TOLIKARA

4.1K 636 22
                                    

"HITAM, KERITING, PESEK, HIDUP LAGI!!" bentak Farel ke arah Corry.

Lagi dan lagi. Tahun berganti, hari berganti, dan kebiasaan pagi Farel, Rio, dan Bara tetaplah sama. Membully Corry.

Kali ini Asma yang baru masuk tak tinggal diam. Menarik tangan Corry dan berjalan cepat meninggalkan tiga pria dari XI IPA 7 yang kurang kerjaan itu.

Untuk pertama kalinya Corry merasa tak sendiri. Asma datang tanpa memandangnya sebagai orang yang patut diadili.

"ASMARANI AGAINNNNNNNN!!" Farel jengkel sekali kali ini.

Asma tetap saja tak peduli dengan suara-suara itu, dan terus melangkah bersama Corry menuju kelas mereka.

Rupanya gadis itu masih berusaha sabar setelah kasus catatannya kemarin, tapi satu yang pasti, keberaniannya untuk melawan Farel CS mulai tumbuh. Bahkan dia bertekad akan lebih berani membela Corry dari ketiga pria berhati batu itu.

"ASMA?!"

Asma dan Corry langsung berhenti mendadak saat Farel CS sudah menyusul mereka dan berdiri tepat di hadapan mereka. Lagi-lagi menghalangi jalan.

Asma menarik Corry ke belakangnya, sebelum mendongkak menatap Farel dengan tajam.

"Kenapa sih kamu tuh selalu cari masalah sama aku?! Kamu suka sama aku? Bilang aja kali!"

Ucapan Farel malah membuat Rio dan Bara tawa jahat dan ganas mereka.

Asma malah kesal. "Kamu yang cari gara-gara sama orang lain!"

"Aku kan gangguin Corry bukan kamu!" Farel tak mau kalah.

"Kamu pikir kamu berhak gangguin Corry? Kamu pikir kamu siapa?" balas Asma dengan sengit. "Asal kamu tau, ya, Islam mengajarkan untuk berlaku adil pada semua orang. Enggak peduli ras, suku, asal, bahasa, bahkan agama. Adil kepada sesama itu lebih dekat kepada takwa.

"Kamu yang menyebut diri kamu generasi penerus bangsa ini? Sifat kamu kayak gini? Aku ragu kamu berjanji soal keadilan di masa depan."

Untuk beberapa detik Farel, Rio, Bara saling pandang sebelum tawa mereka sontak pecah seketika.

"UWUUUUUUUUU ... HAHAHAHAHAHAHAHA."

"Ketinggian, Mbak, ngomongnya," sindir Bara.

"Kek aparat negara, ya? Ngomongnya bangsa-bangsa mulu," timpal Rio.

Asma tak gentar. "Hanya orang yang enggak memahami esensi pendidikan dengan baik, yang enggak berpikir untuk berbuat bagi bangsanya!"

"Ohhhh ... seperti itu, Mbak Asmarani?" Farel melotot. "Jadi kamu menganggap diri kamu suci?"

Tidak nyambung, pikir Asma.

Corry yang kasihan dengan Asma tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa berlindung di balik punggung gadis itu.

"Orang yang kamu pandang rendah, bisa jadi lebih baik seratus kali lipat daripada kamu. Terlebih jika dia mendapat hidayah," tegas Asma.

Tak lama Farel malah menghela napas jengah. "Hahhh ... udah lah, mata kamu buta sampai enggak lihat dia jelek kayak gini?"

"Apa kamu bilang?!" Asma melotot dengan sengit ke arah Farel. "Kamu baru aja menghina Pencipta dengan menghina ciptaan-Nya. Kamu merasa bisa menciptakan makhluk hidup? Asal kamu tau, ya, seseorang dinilai dari kedudukannya di hadapan Tuhan. Sebelum Nelson Mandela datang untuk menghapus apartheid, Islam sudah lebih dulu mengangkat derajat seorang budak kulit hitam legam bernama Bilal sebagai penghuni surga karena kedudukannya di hadapan Tuhan.

"Jadi tolong! Tolong jangan mempermalukan Islam dengan sikap konyol kamu! Karena maaf aja, kamu lucu!"

Farel sampai terdiam sesaat. Tak lama amarahnya naik berkali-kali lipat. Pria itu maju, dan sontak Asma dan Corry sedikit mundur.

"BICARA AJA KAMU SOAL AGAMA!"-telunjuk Farel menunjuk tepat ke wajah Corry- "KAMU ENGGAK TAU ORANG-ORANGNYA NGELARANG SHALAT IED DI TOLIKARA BAHKAN BAKAR KIOS SAMPAI MUSHALA JUGA IKUT KEBAKAR?!"

Bara dan Rio mulai merasa aura-aura panas semakin memuncak. Mulai keluar jalur, pikir keduanya.

Asma justru geleng-geleng kepala. "Ohhhhh ... ceritanya kamu mau balas dendam? Aku kira kamu cuma korban provokasi oknum-oknum kurang bertanggung jawab yang tidak mengembalikan segala sesuatunya kepada hukum, dan memilih menempuh cara yang membuat kerusakan lebih besar. Orang-orang dengan pemikiran seperti kamu ini yang berbahaya. Ya, berbahaya karena cuma bisa main pukul rata!"

Corry sampai kaget dengan jawaban itu.

"Apa kamu bilang?!" Farel maju sudah dengan tangan terkepal.

Sontak Rio langsung menahan pundaknya. "Farel? Farel?"

Tidak lucu sekali mereka menghajar perempuan, pikir Rio.

Dengan tubuh sedikit bergetar, Asma menatap pria itu dengan tajam. "Kamu asli Bandung, kan, kalau aku tau satu orang Bandung itu pembunuh, apa kamu terima kalau aku sebut semua orang Bandung itu pembunuh? Pikir lagi! Belajar lagi tentang hidup!"

Hening.

Untuk pertama kalinya Farel, Rio, dan Bara merasa kalah.

Sontak wajah Farel memerah menahan amarah. Sudah akan maju lagi, tapi punggungnya ditahan Rio dengan paksa. "Farel-"

Asma dan Corry memilih tak peduli. Langsung beranjak sebelum saling berpandangan dan seketika tertawa bersama.

"Hahahahahahahahahaha."

I CAN SPEAK (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang