"Hai gaes, selamat siang! Kembali bersama gue Harta Samber Gledek. And welcome to my vlog gaes!"Seorang lelaki gemulai berusia sekitar 20 tahun tengah sibuk berbicara di depan gawai yang dipasang pada tongsis yang sejak tadi dipegangnya. Dia memang seorang selebritis di dunia maya yang memiliki ratusan ribu follower dan subscriber. Ya, memang belum sebanyak artis-artis tenar dunia maya yang lain. Tapi dia sudah merasa seperti artis kelas dunia.
"Yaah, tuh anak kambuh lagi penyakitnya! Hei, Ta! Minum obat dulu Sono, lo!"
Juno yang tengah sibuk di depan laptop, menggerutu kemudian melemparkan remasan kertas ke arahnya. Dia memang sudah jengah dengan kelakuan Harta yang terobsesi menjadi artis. Pemuda itu memang tidak mengenal waktu kapan dia online. Saat semua orang di kantor sedang sibuk bekerja, dia malah asik bercengkrama dengan gawainya.
"Gila emang tuh, bocah!" seru Rina yang sejak tadi mondar-mandir ke tempat mesin fotokopi di sudut ruangan kantor.
"Gaes, gak usah didengerin gaes. Yah begitulah kalo orang-orang sirik dengan Kita gaes. Mereka akan melakukan segala cara untuk melihat Kita tidak bahagia. So, jangan lupa bahagia gaes. Saya Harta Samber Gledek, undur diri. Chaaao!" ujar Harta menyudahkan tayangan onlinenya. Kemudian dengan wajah merengut dihampirinya Juno yang sejak tadi duduk di hadapannya.
"Bang Juno, kalo Harta lagi online plis dong jangan diganggu!" rengek Harta manja sambil menepuk bahu Juno
"Idiiih, gue jijik banget. Jangan alay sama gue lo ya! Gue bikin kremes, baru tau rasa, lo!"
Juno segera menepis tangan Harta yang melambai-lambai di bahunya. Lelaki itu memang sudah lama tidak menyukai sikap Harta yang mirip perempuan tapi berdandan super macho.
"Ta, lo mendingan beliin Kita makan siang deh. Jadi OB (Office Boy) nyantai banget lo! Untung tuh si Tuan Takur lagi gak ngantor. Kalo dia tau lo ng-evlog di jam kantor, dipecat lo!" tukas Merry, satu-satunya perempuan tertua di perusahaan desain interior itu dengan nada sewot.
"Tuan Takur?"
Seorang wanita muda berwajah dan berdandan ala India tiba-tiba muncul dari balik pintu. Tubuhnya ramping semampai. Wajahnya cantik mirip bintang Bolywood, Rani Mukherjee. Rambutnya yang panjang terurai, semakin membuat kecantikannya mempesona.
"Eh Sonia udah dateng ...." Merry tiba-tiba menurunkan nada suaranya.
"Untung ya, abang gue gak dateng. Kalo dia dateng dan dengar lo manggil dia Tuan Takur, pensiun dini lo mba." Yang bernama Sonia melewati Merry sambil terkikik-kikik.
"Eh, Sonia ... kemari deh. Coba nih lo liat desain cafe pesanan teman lo nih!" panggil Juno.
Sonia menghampirinya, tapi matanya mencuri-curi pandang wajah seorang pemuda di ujung ruangan, yang sejak tadi, tampak tidak peduli dengan suasana kantor yang penuh dinamisme.
"Sonia ... Sonia ...!"
Suara Juno membuyarkan pandangannya.
"Ryan namanya, anak baru!" bisik Juno.
"Ooh, pantes!"
"Eh mas-mas, mba-mba. Itu di seberang kantor ada cafe baru buka. Pada mau makan di situ apa Harta yang beliin ke situ? Lagi promo lo gaes."
"Oh iya, gue mau ya, cyin! Dimsum, sama spageti seporsi, jangan lupa minuman freenya. Kan lagi gratis lemon tea tuh!" pinta Rina.
"Ada pecel lele gak ya?"
"Aduuh mak Merry, kayak gak pernah ke Cafe. Pecel Lele mah adanya di warung tenda mak," tukas Harta.
"Yaudah, gue itu ya, Ta. Jangan lupa ekstra sambel!"
"Bang Juno sama Kak Sonia mau apa, cyiiin?"
"Oh aku gak ... udah makan di rumah." ujar Sonia
"Gue ayam geprek, sambelnya level 5 seperti biasa!" pesan Juno.
"Yaelah Bang, gak mesen ke Cafe? Harta kan maunya jalan ke Cafe. Kalo ayam geprek jauuuh!"
"Lo jadi OB manja banget sih!" seru Juno sambil bersiap menimpuk Harta dengan remasan kertas lagi. Sonia yang sejak tadi duduk di sampingnya tidak sanggup menahan tawa melihat kelakuan semua karyawannya yang sudah dianggap seperti sahabat baginya.
Harta pun segera menuju sosok lelaki berwajah dingin yang sejak tadi hanya diam di depan meja kerjanya. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja, mungkin dia masih segan berakrab-akrab dengan yang lain.
"Hai mas Ryan!" sapa Harta.
"Aku gak pesan, Aku bawa bekal!"
Seperti tahu apa yang akan ditanyakan Harta, Ryan langsung menjawab dengan dingin dan lugas.
"Wow, cute banget!" batin Harta.
Pemuda itu segera meluncur ke tempat yang dituju. Cafe seberang kantor yang hanya dibatasi jalan dua lajur. Cafe itu tidak besar, ruangan bagian dalamnya hanya cukup menampung sepuluh orang. Sedangkan terasnya bisa menampung empat orang pelanggan yang memilih untuk merokok di tempat terbuka.
Cafe de Lemon, begitu namanya. Sesuai dengan cat yang mewarnai dindingnya. Terlihat asri dengan hiasan daun-daun plastik menjalar di tiap tembok. Tampak sepi dan lenggang siang ini, bahkan satu karyawannya pun tidak tampak batang hidungnya. Harta celingak-celinguk kebingungan. Kemudian bibirnya sumringah, tatkala melihat sesosok perempuan berhijab di sudut ruangan. Namun, Harta urung mendekat tatkala melihat perempuan muda itu menatap nanar ke seberang jalan.
Wajah ayunya menunjukkan kesedihan. Perempuan itu kemudian bangkit lalu berlalu begitu saja melewati Harta, keluar dari cafe. Harta terpana melihat betapa manis wajah perempuan itu. Segera dia kejar perempuan itu keluar. Namun begitu tiba di teras, sosok perempuan itu menghilang tanpa jejak.
"Iih horor, kemana tuh perempuan?" gumam Harta dalam hati.
Tanpa disadarinya, sebuah tangan berjari lentik menepuk pundaknya dengan keras.
"Maaak setaaan!" teriak Harta ketakutan.
Pemilik tangan yang barusan menepuknya tidak kalah terkejut mendengar teriakan Harta. Dia pun ikut berteriak kencang.
"Eh Gila lo, bikin gue takut aja!" seru Harta gemas, tatkala melihat seorang gadis berseragam cafe di balik badannya.
"Laah, masnya bikin Saya kaget!" ujar gadis bertubuh pendek dengan rambut ekor kudanya.
"Mas nyari siapa? Dari tadi celingak-celinguk ...."
"Eh tadi ada perempuan pake hijab, duduk di situ ...," ujar Harta sambil menunjuk tempat yang dimaksud.
"Terus dia pergi yeekaaan, eh gue kejar ngilang. Horor gak sih lo?" tambah Harta dengan sikap gemulainya.
"Perempuan apa? Dari tadi gak ada pelanggan yang datang kok!"
"Hiii gila, lo! Seriuuus? Horor banget nih tempat!"
"Ah ... Masnya jangan nakutin dong, ini cafe lagi sepi. Mana Aku sendirian lagi. Temenin dong maaas!" pinta gadis itu dengan mimik takut.
Harta mengerenyitkan dahinya, dia pun teringat pesanan Rina di Cafe ini.
"Yaudah! Sekalian siapin dimsum sama spageti 1 ya. Jangan lupa lemon tea gratisnya gue minta tiga."
"Haaah banyak amaat mas?"
"Kan makanannya dua, yang satu karena lo dah gue temenin. Ah, udah ah buruan, ntar tuh para karyawan kelas elite marah sama gue."
Si gadis mengangguk sambil melongo. Mencoba memahami ucapan Harta. Mereka berdua akhirnya pun masuk ke dalam cafe. Namun, baru saja selangkah masuk, tiba-tiba terdengar suara tawa cekikikan mirip kuntilanak.
"Aaaaaaaaaa...!"
Spontan kedua orang itu pun berteriak ketakutan dan lari tunggang langgang keluar cafe.
"Dew? Bambang?"
Seorang wanita bertubuh montok keluar dari toilet cafe sambil memegang gawai yang masih menempel di telinganya. Dia celingak-celinguk mencari suara teriakan yang tadi didengarnya saat menelepon suaminya di toilet. Dengan cuek, akhirnya dia melanjutkan menelpon lagi sambil tertawa cekikikan mirip kuntilanak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kue Kacang dan Secangkir Teh
RomantikUntuk meraih kembali cinta yang hilang dan terlupa, seorang gadis berjuang dan bertahan dengan bantuan kue kacang dan secangkir teh. Akankah dia temukan cintanya kembali?