Abel mendengar gumaman Malik namun ia tak acuh, lebih baik menunggu hal yang pasti, yang mau berjuang dan tidak pengecut seperti Malik.
Memasuki rumah, melihat mobil bertengger di garasi sudah dipastikan jika itu mobil Roni. Abel melewati ruang tamu, tidak ingin bersay-hai terhadap Roni karena moodnya sedang tidak baik.
“Bel,” panggil Devan dari ruang tamu, lalu Devan menghampiri Abel.
“Iya,” Abel berhenti, berbalik melihat Devan.
“Ada Roni di ruang tamu, enggak ngobrol dulu?”
“Udah tau, mobilnya, kan, di depan. Aku mau mandi terus lembur. Banyak kerjaan yang aku bawa pulang.”
Devan mengusap puncak kepala Abel, seperti waktu kecil yang sering ia lakukan pada Abel. “Baguslah, biar besok bisa santai, kan? Besok Roni mau ngajak kamu kencan.”
“Lihat besok, deh, aku mau mandi dulu. Bilang sama Roni, ngomong sendiri emang enggak berani? Sampe Kakak yang harus ngomong ke aku.” Abel langsung menuju kamarnya, yang berada di lantai dua tanpa mau menunggu jawaban Devan.
🍁🍁🍁
“Ra, kemarin aku pulang dianter sama Pak Malik.” Abel dan Naura sedang makan siang, Sinta tidak ikut karena harus ke butik untuk mempersiapkan pernikahannya.
“Serius? Terus, terus?” Naura semakin semangat mendengar Abel diantar Malik. Tubuhnya semakin dirapatkan pada Abel meskipun terhalang meja makan.
“Yaudah, gitu aja.” Abel mengaduk-aduk milkshake strawberrynya sambil melihat ke arah lain, barang kali yang dibicarakan ada di sekitar. “Dia bilang kalo ada yang nyatain cinta ke aku, gimana? Aku jawab aja siapa, terus dia bilang ada orang yang cinta sama aku tapi enggak berani nyatain, aku bilang pengecutlah.”
“Jahara, ya. Emang siapa yang mau nyatain cinta ke kamu?” Naura penasaran, meskipun sudah tahu dari gelagat Malik saat ke tempat kerja Jojo, pasti melihat ke arah Abel.
“Dia bilang ada, gitu. Terus pas mau nutup pintu mobil, dia bergumam kalo dia yang cinta ke aku. Sengaja aku tak acuh ke dia.” Abel melihat ke sekitar lagi, “seorang pria itu memang udah hukum alam kalo harus memperjuangkan wanita, kalo dia enggak berjuang berarti emang enggak cinta.”
Naura hanya manggut-manggut mendengar penuturan Abel. Pria sejati itu harus mau dan mampu memperjuangkan wanitanya, wanita yang dia cintai, yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak. Bukan pria yang hanya bergaya bak selebritas, tapi perjuangan nol.
“Udah jam satu, nih. Balik, yuk!” ajak Abel, Naura masih ingin bersantai-santai menghindari laporan akhir bulan yang membuatnya beruban.
“Jam bisa berhenti enggak, sih? Perasaan cepet banget.”
Mereka bergegas, setelah membayar. Gedung kantornya berada di sebelah tempatnya makan, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali ke kantor.“Ada apa?” tanya Naura pada Jojo yang sedang memberikan pengumuman pada karyawan lain.
“Entar malem, kita diundang Pak Malik makan malam di kafe. Tidak boleh membawa pasangan. Ingat, tidak boleh,” ucap Jojo pada Naura dengan keras sampai Naura mengelap wajahnya.
Abel terlihat memainkan ponselnya, ada WA dari Devan bahwa nanti malam berkencan dengan Roni jam delapan di kafe_in. Roni akan menjemput Abel di rumah.
“Biasa aja, dong, ngomongnya, Comel,” ujar Naura sambil mengelap muka Jojo. Sebagai biang comel, Jojo mendapat predikat pria terlemes di divisi Malik. Ridwan dan Akmal pun anteng. Kalau wanita, Sinta-lah yang mendapat predikatnya. Jika Sinta dan Jojo bersatu, sudah seperti perang dunia ke sepuluh. Saling adu argumen, atau pendapat. Sayangnya, Sinta belum datang dari butik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MaBeNi
RomanceDari teman jadi cinta dan berakhir bahagia adalah impian dari banyak orang. Bagaimana jika seorang atasan dan pemilik perusahaan memperebutkan satu wanita? Siapa yang akan ia pilih untuk masa depannya? Pria tampan, mapan dan juga kaya atau pria be...