“Emang,” jawab Naura santai sambil melajukan mobilnya meninggalkan rumah Abel.
Dari Pasar Minggu ke Kemang itu dekat, yang lama itu jika macet. Seperti saat ini, sudah pukul tujuh malam masih berada di jalan Pasar Minggu. Kemacetan yang berasal dari pasar karena angkutan selalu mengetem membuat kendaraan lain ikutan berhenti untuk berjalan.
Rumah Abel berada di Pejaten Timur, untuk ke Kemang melewati jalan Pasar Minggu untuk putar balik ke arah Pejaten Raya.
Selama dua puluh menit berada di jalan Pasar Minggu membuat Naura bergumam tidak jelas. Emosinya naik turun akibat angkutan umum yang grasah-grusuh saat mendahului mobilnya tak membuat Abel mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Abel tetap diam, fokus pada ponselnya meskipun jalanan sudah lengang dan akan sampai di tempat yang dituju Naura.
“Bel,” tegur Naura.
“Iya.” Matanya masih fokus pada ponsel.
“Kita udah mau sampe,” ucapnya sambil melihat pada Abel.
“Iya.” Abel masih tetap fokus pada ponselnya, tidak melihat ke arah luar sedang berada di mana, duduknya menghadap ke jendela.
“Yuk, turun!” Perintah Naura, ia langsung turun setelah mematikan mesin mobil.
Abel mengikuti Naura yang turun. “Kita mau ngapain, di sini? Anak-anak lagi pada di sini?” Abel seperti orang bingung, melihat ada teman kantornya yang berada di dekat jendela dalam kafe yang terlihat dari luar.
“Udah, ayok!” Naura menghadap Abel, menariknya masuk ke dalam.
Abel menuruti Naura, ikut masuk ke dalam kafe. Di dalam kafe ada teman-teman kerjanya. Jojo, Malik, dan Sinta belum terlihat. Masih mengumpat di lain ruangan.
“Ra, kok, anak-anak pada di sini, sih? Ada acara apa?” tanya Abel penasaran.
Sungguh, pikiran Abel sangat buntu sekarang. Naura yang hanya diam saja saat ditanya juga membuat Abel bertanya-tanya dalam hatinya. Mobil yang Naura gunakan untuk menjemput dirinya, suara Sinta saat ia menelepon Naura siang tadi, lalu Naura mendandaninya seperti orang yang akan pergi ke pesta.
Di pojok ruangan ada Ridwan, Akmal, Ayu, Retno dan suami, Tiara, Amel, Teguh dan Eka yang berada pada dua meja besar dijadikan satu.
Abel berdiri di depan meja sebelah meja teman-teman kantornya. Naura berjalan ke panggung menyuruh Keyboardis menyalakan musiknya. Jojo dan Sinta berjalan dari luar, membawa buket bunga mawar pink dan boneka emoticon falling in love berbentuk hati.
Abel semakin penasaran dengan apa yang mereka lakukan. “Ini ada apa, sih?” tanyanya pada siapa pun yang mendengar namun tak ada satu pun yang menjawab.
Jojo dan Sinta berdiri di depan Abel dan memberikan bunga mawar pink serta boneka padanya. Jojo dan Sinta lalu duduk ikut bergabung dengan yang lain. Naura menyemangatinya dari samping setelah kembali dari panggung.
Alunan lagu yang diciptakan oleh penyanyi terkenal mengalun indah dengan mode akustik. Cinta Karena Cinta dari Judika mewakilkan suasana malam ini. Malik yang memang menginginkan suasana romantis dan hangat telah tercapai.
Abel masih berdiri menunggu dan bertanya pada Naura dan Sinta yang duduk di sebelahnya, tapi mereka tidak menjawab apa-apa. Hanya mengangkat kedua bahu mereka.
Setelah musik selesai, Malik muncul dari balik pintu dapur membawa sepucuk bunga mawar putih. Berjalan santai ke arah Abel dan memberikan bunganya.
“Bel,” sapa Malik hangat. Suaranya pelan, namun jelas.
“Iya. Ini ada apa, sih?”
Abel melihat ke sebelah kiri, teman-temannya berdiri semua dan maju berbaris ke depan panggung mini. Di sana, ada tulisan dari balon huruf ‘Aku Cinta Kamu’. Melihat ke arah dinding panggung, ternyata ada tulisan ‘Will You Be a Part of My Soul?’
“Ini, apa?” Abel menunjukkan semua yang ia pegang.
“Mungkin saya bukan orang yang pandai merangkai kata untuk memikat hati wanita, tapi saya bisa pastikan jika saya akan selalu setia sama kamu. Saya juga bukan orang yang pintar membuat janji, agar kamu percaya sama saya tapi saya bisa pastikan jika semua yang saya katakan ke kamu adalah benar.” Malik mengambil napas, lalu berjalan ke arah panggung dan mengambil mikrofon agar Abel mendengar.
Abel merasa gugup, perutnya terasa ada kupu-kupu beterbangan, dirinya benar-benar tidak menyangka akan mendapat kejutan semacam ini oleh pria yang ia sukai. Ia hanya tersenyum mendengar Malik mengungkapkan isi hatinya.
“Saya tidak ingin menunggu lebih lama lagi untuk mengungkapkan semua ini ke kamu, karena saya tidak ingin kehilangan kamu.” Malik berjalan ke arah Abel lalu mengajaknya ke panggung.
“Maukah kamu menjadi surga bagi rumah dihatiku? Yang menjadi penyejuk ketika kemarau melanda, menjadi dingin ketika panas menerpa, dan menjadi teduh ketika hujan menimpa.”
Malik selalu menatap mata Abel untuk setiap kata yang ia ucapkan. Agar Abel mengetahui jika Malik bersungguh-sungguh dalam hal perasaannya. Ia tidak ingin Abel meragukan perasaannya.
Hanya satu nama yang selalu Malik sebut dalam doa di setiap sujudnya. Abella Natasha. Tidak ada wanita mana pun yang membuat jantungnya bertalu-talu cepat, rasa gugup dan keringat dingin yang selama ini ia sembunyikan.
Abel masih diam, tidak tahu akan menjawab apa karena gugupnya. Barang yang diberi Jojo, Sinta dan Malik masih ia genggam dengan erat.
Dalam diamnya, Abel merasa senang. Hatinya berbunga-bunga mendapat perlakuan bak permaisuri.
Malik berbicara pada Keyboardis, lalu mengambil barang-barang yang Abel bawa untuk diberikan pada Jojo.
Menggenggam tangannya, Malik menyanyikan sebuah lagu dari grup Band terkenal, yaitu Ungu, Tercipta Untukku.
Malik tidak pernah bernyanyi di depan umum sebelumnya, hanya berkaraoke ketika Jojo sedang ada masalah atau mereka tidak ada kegiatan kantor. Ini adalah perdana memperdengarkan suaranya di depan banyak orang, selain bawahan Malik. Semua mata tertuju padanya dan Abel.
Abel ikut bersenandung mendengar lagu Ungu, Band favoritnya. Lagu yang menceritakan tentang ungkapan rasa cintanya pada kekasih, menginginkan kekasihnya menjadi satu-satunya yang ia cintai. Sangat pas dengan suasana romantis kali ini.
“Gimana jawaban kamu, Bel?” tanya Malik setelah selesai menyanyikan lagu untuk Abel. “Will you be a part of my soul?”
Abel tampak menimbang-nimbang, sesekali melihat ke arah Naura maupun Sinta. Semua orang yang melihat menyuruhnya untuk menerima. Abel semakin dilanda gugup. Dia belum pernah mengalami hal seperti ini. Menjadi tontonan banyak pasang mata, di saat menyatakan cinta.
“Yes, I will,” jawab Abel sambil tersenyum.Malik mencium tangan Abel yang ia genggam sebagai ungkapan terima kasih. Semua orang bersorak senang atas keberhasilan mereka menyiapkan kejutan untuk Abel.
Banyak menerima ucapan selamat, Abel dibuat kelimpungan saat berjabat tangan dengan teman-temannya.
#Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MaBeNi
Roman d'amourDari teman jadi cinta dan berakhir bahagia adalah impian dari banyak orang. Bagaimana jika seorang atasan dan pemilik perusahaan memperebutkan satu wanita? Siapa yang akan ia pilih untuk masa depannya? Pria tampan, mapan dan juga kaya atau pria be...