Malik merasakan luar biasa bahagia mendapat restu dari orang tua Abel. Dirinya selalu mengucap syukur atas kejadian ini. Bukan hal mustahil jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah berkehendak. Jadilah, maka terjadilah ia. Kekuatan doa yang Malik panjatkan setiap hari ketika di sepertiga malam, seusai salat wajib, zikirnya, semua Malik lakukan di samping usahanya meminta pada Jordan untuk merestui hubungannya.
Bisa menikahi Abel adalah impiannya semenjak dirinya mengenal Abel lebih dekat. Mengingat dulu, Malik selalu tebar pesona pada Abel secara tidak langsung.
“Ingat, enggak? Dulu, kan, Pak Malik selalu mondar-mandir ke tempat Jojo tapi matanya mengarah ke Abel. Benar, kan, Pak?” tebak Sinta.
“Pernah ngerjain kita juga. Diminta menyelesaikan laporan sebelum jam istirahat. Padahal laporan dibahas lusa,” sahut Naura.
“Oh, jadi begini atasan kita, anak-anak?” Jojo bersuara seperti alm. Pak Raden, yang berkumis tebal dan suka memakai bescap itu.
Semua tertawa termasuk Malik. Abel geleng-geleng kepala mengingat ia juga dikerjai Malik dalam hal membuat laporan.
“Kamu, ya, Mas.” Abel mencubit mesra Malik, gemas. “Jangan kayak gitu lagi, ih. Kalo suka, tuh, bilang aja ke orangnya langsung!”
“Kan, udah bilang dulu.” Masih sambil tertawa pelan.
Mereka sedang menikmati santap siang bersama ketika istirahat. Abel telah menceritakan semuanya pada Naura, Sinta dan Jojo. Mereka ikut bahagia mendengarnya.
“Minggu depan, ikut aku ke Karanganyar, mau enggak?” tanya Malik pada Abel.
“Aku doang?” tunjuk Abel pada dirinya sendiri.
“Kita boleh ikut, Pak?” sahut Sinta dan Naura bersamaan.
“Ha? Kalian mau ikut?” Malik terkejut mendengar Sinta dan Naura ingin ikut.
“Iya, Pak. Biar kalian enggak bisa macem-macem,” balas Jojo secara blak-blakan.
“Apa, sih.” Abel tidak terima jika dibilang macam-macam. Dirinya belum pernah dicium Malik selain kening.
“Sebentar, ya. Ibu telepon.” Malik mengangkat telepon dan menyingkir dari tempat duduknya.
Naura dan Sinta menggenggam tangan Abel. Mereka ikut senang atas hubungan Abel dengan Malik yang telah direstui keluarga Abel.
“Bel, terus gimana kemarin?” tanya Sinta, kepo.
“Gimana apanya?” Tangannya masih tergenggam, Abel hanya senyum-senyum saja.
“Kelanjutannya gimana? Apa bakal secepatnya?” Jojo ikut menimbrung.
Melepaskan genggaman tangan mereka, Abel membawa anak rambutnya ke belakang dan menjepitnya dengan rambut yang pendek.
Malik yang sedang telepon dengan ibunya tiba dengan kabar yang mengejutkan Abel dan membuat Naura dan Sinta tampak bahagia.
“Udah?” tanya Abel menoleh ke arah Malik.
“Udah. Ada salam dari Ibuk.”
“Wa’alaikumsalam.”
“Oh, iya, Bel. Minggu depan, kan ada tanggal merah, tuh di kalender. Hari jumat kalo tidak salah. Gimana kalo kamu ikut aku pulang kampung, Bel?”
“Huh? Aku ikut ke kampung kamu?” Abel benar-benar terkejut lagi.
“Aku ikut, boleh?” tanya Sinta.
“Aku juga,” sahut Naura.
“Kalo kalian berdua ikut, aku juga, dong.” Jojo ikut menyahut.
“Kok, jadi rame-rame pada mau ikut?”
Malik merasa ada yang tidak beres. Matanya memicing pada Jojo meminta penjelasan dengan menaikkan kedua alisnya.
“Kenapa tanya ke saya, Pak? Sinta yang mulai.”
“Biar enggak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama kalian belum halal,” jawab Sinta frontal.
“He, aku selama jadi pacarnya aja cuma dicium kening, kok,” protes Abel polos. Malik menyentil lengan Abel. “Apaan, sih? Kan, emang bener,” ucapnya.
“Ya, enggak harus diungkapkan juga kali, Bel.”
Semua tertawa kecuali Abel dan Malik yang terlihat malu-malu. Mereka sudah cukup umur untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, pernikahan. Tapi, cara mereka berpacaran masih seperti anak sekolah.
“Gimana, Pak?” tanya Naura memastikan.
“Boleh, buat teman Abel kalo di kampung saya nanti.”
🍁🍁🍁
“Assalamu’alaikum, Buk.”
“Wa’alaikumsalam, Le. Awan mau kenopo dipateni telepone?” (Tadi siang kenapa dimatikan teleponnya?)
“Kulo tesih ten kantor, Buk. Ngapunten, njih. Wau siang pripun?” (Saya masih di kantor, Buk. Maaf, ya. Tadi siang, gimana?)
“Opo koe seneng tenan karo wong kota? Ora wong kene wae ta, Le? Sik cedak-cedak karo Ibuk kene.” (Apa kamu suka banget sama orang kota? Enggak orang sini aja ta, Le? Yang dekat-dekat sama Ibuk sini.)
“Kulo tresno kaliyan Abel, Buk. Minggu ngajeng, badhe kulo beto wangsul kaliyan rencang-rencang kerjo, pripun?” (Aku cinta sama Abel, Buk. Minggu depan, mau saya bawa pulang sama teman-teman kantor, gimana?)
“Yo, sekarepmu wae. Karo wong kene wegah. Jane opo apike wong kota kui?” (Ya, terserah kamu saja. Sama orang sini tidak mau. Sebenarnya apa bagusnya sama orang kota?)
“Njih, pun. Minggu ngajeng kulo wangsul.” (Yasudah. Minggu depan saya pulang.) Malik tidak mau membuat Ibunya berburuk sangka terhadap Abel.
“Ojo lali, bayaran dinggo adikmu kuliah.” (Jangan lupa, bayaran untuk adik kamu kuliah.)
“Njih, Buk. Assalamu’alaikum.”
Malik langsung menutup telepon, tanpa menunggu jawaban salam dari Ibunya. Bukan malas, tapi Malik menghindari bertengkar dengan Ibunya. Jika berbicara tentang Abel, ujung-ujungnya disuruh sama orang setempat. Malik bukan tidak mau, namun ia tidak menemukan yang cocok untuk dirinya. Malik lebih cocok dan cinta ke Abel dari pada yang lain.
Bukan karena Abel orang kota dan Malik menginginkannya, bukan. Ia lebih pada ketertarikan saat melihat Abel tersenyum, berpendapat, dan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
Kesabaran dan kelembutan Abel menjadi nilai tambah bagi Malik. Ia menginginkan ibu dari anak-anaknya nanti orang yang sabar dalam membimbing dan mengasuh anak. Bukan yang tidak sabar dan pemarah.
Malik meminta data teman-temannya untuk memesan tiket, melalui pesan WA. Saat meminta pada Abel, ia malah ribut membawa baju yang mana saja. Dasar wanita, selalu meributkan soal pakaian dalam bepergian.
Abel mungkin tidak memikirkan dandanannya karena ia sudah cantik alami, yang Abel pikirkan adalah pakaian. Ia akan sangat rempong mengenai pakaian yang akan ia kenakan. Termasuk dalam tren masa kini. Ia tidak mau ketinggalan.
#Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MaBeNi
RomanceDari teman jadi cinta dan berakhir bahagia adalah impian dari banyak orang. Bagaimana jika seorang atasan dan pemilik perusahaan memperebutkan satu wanita? Siapa yang akan ia pilih untuk masa depannya? Pria tampan, mapan dan juga kaya atau pria be...