18

18.7K 1.1K 146
                                    

"Aku sungguh-sungguh mencintai kamu Mei." Suara Raka terdengar merendah. Begitu tulus tanpa mengandung emosi seperti tadi.

"Maaf Mei, maaf karena aku bukan sahabat yang baik untuk kamu, bukan ... ." Raka menghela nafas berat, "Bukan suami yang baik untuk kamu. Bahkan aku jahat, Mei. Aku sadar itu."

"Aku sadar kesalahanku begitu besar Meisha. Aku menyetujui perceraian kita, karena aku ingin memberi kamu waktu untuk sendiri.Tapi kamu mengambil jarak dan waktu yang begitu jauh dan lama Meisha. Selama itu aku benar-benar tersiksa, Mei," lanjut Raka menatap Meisha begitu dalam.

"Ini bukan semata-mata karena Illa. Aku mencintai kamu jauh sebelum aku tau keberadaan Illa. Dan aku semakin tidak ingin kehilangan kamu dan illa, buah cinta kita."

"Maaf Meisha, maafkan aku. Aku mohon beri aku kesempatan memperbaiki semuanya. Izinkan aku memulainya dari awal, kita bisa merawat dan membesarkan Illa sama-sama." Raka memohon. "Setidaknya pikirkan ulang niat kamu untuk menikah dengan laki-laki lain, Mei."

Meisha termenung, mendengar isakan diantara kalimat-kalimat yang Raka ucapkan. Hatinya tergetar mendengar pengakuan Raka tapi sayangnya, ia tak ingin mengulang kisah bersama Raka.

Suara usikan terdengar dari arah sofa, Illa sudah dalam posisi duduk tengah menggaruk kepalanya, dengan mata yang masih terpejam. Meisha langsung saja meninggalkan Raka dan menghampiri Illa. Lalu menggendongnya. Meisha harus berterima kasih pada putri kecilnya yang kembali menyelamatkannya saat berada di situasi sulit bersama Raka.

***

Tampan dan mapan, dua kata yang cukup menggambarkan pria yang baru ia kenal selama beberapa bulan ia tinggal di Jakarta ini. Namun, harus Meisha akui ia tidak mencintai pria yang ada disampingnya kini. Pria ini baik, penuh perhatian dan mencintainya, itulah alasan Meisha menyetujui ajakannya untuk melanjutkan hubungan yang seumur jagung itu ke jenjang pernikahan. Meisha merasa tidak perlu jatuh cinta, Meisha hanya butuh seseorang yang mencintainya.

"Saya jadi grogi, Mei," ucapnya tepat saat mobil yang ia kendarai berhenti di lampu merah.

"Grogi?" tanya Meisha pada pria yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu.

"Iya, grogi mau ketemu Syahilla," jawabnya seraya tersenyum.

"Tenang aja Mas, Syahilla itu gampang akrab kok sama orang yang baru dikenal. Pasti Illa juga langsung suka sama kamu, Mas."

"Seperti Mamanya, ya?"

"Maksud, Mas?" tanya Meisha tidak mengerti.

"Iya seperti Mamanya yang langsung suka sama Mas," ucapnya percaya diri. Meisha tersipu. Memang Meisha pernah berkata suka padanya, itupun sebagai balasan kata cinta dari pria ini.

"Oh ya, masih ada satu kali pemotretan lagi ya Mei di Minggu depan, katanya itu baju terakhir rancangan kalian, ya?" tanya pria itu mengganti topik.

"Iya Mas, akhirnya selesai juga. Padahal aku cuma desainer baru yang sedang beruntung aja di ajak berkolaborasi sama dia," tutur Meisha merendah.

"Tapi calon istriku ini sudah buktikan kemampuannya yang setara sama Flora Winata lho," balasnya memberi semangat.

Meisha tersenyum, "Bisa aja kamu Mas, oh ya Mas sendiri sebelumnya pernah kerjasama sama Mba Flora juga?"

"Nggak, baru kali ini. Hampir 5 tahun lamanya saya vakum di dunia fotografi. Setelah saya menikah, Baru satu tahun ini saya kembali aktif di komunitas, dan dapat tawaran bekerja sama Flora Winata."

Ya, pria disampingnya ini pernah menikah. Memiliki seorang anak seumuran dengan Illa dan bercerai satu tahun lalu. Begitu cerita yang Meisha tahu. Tidak terasa mereka sudah sampai di sekolah Illa. Meisha kemudian turun dari mobil dan membiarkan calon Papa Illa itu menunggunya didepan sekolah.

Untuk Meisha ✔ (Tersedia Di UNINOVEL dan GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang