2. Titipan

81 6 8
                                    

Sosok gadis berhijab baru saja meninggalkan Cafe de Lemon. Saat itu baru jam delapan pagi. Sedangkan Cafe akan buka jam 10. Dari raut wajah gadis itu menyimpan kesedihan. Matanya pun begitu sendu. Apalagi saat dia menatap kantor Kashmeer Interior Design yang masih tutup. Dia cuma bisa menghela napas dengan berat.

Ratmi, asisten pemilik Cafe de Lemon, ikut mengantarkannya hingga depan pintu. Raut mukanya juga tak kalah sedih saat melepas kepergian gadis berhijab itu.

"Hania ...." ucapnya dengan suara bergetar.

Hanya itu yang keluar dari mulut Ratmi, ketika gadis itu semakin jauh berjalan. Wanita bertubuh gemuk dengan rambut mirip Dora the explorer itu kembali ke dalam cafe dan mulai mengemas beberapa buah kue kacang ke dalam box kue berwarna oranye, dengan kombinasi motif bunga pada tutupnya. Kue kacang yang perpaduan aroma butter dan kacang giling begitu menggugah selera. Namun Ratmi hanya menatapnya dengan pilu.

*

"Ingat ya, jangan keulang lagi tuh peristiwa kemaren. Masa cafe gak ada yang jagain?!" keluh Ratmi pada Dewi dan Bambang, karyawan Cafe de Lemon.

"Iya, Tante maaf. Dewi gak tau kalo yang cekikikan itu tante," ujar Dewi, gadis 18 tahun itu, sambil nyengir kuda.

"Ya tante, maapin Saya, pergi ke mesjid gak bilang-bilang. Tapi ... Saya boleh toh, ke mesjid pas zuhur, tante? Solat jama'ah loh tante, cuma itu aja," ujar Bambang, pemuda sepantaran Dewi yang asli Solo itu.

"Ya sudah, sekarang pada kerja yang bener. Dewi, ini kamu bawa kue ini ke kantor seberang!"

"Kue apaan, tan? Emang kita jual kue?"

"Kue kacang, ini cuma titipan pelanggan. Buat Pak Ryan ya!"

Tanpa banyak tanya lagi, segera Dewi raih kotak kue itu dari tangan Ratmi. Dia memang sedang ingin sekali mampir ke kantor tempat Harta bekerja. Sejak kejadian horor salah kaprah kemarin, dia mulai dekat dengan Harta, yang menurutnya berwajah tampan.

"Punten ... permisi ... kulonuwon ... !" sapa Dewi saat mendorong pintu kaca bertuliskan Kashmeer Interior Design.

"Iya masuk aja, mba," jawab Sonia dari meja resepsionis. Namun Tak lama kemudian gadis itu malah keluar, meninggalkan Dewi kebingungan.

"Ya Allah ... itu beneran Rani Muhkerjee? Pantesan judul kantornya Kashmeer ... eh-," ocehan Dewi tertahan saat ada tangan gemulai yang mencoleknya.

"Hai cyiiin!" seru Harta sumringah.

"Hai juga, eh Mas Harta. Makasih ya kemaren dah temenin Dewi!" ujar Dewi sambil cengengesan.

"Hah penakut lo, dasar!" ledek Harta

"Alaaah kayak gak takut aja lo!" balas Dewi

"Eh, itu kotak apaan? Lucu bangeeeet, oh cuuute."

"Eh iya, mas Harta ini buat Pak Ryan!"

"Buat Pak Ryan? Dari siapa?"

"Yah mana Dewi tau! Pokoknya kata tante Bosque itu kue buat Pak Ryan, titipan pelanggan cafe."

Harta mengangguk-angguk paham sambil berbalik badan dan berjalan menaiki anak tangga ke lantai atas.

"Heran gue, orang sini gak ada basa-basinya apa? Gue dicuekin ...."

*

Ryan memandangi kotak oranye bermotif bunga di atas meja kerjanya. Baru saja dua hari dia bekerja di sini, sudah dikirimkan kue.

"Ini pasti kerjaan mama," pikirnya.

Dibukanya kotak itu, aroma khas kacang panggang dan butter menyeruak ke seluruh ruangan. Tiba-tiba karyawan lain, yang memang hanya berjumlah lima orang, termasuk dirinya, berpaling ke arahnya mencari asal bau harum itu.

Kue Kacang dan Secangkir TehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang