“Assalamu’alaikum,” ucap Abel ketika membuka pintu rumahnya. “Mah,” teriaknya saat tidak ada yang menjawab salamnya.
“Wa’alaikumsalam, Mbak,” jawab Simbok yang membantu beberes di rumah Abel.
“Mamah mana, Mbok?” Abel menaruh tasnya di kursi ruang tengah, yang dekat dengan dapur lalu duduk di sana untuk menghilangkan letihnya.
Kaki diselonjorkan, tangan dibentangkan dan kepala menengadah ke langit-langit rumah, membuat Abel merasa spa di salon.
Baru pukul tujuh malam tapi rumah sepi, tidak ada siapa-siapa. Rumah yang dihuni berempat dengan satu pembantu membuat rumah yang besar tampak sepi. Abel hanya dua bersaudara dengan kakaknya, Devan.
“Ibu ikut Bapak ke acara kantornya, Mbak. Kalo Mas Devan tadi pagi bilangnya lembur hari ini.” Simbok kembali ke dapur, “mau minum teh hangat apa langsung mandi, Mbak?”
“Mandi aja, deh, terus makan.” Abel membereskan barangnya untuk dibawa ke kamar. “ Masak apa, Mbok?” Baru berjalan sampai tangga, Abel menoleh melihat Simbok.
“Masak kesukaan Mbak Abel, daging teriyaki dan tadi siang Ibu minta dibuatkan steak. Ini steaknya masih, Mbak.” Abel manggut-manggut lalu naik ke atas.
Makanan kesukaan Abel itu ada banyak, salah satunya adalah daging teriyaki. Selain steak, Abel memang menyukai daging teriyaki. Simbok selalu tahu apa yang menjadi keinginan Abel pada hari itu. Bekerja selama lebih dari 20 tahun pada keluarga Abel membuat Simbok paham betul apa yang disukai para majikannya.
Selesai berdandan dengan baju piyama lengan panjang, Abel membuka hadiah yang diberikan Malik padanya. Hadiah dengan bungkus kado berwarna merah muda bergambar hati membuat Abel senyum-senyum sendiri. Pita berwarna merah di atasnya memperlihatkan kesan manis dari pemberinya. Membuka pita yang terhubung dengan kertas kadonya, Abel tak ingin langsung merobek, ini adalah kedua kali Malik memberinya hadiah. Yang pertama berisi jam tangan yang seharga satu motor yang sekarang sedang digandrungi oleh konsumen meskipun itu dari Direktur, tapi Jojo bilang bahwa itu dari Malik. Yang kedua adalah saat ini, berisi tas Elizabeth setelah Abel membukanya.
“Mbak Abel.” Suara Simbok mengetuk pintu membuat Abel membereskan semuanya, lalu di masukkan ke dalam lemari.
“Ada apa, Mbok?” Abel membuka pintu kamarnya sedikit, agar Simbok tidak bisa melihat ke dalam.
“Ada Mas Devan dan Mas Roni di bawah, Mbak. Mas Devan pamit mandi, Mbak Abel disuruh temenin sebentar katanya.”
Setelah mendapat anggukan dari Abel, Simbok turun dan Abel mengikuti dari belakang.
“Hay, Bel,” sapa Roni setelah Abel duduk di depannya.
“Udah dari tadi?”
“Baru, kok. Gimana kerjaan kamu? Lancar?”
“Alhamdulillah lancar.” Abel mengambil majalah yang berada di bawah meja untuk sekedar menghilangkan kesenggangan.
“Bel, besok pagi aku jemput, ya? Berangkat bareng ke kantor, kan, deket.”
Abel manggut-manggut membaca majalah yang isinya tentang pelakor yang merajalela. Abel tidak menyangka jika rating pelakor masih sangat tinggi di Indonesia. Bukan menanggapi apa yang Roni katakan.
“Okey, besok aku jemput jam tujuh pagi, ya?”
“Ha? Apanya yang jam tujuh?”
“Aku jemput kamu. Kita berangkat bareng.”
“Okey, deh.” Abel berpikir akan menghemat jika berangkat bareng Roni.
🍁🍁🍁
“Pagi, Bel.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MaBeNi
RomanceDari teman jadi cinta dan berakhir bahagia adalah impian dari banyak orang. Bagaimana jika seorang atasan dan pemilik perusahaan memperebutkan satu wanita? Siapa yang akan ia pilih untuk masa depannya? Pria tampan, mapan dan juga kaya atau pria be...