7

27.6K 1.5K 103
                                    

Kertas berbahan tebal yang ukurannya tak lebih besar dari uang kertas itu, sedari tadi menjadi perhatian Raka. Rasha.co. Nama ini seperti familiar, ia pernah mendengarnya, tapi dimana? Raka kesulitan mengingatnya.

Voucher diskon untuk berbelanja di sebuah toko pakaian yang baru membuka cabangnya di Jakarta ini, ia dapatkan dari Feli. Saat kemarin Ryo menangis dan Feli yang menenangkannya. Kata Feli, pemilik toko ini rekan bisnis kakaknya sehingga ia mendapat beberapa lembar voucher diskon yang hanya bisa digunakan saat grand opening esok hari. Salah satunya yang diberikan kepada Raka ini.

Tok tok tok

"Masuk!" ucap Raka saat mendengar ketukan pintu di ruang kerjanya.

Rifki, sekretaris setianya sejak enam tahun yang lalu menyerahkan pekerjaan terakhirnya hari ini. Hari memang sudah sore, jam kerja pun sudah berakhir. Namun, Raka masih bersantai di sofa ruang kerjanya.

"Pak Raka saya pamit pulang lebih dulu," kata Rifki.

"Silahkan," jawab Raka seraya menyerahkan voucher di tangannya pada Rifki. "Ini untuk kamu."

"Buat saya Pak?" tanya Rifki setelah membaca secarik kertas di tangannya.

"Iya, sama ini." Kini Raka memberikan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu pada Rifki. "Dipakai ya, sayang kalau tidak dipakai. Kamu bisa ajak pacar kamu untuk belanja disana. Opening tokonya besok pagi. Dan itu uang tambahan dari saya. Anggap saja bonus untuk kamu."

"Wah terima kasih Pak," ucap Rifki senang.

"Oh ya Pak, ada informasi terbaru dari Bonar," ucap Rifki lagi.

"Bonar?"

Raka kira detektif hanya ada di cerita fiksi, dalam cerita sebuah novel, film atau bahkan serial kartun yang Raka tonton saat kecil dulu. Enam tahun lalu Rifki mengenalkan Bonar padanya. Katanya, Bonar bisa menyelidiki berbagai kasus sampai ke akar-akarnya, tentu dengan keahliannya mengorek informasi apapun termasuk informasi seseorang. Namun, hingga kini Raka belum bisa membuktikan apa yang Rifki katakan tentang Bonar, karena Bonar tak berhasil menemukan Meisha hingga beberapa tahun ia melakukan pencarian.

Apa mungkin Bonar kurang lihai? Pikir Raka.

"Soal pencarian mantan istri Bapak," ucap Rifki yang membuat Raka seketika menegakkan tubuhnya. "Bonar menemukan wanita yang mirip dengan mantan istri Pak Raka. "Tapi ... ."

"Tapi kenapa Rifki?"

"Tapi, wanita ini seorang model yang memiliki satu anak. Berbeda dengan ciri-ciri mantan istri Pak Raka."

Punya Anak? Model? Meisha memang bukan perempuan pemalu, tapi untuk menjadi model rasanya bukan passion Meisha. Begitu pikir Raka. "Apa ada data lengkap tentang wanita yang dimaksud Bonar ini?"

"Bonar belum menyelidiki lebih lanjut Pak. Karena ia sendiri belum yakin wanita ini adalah wanita yang Pak Raka cari. Selain itu dia perlu persetujuan Pak Raka untuk melanjutkan pencarian ini."

"Silahkan lanjutkan, soal bayaran Bonar tolong kamu urus. Katakan berapa saja. Saya akan bayar."

***

"Iya Mas, nggak apa-apa. Aku ngerti. Terima kasih ya Mas. Aamiin."

Fotografer kenalannya itu menghubunginya pagi-pagi sekali meminta maaf karena tidak bisa hadir di grand opening toko Meisha. Sayang sekali padahal mereka sudah berjanji untuk bertemu hari ini. Meisha juga berniat memberikan diskon spesial untuknya.

Keluar dari kamarnya Meisha masih mendapati putrinya merajuk pada Bima agar ikut menemaninya di acara grand opening pagi ini. Bima memang tidak bisa hadir saat pemotongan pita nanti. Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sehingga ia baru bisa datang  nanti saat jam makan siang.

Untuk Meisha ✔ (Tersedia Di UNINOVEL dan GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang