Bab 29 Persiapan Lamaran

117 9 0
                                    


Berbelanja untuk hantaran lamaran memang sangat menyenangkan, tinggal pilih, tinggal tunjuk, tinggal bilang, nanti akan dibayar oleh pihak pria. Seperti orang yang kalap, Abel membeli shortdress, sepatu hak tinggi dan flatshoes, tas bermerek, jam tangan, pakaian dalam, perhiasan, ada juga untuk Devan sebagai pelangkah, topi, kemeja pria berlengan panjang berikut kaos dalam warna putih, celana panjang hitam, sabuk, dan sepatu.

Abel sampai bingung membawanya karena saking banyaknya, Malik sudah menenteng kanan kiri, begitu pun dengan Abel.

Sudah pukul delapan malam, mereka makan di restoran biasanya, restoran jepang, kesukaan Malik.

“Makasih, Mbak.” Dengan senyum tulus, Abel berucap pada pelayan setelah pesanannya tiba. Ada Ramen, Sushi, dan ada Yakitori kesukaan Abel. Yakitori merupakan makanan yang ditusuk seperti sate di Indonesia, ada sayurannya, cara memasaknya dipanggang atau dibakar di atas api.

“Mau nambah menu lain, enggak?” Malik menawari Abel.

Abel hanya menggeleng karena sedang mengunyah Yakitorinya. Duduknya yang berada di sebelah Malik, Abel semakin mendekat dan memeluk lengannya saat melihat Roni sedang berjalan mendekat. Lebih tepatnya masuk ke restoran.

“Hai, Bel. Selamat, ya, kalian akan menikah.” Roni memberikan tangannya untuk mengucapkan selamat pada Abel.

Karena tidak ada tanggapan dari Abel, Malik yang menjabat tangan Roni dan memberikannya senyuman. “Terima kasih,” ucapnya.

Menarik tangannya lagi, Roni berpamitan untuk ke tempat duduk di mana di sana sudah ada yang menunggunya. Dunia sangat sempit atau Abel dan Malik yang hanya pergi ke mal terdekat? Saat ke mal Kemang selalu bertemu dengannya.

“Acara lamaran nanti, keluarga bikin makanan yang terbuat dari ketan, Bel, ada juga pisang raja, katanya emang udah wajib bawa begituan, gitu.” Malik berusaha mengalihkan pikiran Abel agar tidak terfokus pada Roni.

“Iya kah? Banyak banget, dong, nanti.” Abel menghabiskan Yakitorinya, lalu berucap lagi, “masalah foto Prewedd, gimana, Mas?”

“Iya. Foto Prewedd nanti setelah lamaran aja langsung. Waktu yang kita punya, kan tinggal berapa bulan lagi. Enggak banyak. Belum ngurus undangan, WO, baju pengantin, baju braidesmaids, masih banyak lagi, kan?”

“Iya, sih. Yaudah, Aku WA tukang fotonya dulu, ya.” Abel mengambil ponselnya dalam tas dan mengirim WA pada tukang fotonya.

Karena foto Prewedd yang Abel inginkan adalah simpel dan elegan. Didandani oleh Sinta dan masalah baju, Naura yang akan mengurusnya. Sedangkan Malik, akan dibantu oleh Jojo.

Abel menginginkan pernikahannya sakral, tidak terlalu banyak tamu undangan. Sehingga kesan sakralnya dapat. Tidak perlu yang mewah, asal nampak elegan.

🍁🍁🍁

Keesokan hari, Abel, Naura dan Sinta sedang mengunjungi Butik langganan Naura untuk menyewa gaun yang akan dikenakan saat foto Prewedd nanti. Malik akan menyusul bersama Jojo jika urusannya sudah kelar.

“Gaun yang ini keren, Bel,” tunjuk Sinta pada gaun yang berwarna merah cabai.

“Enggak, ah. Itu terlalu terbuka bagian belakangnya,” tolak Abel.

Abel berjalan menuju ke ruang tengah, ada desain baju yang sangat menarik mata Abel untuk melihat. Desainnya simpel, bagus, tidak terbuka karena ada blazer yang menutupi bagian pundak. Bagian depan dengan model rok ombak, dan pita di depan perut. Abel sangat menyukai gaun ini.

“Ra,” panggil Abel yang masih melihat gaunnya.

Naura yang sedang mengobrol dengan pemilik Butik menghampirinya. “Ada apa, Bel?”

“Yang ini aja bagus, simpel modelnya, Ra.”

“Bener? Enggak jadi yang kemarin aja?”

Kemarin Abel memilih gaun yang besar dengan layer belakang sangat panjang untuk digunakan sebagai tambahan dekorasi foto. Jika ada yang lebih simpel kenapa pilih yang ribet, prinsip Abel.

Malik datang dengan Jojo saat Butik akan tutup. Malik mencari jas yang cocok dengan Abel. Setelah melihat-lihat, ia tertarik dengan tuksedo berwarna hitam kebiru-biruan.

Segala persiapan untuk foto Prewedd telah 90%, tinggal pelaksanaannya saja. Soal tempat, Abel memilih Samarra Satay & Wine Resto, Kebon sirih. Tempatnya mengusung tema gothic ala Timur Tengah.

Untuk soal lamaran, Abel dan Malik akan mengunjungi WO yang merangkap acara pernikahannya esok hari karena hari ini sudah malam.

Setelah dari butik, Abel diantar pulang oleh kekasihnya, dan Naura diantar oleh Jojo. Mereka berpamitan karena beda jalur.

"Aku enggak jadi pesen gaun yang kemarin, Mas. Tadi ada yang lebih simpel, dan pas aku pake," adunya pada Malik. Saat mencoba tadi, kekasihnya itu belum melihat gaun yang ia pakai.

“Kita mau makan di mana?” tanya Malik ke Abel. Sinta dijemput pacarnya, sedang Naura diantar pulang Jojo.

“Makan apa, ya?” gumam Abel sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke dagu. “Lagi pengin nasi goreng kambing di Kebon Sirih, Mas.” Abel menunjukkan senyumnya yang manis.

“Jauh banget, ke sana.” Malik sedang menyalakan mobilnya.

“Kan, Abel bilang pengin.”

“Yaudah. Berangkat,” jawab Malik dengan nada ala sinetron komedi di televisi.

“Besok ke WO jam berapa, Mas?” Abel menyalakan musik pop.

“Sekitar jam sepuluh pagi aja, gimana? Nanti aku jemput.”

Abel manggut-manggut sambil menirukan lagu BCL, Cinta Sejati.

Cinta kita melukiskan sejarah

Menggelarkan cerita penuh suka cita

Sehingga siapa pun insan Tuhan, pasti tahu

Cinta kita sejati

Abel menyanyikannya tepat ditelinga Malik, agar ia tahu jika cinta Abel hanya untuk Malik. Malik hanya melirik Abel dan menutup telinga kirinya berpura-pura jika suara Abel cempreng, meskipun memang cempreng.

“Lagunya keren, ya, Mas? Pas banget sama kisahnya Eyang Habibi sama Eyang Ainun.” 

Abel membayangkan, sangat beruntung menjadi Eyang Ainun yang dicintai oleh Eyang Habibi, hingga cintanya menebar kebahagiaan bagi mendengar kisah mereka.

“Iya. Cinta sejati itu tiada akhir karena setiap hari terpupuk oleh rasa kasih sayang yang kita berikan pada pasangan.”

“Hem. Mudah-mudahan kita kayak Eyang Habibi dan Eyang Ainun, ya, Mas. Aamiin.” Malik juga ikut mengaamiinkan doa Abel.



#Tbc

MaBeNiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang