Seorang namja sedang duduk di kursi taman sekolah dengan pandangan kosong. Ya, disinilah jimin, duduk di taman sambil memegang botol kecil yang kosong. Obat yang diberikan sejin hyung sudah habis. Jimin meremat seragamnya. Dari tadi pagi perutnya terasa sakit dan tidak nyaman, namun obat yang diberikan sejin hyung sudah habis. Dan jimin tidak punya uang untuk membeli obat baru. Sudah beberapa hari belakangan jimin tidak bekerja di tempat taemin."Jimin! ", jimin tersentak dari lamunannya. Sedangkan si pelaku hanya terkekeh puas telah mengagetkan temannya.
"Ya!, jika aku jantungan bagaimana kau mau aku mati", teriak jimin yang kekesalannya sudah sampai keubun-ubun.
"Tentusaja tidak. Kkkkkk, mianhaeyo", jihyun masih dengan kekehannya.
"Tapi itu akan terjadi, aku akan mati", lirih jimin yang masih didengar oleh jihyun. Tawanya langsung berhenti saat itu juga. Mimik wajahnya berubah, dia tak suka saat jimin mengucapkan kalimat itu.
"Hei, apa yang kau katakan. Jangan katakan itu lagi", ucap jihyun penuh penekanan.
"Tapi itu benar", sanggah jimin
"Aku tau manusia pasti akan mati. Tapi bisakah kau tidak mengatakan hal seperti itu? "
Jimin hanya dapat menundukkan kepalanya. Jihyun yang tak tahanelihatnya pun langsung memegang kedua pundak jimin, sedikit merematnya.
"Jimin-ssi, aku tau kau pasti merasa terluka karena keluargamu. Kau pasti merasa kesepian. Tapi ingatlah aku selalu bersamamu. Aku, keluargamu akan memberikan semangat padamu. Jadi kumohon jangan katakan hal-hal seperti tadi. Aku kenal jiminku tidak akan menyerah seperti itu. ", jelas jihyun.
Jimin menepis pelan tangan jihyun dari pundaknya.
"Kau tau apa rasa sakit yang paling besar?, Sakit itu ketika orang yang kau jadikan pijakan bahkan menginginkan kau hancur. Mereka menginginkan aku mati maka biarkan itu terjadi!. Mereka bahkan tak menganggapku keluarga hyunie.. Hikss, hiks.. Hiks. Bah-bahkan jika aku mati pun tak akan ada yang menangisiku. Tak ada yang akan peduli. Hikkss,, hikss,,", jimin tak kuasa membendung air matanya.
Untuk kesekian kalinya jimin lemah. Jimin selalu lemah jika menyangkut keluarganya.
Jihyun lupa akan keadaan jimin bahwa dia tak diterima keluarganya. Jihyun langsung membawa jimin kedalam pelukannya. Memberikan pelukan terbaik kepada tubuh yang sedang rapuh itu. Jihyun ikut menangis, tak kuasa melihat sahabatnya yang begitu hancur."Maka cukup jadikan aku pijakanmu, jim. Aku akan ada untukmu, aku berjanji", ucap jihyun. Jimin melepas pelukannya menatap sahabat terbaiknya. Dia merasa sangat beruntung bisa memiliki sahabat seperti jihyun. Jimin menunjukkan senyuman terbaiknya.
Jihyun melihat jimin memegang botol kosong. "Apa obatmu maag habis? ", tanyanya.
"Oh,, iya",
"Apa kau punya uang untuk membelinya? ", tanya jihyun yang mengerti kondisi jimin.
"Tentu", bohong jimin
"Kau yakin? ",
"Iya hyunie".
Setelah itu mereka pergi menuju kelas karena jam pelajaran akan dimulai.
***
YOONGI POV
Aku sedang mondar-mandir di ruanganku. Aku lupa membawa lirik lagu yang sudah kurancang berbulan bulan dengan susah payah. Sebentar lagi lagu itu harus sudah kuedit dan ku berikan kepada meneger-nim. Aku sangan frustasi, hari ini aku tidak bawa mobil karena sedang diservis.
Jika aku menelfon rumah apakah ada orang?. Tanpa pikir panjang aku tetap menghubungi rumah siapa tau jungkook sudah pualang.
YOONGI POV AND
Jimin bersenandung kecil, suasana hati nya sedang baik sekarang. Jimin membersihkan rumah menyapu, mengepel dan mengerjakan pekerjaan lainnya.
Tiba-tiba suara telfon menghentikan kegiatan jimin. Jimin segera mengangkat telfon tersebut.
"Yobseo? ", ucap jimin.
"yobseo, bisa tolong ambilkan lirik laguku di ruang musik?! Aku membutuhkannya antarkan kekantorku, cepat! ", sambungan langsung terputus. Jimin segera melakukan apa yang di perintahkan hyungnya.
Setelah mendapatkan lirik lagu yoongi, jimin segera menaiki bus menuju kantor yoongi. Setelah dua puluh menit perjalanan jimin sampai di halte. Namun tiba tiba hujan turun dengan derasnya.
Yang jimin khawatirkan hanya satu 'lirik milik yoongi'. Dia khawatir jika lirik itu basah yoongi akan sangat sedih karena butuh waktu lama untuk membuatnya.
Akhirnya jimin memasukkan lirik itu ke dalam jaketnya agar tidak terkena hujan. Jimin mulai berlari dari halte ke kantor yoongi. Jarak dari halte ke kantor cukup jauh memerlukan waktu sepuluh menit untuk bisa sampai ke kantor.
Jimin basah kuyup datang ke kantor yoongi. Disana sudah ada yoongi yang menunggu dengan gelisah di depan kantor.
"H-hyung. I-ini lirik mi-milikmu", jimin mengeluarkan lirik yoongi yang disembunyikan dibalik jaketnya. Jimin menyerahkan lirik itu dengan gemetar. Jimin sangat kedinginan.
"Terimakasih", jawab yoongi singkat. Ingin dia memberikan baju hangat pada jimin, namun egonya terlalu besar.
Jimin tersenyum, lega karena bisa membantu hyungnya. "Baiklah, a-aku pulang dulu hyung", setelah nya jimin pergi dari hadapan yoongi. Tidak ada niatan bagi yoongi untuk mengantarkan jimin pulang.
Jimin memeluk dirinya sendiri. Sudah lebih dari setengah jam jimin menunggu bus namun tidak ada yang searah dengan rumahnya. Jimin baru ingat kalau dia belum masak untuk makan siang keluarga Park. Jimin langsung berlari menembus hujan. Dia tak ingin keluarganya kelaparan karena tak ada makanan di rumah. Jimin juga tak ingin mencari masalah dengan hyungnya.
Belum sampai separuh perjalanan. Jimin merasakan kepalanya berputar, pandangannya buram dan perutnya terasa sakit. Jimin tetap memaksakan untuk berlari. Namun, akhirnya jimin jatuh dan kegelapan merenggut kesadarannya.
"Ya tuhan jimin! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwaenchana || pjm ✅
FanficStory by : elzira ho Covered : pinterest & picsart ____________________________ "Selama kalian bahagia,maka aku akan baik baik saja" klise, tapi memang seperti itu adanya. - gwaenchana - 21 juli 2019-8 maret 2020