergesa yoongi langsung keluar dari kantornya menuju sekolah adiknya.
Kekhawatiran semakin mendera yoongi. Yoongi menahan umpatannya saat jalanan sedang macet. Pikirannya tak bisa berpikir positif, saat ini ia sangat mengkhawatirkan keadaan jimin. Ditambah kemarin malam jimin tampak begitu kesakitan.
Setelah beberapa menit yoongi dapat melajukan kembali mobilnya menuju sekolah jimin.
"Hyung kenapa lama sekali", protes jungkook.
"Tadi macet kook. Aku akan membawanya kerumah sakit, sekarang kembalilah belajar", perintah yoongi. Jungkook yang awalnya protes ingin ikut akhirnya mengalah dan kembali menuju kelasnya.
Yoongi membawa jimin kerumah sakit. Jimin segera ditangani oleh dokter.
Setelah menunggu beberapa puluh menit akhirnya dokter yang memeriksa jimin pun keluar. Ada raut sedih dari wajahnya yang dapat yoongi lihat dengan jelas.
"Uissa-nim, bagaimana adikku? ", Sejin menghela nafas. Kemudian berusaha menunjukkan senyum palsunya.
"Adikmu baik-baik saja. Dia hanya demam biasa",
Puas kau jim, membuatku harus berbohong tentang keadaan pasienku yang sebenarnya, batinnya
"Oh syukurlah. Aku kira terjadi sesuatu padanya", sejin kembali tersenyum.
"Aku hanya ingin berpesan. Selalulah berada di sampingnya, dia sedang butuh banyak dukungan dari keluarganya. Dia terlihat kuat tapi sebenarnya dia sangat rapuh. Jagalah adikmu dengan baik", setelah kalimat panjang lebar yang di utarakan sejin, dokter itu pun meninggalkan yoongi yang tambak bingung dengan ucapannya.
Yoongi memilih memasuki ruangan yang didominasi warna putih itu. Yoongi mengambil kursi dan duduk di samping bangkar jimin.
Selalulah berada di sampingnya, dia sedang butuh banyak dukungan dari keluarganya. Dia terlihat kuat tapi sebenarnya dia sangat rapuh. Jagalah adikmu dengan baik, kalimat itu selalu terngiang di kepala yoongi. Kalimat itu mengingatkan yoongi betapa seringnya dia dan saudaranya mengacihkan, membentak, bahkan memperlakukan jimin dengan kasar.
Yoongi memandangi wajah damai adiknya saat tertidur. Perlahan tangannya mengusah surai jimin dengan lembut. Tak terasa lelehan bening keluar dari mata yoongi. Yoongi bukanlah lelaki yang cengeng, dia tak pernah menangis. Dan ini untuk pertama kalinya seorang Park Yoongi menangis, menangisi segala perlakuan buruknya yang pernah ia lakukan kepada adik kecilnya. Makin lama, makin keras isakan yang yoongi keluarkan. Tanpa sadar membangunkan jimin yang sedang tertidur.
"Hyung kenapa? ", tanya jimin dengan suara serak. Yoongi tersentak, kemudian berusaha menghapus air matanya.
Jimin berusaha mendudukkan dirinya dan dengan sigap dibantu oleh yoongi.
"Kenapa hyung menangis", tanya jimin lagi. Yoongi masih terdiam, sambil menundukkan kepalanya.
"Apa hyung sakit", jimin khawatir dengan hyungnya.
"Dasar bodoh. Kenapa kau selalu mengkhawatirkan orang lain huh. Seharusnya hikss, seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri. Setelah semua perlakuan kami padamu, kau masih mau mengkhawatirkan kami. Hikss dasar bodoh, hiks jiminnie pabo", yoongi kembali terisak. Baimana adiknya ini masih mengkhawatirkannya setelah semua yang sudah jimin alami.
"Tentu aku khawatir hyung. Kau adalah hyungku. Kau adalah keluargaku",
Greepp!
Yoongi langsung merengkuh jimin dengan erat seolah jimin akan pergi jauh jika ia melepaskan pelukannya.
"Jim, mianhae. Jongmal mianhe, kau pasti sering tersakiti karena perbuatan dan perkataanku. Maafkan hyung jim. Hying benar-benar minta maaf", yoongi melepaskan pelukannya, memegang bahu jimin. Menatap jimin yang masih terkejut dengan perlakuannya.
"Hyung janji. Tidak ada lagi yang akan menyakitimu jim. Aku akan menjadi hyung yang baik untukmu. Aku berjanji", ucap yoongi dengan sungguh-sungguh, dan kembali merengkuh jimin.
Jimin tersenyum, bolehkah ia menaruh kembali harapan dan kepercayaannya pada yoongi. Bolehkan ia kembali berharap akan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya di saat-saat terakhirnya?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwaenchana || pjm ✅
FanfictionStory by : elzira ho Covered : pinterest & picsart ____________________________ "Selama kalian bahagia,maka aku akan baik baik saja" klise, tapi memang seperti itu adanya. - gwaenchana - 21 juli 2019-8 maret 2020