Enam tahun kemudian ...
Erika : Ka, tolong jemput Ryo ya. Aku ada makan malam sama klien, dan Satrio masih meeting sama Papa. Thanks.
Berdecak kesal, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jas, Raka berjalan menuju ruangannya. Penat setelah meeting berjam-jam pun belum hilang, ditambah lagi Erika yang meminta tolong seenaknya. Menjemput Ryo-putra Rika-dari daycare.
Waktu pulang daycare tempat Rio dititipkan sebenarnya jam lima sore, tapi ada kelonggaran waktu untuk menjemput sampai jam tujuh malam. Jam tangan di pergelangan tangan Raka menunjukkan pukul lima tepat. Perjalanan ke daycare itu membutuhkan waktu empat puluh lima menit belum di tambah dengan kemacetan sore hari Jakarta. Raka langsung saja bergegas menjemput Ryo, keponakan satu-satunya yang ia sayangi seperti anak sendiri. Bukan kali ini saja ia bertugas menjemput Ryo. Bisa dibilang hampir setiap hari Rika memberinya tugas ini. Rika yang menikah dengan Satrio-pria pekerja keras pilihan Budiman-kini sudah tertular virus workaholic suaminya itu. Bahkan sepasang suami istri itu sudah berhasil membangun perusahaan sendiri selama hampir enam tahun umur pernikahan mereka. Ya, meski usahanya masih merintis dan belum bisa dibilang perusahaan besar.
Setelah hampir satu jam perjalanan, Raka sampai di Happy Daycare tempat Rio dititipkan. Raka sudah melepas jas hitamnya ketika turun dari mobil. Dengan hanya mengenakan kemeja slim fit lengan panjang berwarna biru dongker dan celana bahan warna hitam Raka masih saja terlihat menawan. Apalagi dengan jabatannya saat ini, yang sudah resmi menjadi CEO di perusahaan sang Papa.Raka adalah calon suami idaman bagi para wanita.
Ternyata masih ada beberapa orangtua yang baru menjemput anaknya, jadi bukan Raka saja yang terlambat menjemput. Melihat pasangan suami istri yang dengan kompak menjemput anak-anak mereka, membuat dada Raka berdenyut nyeri. Ia jadi mengingat pernikahannya dengan Meisha yang sia-sia. Seandainya saja ia tidak berlaku bodoh, mungkin ia dan Meisha sudah memiliki anak sekarang, yang kira-kira seusia dengan Ryo.
"Hati-hati Pak Raka!"
Terlalu asik melamun sambil berjalan, Raka tidak melihat batu kerikil di jalannya, hingga ia tersandung kecil dan sedikit terhuyung. Memalukan sekali, pikir Raka. Ia menoleh pada pemilik suara itu. Miss Feli, salah satu guru dari keponakannya yang berparas cantik. Raka tersenyum kecil dan sedikit salah tingkah.
"Om Laka," panggil seorang anak kecil yang tengah digandeng tangannya oleh Feli.
"Saya kira Ryo tidak dijemput, Pak. Tadinya mau saya antar ke rumahnya." lapor Feli pada Raka.
"Maaf, saya agak terlambat, karena tadi macet. Percuma juga di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Papi dan Maminya masih ada keperluan diluar," jawab Raka.
Feli mengangguk mengerti, lalu Raka pamit pulang bersama Ryo. Kalau orangtua lain akan berkomunikasi dulu dengan guru tentang perkembangan sang anak di sekolah, beda dengan Raka yang langsung bisa mengajak Ryo pulang, karena pihak guru akan menghubungi Rika secara langsung lewat telepon.
Berjalan menuju mobilnya, lagi-lagi Raka dibuat melow dengan pemandangan ayah, ibu dan anak yang bergandengan tangan. Meisha. Tak ada yang bisa membandingkan kerinduan yang ia miliki pada Meisha.
Penantian panjang Raka akan janji Meisha yang katanya akan menemuinya, membuat Raka mengerti arti kesabaran dan perjuangan. Raka berandai jika saja dulu ia menghargai kesabaran dan perjuangan yang Meisha lakukan untuk dirinya, mungkin semua takkan seperti ini. Raka percaya penantiannya ini tak akan sia-sia. Raka percaya Tuhan hanya menyuruhnya untuk lebih bersabar dulu. Ya, Raka percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Meisha ✔ (Tersedia Di UNINOVEL dan GOOGLE PLAY BOOK)
RomanceRaka menikahi Meisha hanya karena ingin mendapatkan warisan dari Ayahnya yang seorang konglomerat. Sedangkan Meisha bersedia dinikahi Raka karena ia mencintai sahabatnya itu sejak lama, meskipun ia tahu sejak lama pula hati Raka sudah menjadi milik...