3. Sonia Maheeya

65 5 0
                                    

Juno melirik ruangan kaca yang berjarak 8 meter dari sebelah kiri meja kerjanya. Pandangannya tertuju pada Sonia. Gadis berdarah Pakistan itu memang cantik. Bentuk mukanya oval telur, alis matanya yang panjang membuat mata jelinya terlihat sendu. Hidungnya bangir, bibirnya tipis. Tubuhnya pun tinggi semampai.

"Dengan wajah seperti itu, didandani apapun Sonia memang cantik," gumam Juno dalam hati sambil senyum sendiri.

Sudah sejak awal bekerja di perusahaan kecil ini, Juno ada rasa pada Sonia. Tapi lelaki ini, terlalu jaim untuk mengutarakan perasaannya. Baginya menembak cewek duluan itu sikap murahan, tidak berwibawa dan kurang elegan.

Begitulah sosok Juno, terlihat cool, calm and confidence, dengan sedikit aroma arogan yang menyelimuti wajah gantengnya. Untuk yang terakhir itu, memang tidak ada satu orang pun yang menyangkalnya. Setidaknya di tempat dia bekerja.

Hanya saja, setelah Ryan hadir, Juno serasa menemukan rival. Baik dari segi ketampanan juga kinerjanya. Apalagi saat dia memperhatikan Sonia, yang sering mencuri pandang pada Ryan. Emosinya naik, "Gadisku tidak boleh melirik lelaki lain!"
Tidak sadar, dirinya tidak berarti apa-apa di mata Sonia.

"Ngapain lo lirik-lirik Ryan dari tadi?"

Sonia terkejut, mengetahui Juno sudah ada di sampingnya.

"Gue lagi liat kerjaan dia, emang kenapa?" Gadis itu pun buru-buru menyibukkan diri dengan laptopnya. Juno tahu itu cuma pura-pura.

"Makan siang bareng, yuk! Aku yang traktir," ajaknya.

"Aku dah punya jadwal siang ini," jawab Sonia enteng.

"Jadwal apa? Ketemu klien? Apa janjian sama Ryan?!" tanya Juno beruntun dengan sedikit sewot.

"Lo kepo amat ya sama bos lo! Belom pernah ngerasain potong gaji, ya!" Sonia mulai menunjukkan kuasanya.

Juno terkesiap, baru kali ini di hadapannya, Sonia menunjukkan diri sebagai bos Kashmeer Design Interior. Padahal selama ini mereka layaknya teman dekat, bukan atasan bawahan.

"Lo kok aneh, sih? Baru gue tanya gitu doang, kok nyamber-nyamber ke gaji?"

"Lo juga aneh, Jun. Ngapain lo tiba-tiba nyambung-nyambung ke Ryan pake nada sewot gitu? Lo ada masalah sama Ryan?"

Sonia membalas argumen Juno. Lelaki berusia 28 tahun itu makin salah tingkah. Tidak menyangka Sonia akan berkata seperti itu.

"Ya, gaklah. Cuma tumben aja, biasanya lo kalo gue ajak kan gak pernah nolak ...."

Sonia tertawa, "sorry, bro. Bos besar siang ini mau datang. Jadi gue gak bisa kemana-mana." Sonia menaikkan bahunya.

"Apa? Pak Annas mau ... kemari?" tanya Juno terkejut. Dahi Sonia berkerut, bibir tipisnya menciut, seperti menandakan kekhawatiran, dia pun mengangguk.

"A-apa? Wooi gaes! Pak Annas mau dateng siang ini, buruan rapiin meja kalian! Harta sikat wc yang bersih! Rina, bersihin pantry! Mba Merry, rapiin dandanan lo, eh alat make up lo maksud gue!" Juno tetiba berteriak ke seantero ruangan. Kontan saja, mereka seperti menurut apa kata Juno, langsung bekerja dengan cepat.

Ryan kebingungan, baru kali ini suasana kantor menjadi tegang.

"Pak Annas itu siapa?" tanya Ryan pada Sonia yang sejak tadi berdiri di sampingnya, saat warga kantor mulai panik.

"Abang gue!" Sonia menghela napas.

"Kenapa mereka begitu?"

"Abang gue itu terkenal perfectionist, ruangan harus bersih, rapi, wangi. Mirip kamu ... gitu deh!" jelas Sonia tatkala melihat betapa meja kerja Ryan terlihat rapi dan teratur.

Kue Kacang dan Secangkir TehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang