12

21.9K 1.1K 30
                                    

"Ayo Ma, kita ke supermarket. Belanja, Ma. Itu isi kulkasnya kosong."

Illa menyibak selimut yang menutupi tubuh ibunya, lalu menarik-narik tangan Meisha agar segera bangun dari tempat tidur.

"La, itu lihat jam berapa? Supermarket jam segini belum buka sayang," jawab Meisha yang masih tidak ingin beranjak dari tempat tidur. Ia menunjuk ke arah jam dinding yang jarum pendeknya masih berada di angka tujuh.

"Tapi Ma, aku udah undang Ryo dan omnya buat makan siang disini. Mama harus masak, yang enak, yang banyak, Ma," jawab Illa.

Meisha seketika menyesali dirinya yang waktu itu mengizinkan Illa untuk membawa temannya kerumah. Yang akhirnya malah membuatnya repot seperti ini. Illa yang biasanya sulit sekali untuk dibangunkan saat pagi hari, apalagi seringkali ngambek dan tidak mau ke sekolah, kini bangun pagi-pagi sekali tanpa perlu Meisha membangunkannya.

Meisha jadi penasaran dengan wajah si Karyo itu. Jangan-jangan putrinya itu naksir, pikir Meisha. Bahaya, masih sekecil itu sudah pintar mengundang cowok ke rumah.

Meisha baru saja selesai membuatkan sarapan untuk Illa kala suara bel rumahnya berbunyi. Memberikan setangkup roti panggang berselai kacang dan segelas susu pada Illa yang tengah menonton televisi, Meisha lalu menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Raka?" Pekik Meisha setelah membuka pintu. "Kamu mau apa? Aku kan sudah bilang kemarin ...."

"Illa ada?" tanya Raka menyela kalimat Meisha begitu saja.

"Kamu itu mengerti bahasa manusia nggak sih?" tanya Meisha dengan suara pelan namun penuh penekanan. Ia tidak mau Illa mendengar. "Raka tolong mengerti. Aku janji aku nggak akan pergi lagi. Aku janji akan mengenalkan kamu pada Illa sebagai ayahnya. Tapi Ka, tidak untuk sekarang. Aku masih berpikir bagaimana caranya."

"Om Raka!" tiba-tiba Illa datang dan berdiri membelakangi Meisha, diantara Meisha dan Raka.

"Hai cantik," sapa Raka lalu berjongkok. Mensejajarkan diri dengan Illa. Sedangkan Meisha masih tak mengerti melihat pemandangan didepan matanya itu.

"Kok Om sudah datang sih? Ini kan masih pagi, Om. Aku kan undang Om buat makan siang." tanya Illa polos.

"Habisnya, Om gak sabar mau ketemu Illa," jawab Raka.

Illa tertawa kecil, lalu menoleh ke kanan dan kiri ke arah luar. "Ryo mana Om? Kenapa Om, cuma datang sendiri?"

"Ryo masih tidur, kalau Om bangunin pasti nangis deh," jawab Raka yang membuat Illa tertawa lagi. "Kenapa, kalau Ryo nggak ada, Om nggak boleh datang?"

"Boleh Kok Om, yuk masuk." Ajak Illa menuntun Raka melewati Meisha yang masih terpana begitu saja.

Namun beberapa langkah Illa berjalan, ia berhenti lalu menepuk pelan keningnya. "Oh iya Om aku lupa. Itu Mama aku, Om." tunjuk Illa pada Meisha yang tengah berkacak pinggang. "Mama sini kenalan dulu sama Om Raka."

Raka menahan tawanya. Putrinya lucu sekali, bagaimana bisa Meisha yang sedari tadi berdiri disana dilupakan olehnya. "Om sudah kenal kok," ucap Raka pada Illa.

Bibir Illa membentuk huruf O lalu mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu melanjutkan langkahnya menuntun Raka mengajaknya menonton televisi bersama.

***

Di hari libur ini sebenarnya Meisha ingin bermalas-malasan saja dirumah, mengingat jadwalnya yang padat di hari-hari sebelumnya. Ia juga berencana untuk tidak datang ke toko sama sekali, karena ingin dirumah saja menghabiskan waktunya dengan Illa yang baru pulang semalam setelah ia titipkan pada Cecil beberapa hari yang lalu.

Untuk Meisha ✔ (Tersedia Di UNINOVEL dan GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang