34. Telepon Masuk

11.8K 608 63
                                    

Seohyun berdiri di balik pintu kamarnya, tangannya menggenggam erat gagang pintu. Kedua matanya terpejam seraya mengangguk yakin. Perlahan tangannya bergerak turun menekan gagang pintu, lalu membukanya, lantas kembali menutupnya. Kepalanya menoleh ke samping, mendapati Kyuhyun yang baru saja keluar dari kamarnya. Ya, semalam mereka memang tidak tidur bersama. Dirinya memilih untuk sendiri dulu, begitupun dengan Kyuhyun yang pasti membutuhkan waktu untuk sendiri juga.

"Kamu mau sekolah?" tanya Seohyun, memperhatikan Kyuhyun yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

Kyuhyun mengangguk canggung, turut memperhatikan penampilannya.

"Kenapa gak izin aja?" tanya Seohyun, beralih menatap luka kecil di sudut bibir Kyuhyun yang sudah tidak terlalu membengkak seperti semalam.

"Eum.... aku gak mau ketinggalan pelajaran," jawab Kyuhyun asal.

"Kan bisa nanti aku jelasin ke kamu."

"Udah tanggung juga, kan?" timpal Kyuhyun sambil mengangkat kedua bahunya.

"Terus mau jadi perhatian orang-orang gara-gara luka di bibir kamu itu? Belum lagi kalo guru lihat, nanti disangkanya kamu habis berantem di sekolah."

Kyuhyun menyentuh lukanya yang masih sedikit terasa sakit. "Aw!"

"Udah diobatin lagi?" tanya Seohyun, menatap Kyuhyun khawatir.

Kyuhyun hanya menggeleng kecil sebagai jawabannya. Tanpa disangka tangannya langsung ditarik oleh Seohyun, masuk ke dalam kamar gadis itu.

"Duduk di sini." Seohyun mendorong pelan bahu Kyuhyun hingga pria itu terduduk di ranjangnya. Ia mengambil kotak P3K, mengeluarkan salep untuk luka lebam, lantas mengoleskannya secara perlahan tepat di luka Kyuhyun. "Pakai masker mau gak? Biar lukanya gak keliatan. Kalo ada yang nanya, bilang aja kamu lagi flu."

"Bohong dong?" tanya Kyuhyun, mulai tersenyum karena merasa lucu dengan ide yang dianjurkan oleh gadis polos di hadapannya. "Kata kamu bohong itu dosa."

Seohyun langsung terdiam, meletakkan kembali kotak P3K di atas meja belajarnya, lalu mengambil salah satu stok masker miliknya di dalam laci. "Bohongnya gak merugikan orang lain ini. Daripada kamu jadi bahan omongan orang. Iya, kan?" tanyanya, berbalik menatap Kyuhyun.

Senyum di wajah Kyuhyun semakin terlihat lebar, merasa senang karena secara tidak langsung Seohyun memikirkan dirinya. "Aku pikir kamu akan ngediemin aku," ucapnya lirih.

Seohyun berdecak kecil, kembali duduk di samping Kyuhyun sambil menyodorkan masker tersebut. "Ngediemin kamu karena kejadian semalem? Ya enggak lah. Aku kan udah bilang, aku gak mau ngambil kesimpulan di saat aku gak tau kejadian yang sebenernya. Jadi, aku akan nunggu penjelasan dari kamu."

Kyuhyun langsung menggenggam kedua tangan Seohyun, menatap dalam mata cantik itu. "Kamu.... percaya kan sama aku? Penjelasan yang nantinya akan aku kasih ke kamu."

Seohyun mengangguk seraya tersenyum kecil. "Aku percaya, karena kamu.... sahabat terbaik aku."

Kyuhyun turut tersenyum lembut, tangannya terangkat mengusap kepala sang istri. Perlahan wajahnya semakin mendekat ke arah wajah Seohyun.

"Udah jam setengah tujuh. Nanti kita terlambat," ucap Seohyun tiba-tiba, memalingkan wajahnya ke samping, berpura-pura melihat ke arah jam dinding. Ia bangkit berdiri, melirik Kyuhyun sekilas, lantas melangkah keluar dari kamarnya lebih dulu. Entah kenapa dirinya justru kembali merasa canggung dengan sikap Kyuhyun. Ia pun tak mengerti.

Menikah (TERBIT E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang