18

6.3K 424 39
                                    

Klekk

Dengan pelan taehyung membuka pintu kamarnya. Taehyung melihat ke adaan yang hening. Kemudian atensinya melihat ke arah pintu kamar jimin yang tertutup rapat. Tatapannya kembali menyendu.

Apa yang terjadi pada jimin? Apa dia baik baik saja? Apa banyak luka yang di dapatkannya?. Bebagai pertanyaan berputar di kepala taehyung.

"Hyung", sebuah suara mengejutkan taehyung.

"E-oh kook. Waeyo? ", tanya taehyung.

"Semua sudah berkumpul untuk makan malam",

"K-kau tak ajak jimin", tanya taehyung ragu.

"Aku sudah melihatnya. Dia sedang tidur, biarkan dia istirahat", taehyung bingung. Apa jungkook tak tau apa yang terjadi.
Aah, jungkook tak mengetahuinya dia sedang berlatih basket kala itu.

"Kenapa hyung, tak biasanya kau menanyakan jimin. Apa terjadi sesuatu? ", jungkook menatap curiga. Taehyung hanya menggeleng kemudian berjalan menuju meja makan.

"Oh tae kami menunggu-, omo! Ada apa dengan kakimu? ", tanya namjoon. Taehyung memperhatikan kakinya, dirinya pun baru sadar jika ada luka di kaki kirinya.

Ah, ini pasti karena pecahan vas tadi, batinnya.

"Ah, gwaenchana hyung. T-tadi aku terjatuh", alibi taehyung.

"Obati luka mu tae", ucap jin. Taehyung hanya mengangguk.

***

00:00 KST

Taehyung memandang dengan ragu pintu putih yang ada di depannya. Sudah 30 menit lamanya taehyung berdiri di depan kamar jimin. Setelah menguatkan hatinya, perlahan tangan taehyung memegang knop pintu dan memutarnya.

Taehyung berjalan pelan menuju ranjang dimana jimin tertidur dalam keadaan meringkuk seperti anak kucing yang membutuhkan perlindungan.

Taehyung duduk di samping jimin, dengan pelan tangannya membelai lembut surai jimin. Begitu lembut takut jika sang empunya terganggu dan bangun.

"M-mian", lirihnya sangan pelan nyaris tak terdengar.

"Mi-mian chim", ingin sekali taehyung merengkuh tubuh jimin sekarang. Namun tentu tak di lakukannya karena akan mengganggu tidur nyenyak jimin.

"Sssttthhh", jimin meringis dalam tidurnya. Taehyung mengusap kepala jimin agar bisa lebih tenang.

"Apa sangat sakit saeng. Mianhae", ucap taehyung bergetar. Melihat banyak luka di tubuh jimin membuat rasa sesal di hatinya.

"Mianhae, aku hyung yang tak berguna. Saat kau membutuhkan hyung, aku malah menjauhimu, bahkan menganggap mu tak ada. Kenapa kau lakukan ini untukku. Kenapa untuk orang brengsek sepertiku. Mianhae. Mian", pecah sudah tangis taehyung, namun ia masih mengendalikan isakannya agar tak membuat jimin terbangun.

Perlahan ia mengambil posisi di samping jimin. Ikut berbaring dan memeluk jimin. Masih dengan air mata yang bergulir di pipinya. Taehyung menatap wajah damai jimin dengan sendu. Sesekali dahi jimin mengerut, bahkan tidur pun jimin tak mendapat ketenangan. Taehyung mengusap kepala jimin dan membuatnya sedikit tenang.

"Sudah berapa banyak beban yang kau tanggung. Sudah sebanyak apa sakit yang kau terima jim. M-mian, aku benar benar hyung yang tak berguna", taehyung sangat sadar dia salah satu orang yang menorehkan banyak luka dan kesakitan untuk jimin. Semua rasa sesal menguar, ingin mati saja rasanya.

"Mi-mianhae saeng", kemudian taehyung ikut memejamkan mata dan mengarungi alam mimpi.

***

"Eungh", erang jimin. Perlahan matanya terbuka. Seketika jimin membulatkan matanya, mendapati taehyung yang tidur di sampingnya.

Taehyung yang merasa terganggu membuka matanya. "Ada apa chim", tanya taehyung parau khas orang bangun tidur.

"H-hyung, kenapa k-kau tidur di sini", tanya jimin takut. Bukankah hyungnya ini tak menyukainya, lalu kenapa tidur di kamarnya.

"Kenapa, tak boleh? ", tanya taehyung.

"B-bukan begitu tapi-",

"Aku hanya ingin tidur dengan adikku", ucap taehyung kelewat santai. Jimin mengedipkan matanya bingung.

Apa yang terjadi pada hyungnya ini, pikirnya.

"Kau belum obati luka mu chim? ", jimin sedikit asing dengan panggilan yang di lontarkan taehyung. Sudah sangat lama sekali taehyung tak memanggil jimin dengan panggilan kecilnya.

"Tetaplah di sini aku akan ambilkan obatnya", melihat jimin yang hanya mematung, taehyung mengambil inisiatif sendiri.

Tak lama taehyung kembali dengan kotak bening yang berisi obat obatan di dalamnya. Dengan telaten taehyung mengusapkan salep untuk memar pada jimin.

"G-gomawo hyung", ucap jimin setelah taehyung selesai mengobatinya.

"Kenapa kau lakukan itu untuk orang sepertiku? ", alih alih menjawab taehyung justru balik bertanya.

"Nde? ", entah kenapa otak jimin menjadi lemot saat mendengar kata kata yang di lontarkan taehyung.

"Kenapa kau berbohong pada jin hyung dan mengatakan jika kau yang melakukannya! ", suara taehyung sedikit meninggi.

Jimin menunduk dia tak tau harus menjawab apa. Karena rasa sayanglah dia mau mengorbankan dirinya. Karena jimin tak mau taehyung sedih.

"Aku tak mau hyung yang menanggungnya. Biarkan aku saja hyung. Aku tak mau kau sedih", ucap jimin pelan.

"Kau bodoh atau apa huh? Kenapa kau mau menjadikan dirimu tameng untukku. Kau begitu naif jim! ", kali ini taehyung membentak jimin. Dia marah, dia marah pada dirinya sendiri. Dia kesal kenapa jimin mau melindungi orang sepertinya. Dia hanya terlalu menyesal.

"Karena kau hyungku. Kata eomma keluarga itu harus saling menjaga", Pecah sudah tangis taehyung mendengar ucapan polos jimin. Kenapa dia bisa menyia nyiakan adik berhati malaikat seperti jimin. Dia begitu bodoh.

Bodoh, brengsek, sialan kau park taehyung. Batinya.

"Hyung kenapa", jimin mendekat dan dengan ragu mulai merengkuh tubuh taehyung yang bergetar karena isakannya.

"Mian hiks mianhae chim", taehyung mengeratkan pelukannya. Jimin hanya tersenyum dan mengangguk.

Pagi ini merupakan pagi yang bahagia bagi jimin. Setidaknya dengan sisa waktunya dia bisa membuat taehyung percaya padanya. Dan dia akan berusaha membuat hyung lainnya percaya padanya.

Gwaenchana || pjm ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang