36. Bertengkar

11.1K 612 65
                                    

"Lepas!" ujar Seohyun tegas, menatap punggung Kyuhyun yang berjalan di depannya. Ia berusaha menarik pergelangan tangannya yang sedikit memerah dan mulai terasa perih. Air matanya tak berhenti mengalir, hatinya benar-benar merasa sakit atas perlakuan Kyuhyun padanya. Memang sebesar apa kesalahan yang ia lakukan dibanding kesalahan yang pria itu lakukan padanya? Rasanya ia ingin meneriaki Kyuhyun saat rasa tak tahannya sudah tak terbendung lagi.

"KYUHYUN LEPAS!!!" Seohyun berteriak seraya menghempaskan kuat tangannya yang digenggam erat oleh Kyuhyun dengan tenaganya yang tersisa.

Setan memang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Meskipun setan lebih lemah godaannya, tapi mereka tak habis akal untuk selalu menjerumuskan manusia dalam berbuat dosa. Kyuhyun yang sejak tadi menahan emosinya pun merasa disulut karena teriakan Seohyun. Ia berbalik, melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar, tanpa sadar tangan kanannya terayun ke atas.

Seohyun refleks memejamkan matanya kuat saat tangan kanan Kyuhyun terayun di depan wajahnya, namun setelah beberapa detik kemudian ia tak merasakan apa-apa. Ia memberanikan diri untuk membuka matanya, menatap tajam wajah pria yang hampir menyakitinya. "Kamu mau nampar aku? Silakan. Dan aku gak akan ngelupain itu," ujarnya dengan suara bergetar yang menandakan jika saat ini dirinya sangat ketakutan.

Deg!

Kalimat yang baru saja keluar dari bibir Seohyun seakan langsung menampar dirinya. Kyuhyun menatap kedua mata cantik itu yang kini menatapnya dengan sorot takut. Seketika bayangan wajah sang ibu langsung terpampang jelas di depan matanya. Sekalipun ia tak pernah melihat ayahnya mengayunkan tangan di depan wajah ibunya. Tapi kenapa dirinya bisa melakukan hal tersebut pada istrinya sendiri. Dari mana ia meniru hal tersebut? Apa imannya selemah itu, hingga dengan mudah setan mengendalikan dirinya?

"Astagfirullah hal adzim," gumam Kyuhyun, menurunkan tangannya, lantas mengusap wajahnya kasar.

"Siapa yang seharusnya marah di sini? Kamu.... atau aku?" tanya Seohyun di sela-sela isakannya.

"Ma—maaf.... aku...."

Seohyun memejamkan matanya sejenak, lalu kembali menatap wajah Kyuhyun dalam. "Mungkin.... aku terlalu bodoh karena percaya sama semua kata-kata kamu gitu aja. Seharusnya aku sadar, gak semudah itu kamu bener-bener mutusin hubungan sama perempuan yang aku juga tau kalo kamu masih cinta sama dia."

Seohyun berusaha menguatkan dirinya sendiri yang ia sadari saat ini begitu rapuh. Ia mengambil napas sejenak, lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Apa di sini aku yang jadi penghalang hubungan kalian?"

"Seohyun, kamu salah paham," ujar Kyuhyun langsung seraya mendesah pasrah. "Sekalipun aku gak pernah berhubungan sama dia lagi setelah hubungan itu berakhir. Bahkan rasa itu juga udah gak ada.... sedikitpun."

"KENAPA KAMU MASIH BERUSAHA UNTUK NUTUPIN KEBOHONGAN ITU DARI AKU?!!" teriak Seohyun di tengah rasa frustasi sekaligus muak dengan ucapan Kyuhyun yang seakan membela diri terus-menerus di saat pria itu memang jelas bersalah.

Untunglah keadaan rumah sedang sepi, hanya ada mereka berdua saat ini. Setidaknya pertengkaran dalam rumah tangga mereka tak akan diketahui oleh siapapun, terutama kedua orang tua mereka.

Kyuhyun memejamkan matanya, tak tahu harus bagaimana lagi untuk menjelaskan kebenaran itu pada Seohyun yang saat ini benar-benar terlihat sangat marah padanya. Ia mengeluarkan ponsel dari kantong celana jeans-nya, lalu mengutak-ngatiknya, lantas menyodorkannya ke hadapan wajah Seohyun. "Apa gara-gara ini kamu jadi kayak gini ke aku?"

Seohyun menatap layar ponsel Kyuhyun yang kini menampilkan log panggilan dari nomor yang dilihatnya kemarin malam. Apa sekarang Kyuhyun akan mengakui semuanya setelah pria itu sudah merasa terpojok oleh ucapannya?

Menikah (TERBIT E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang