Satu-Gengsi

176 14 0
                                    

Hari ini tepatnya hari para penyair yang mengikut sertakan untaian kalimatnya, aku ikut bersuara. Jelas bukan bersuara seperti yang dalam kosa kata bahasa indonesia. Tepatnya, kucoba torehkan seulas cerita, sajak tak bertuah. Membuat sebuah kisah imajinasi antara aku dan dia.

"Pelajarannya kenapa susah begini sih" keluh salah satu temanku membuatku sedikit menoleh

"Lu nya aja kali bego" celetuk salah satu anak lelaki di kelas

Aku hanya menggelengkan kepala dan tertawa kecil yang melihat tingkah keduanya kini bak tom and jerry berlarian kesana kemari. Aku melangkah keluar kelas hendak menuju kelas Andre -saudaraku- mengambi buku geografi kemarin yang sengaja kutinggalkan di rumahnya untuk Ia kerjakan.

" ada?" tanyaku pada anak kelasnya

Mereka terdiam. Aku mengernyit heran. Lantas, aku berbalik pergi meninggalkan kelas tersebut. Namun baru saja aku berbalik seseorang menepuk pundakku kasar sambil menyodorkan sebuah buku. Milikku.

"Eh?"

Ia tak merespon lalu berbalik pergi meninggalkan aku yang mematung di depan pintu. Aku menatap bukuku bingung lalu ikut berbalik kembali menuju kelas. Sepanjang koridor aku meneliti isi buku tersebut.

"Bukan tulisan Andre" batinku curiga
Aku berjalan berbalik ke arah kelas Andre ingin menghampiri laki-laki tadi. Baru saja langkah pertamaku berbalik tiba-tiba bel pertanda jam pelajaran pertama dimulai berdering. Aku penasaran. Tapi, masa bodo amat. Sebentar lagi pelajaran geografi dimulai. Aku harus bergegas menuju kelas .

֍

Setelah bel istirahat berdering aku bergegas mempercepat langkahku menuju kelas Andre menanyakan apakah ini hasil kerjaannya atau entahlah siapa. Hampir saja Guru mencurigai aku, karna jawaban yang aku terima dari anak itu benar semua. Mana mungkin Andre bisa menjawab soal se-sulit itu.

"Andre mana?" tanyaku sambil mengatur nafas karna terburu-buru tadi
Dari dalam kelas, Andre keluar dari anak-anak yang tengah berkerumun di atas meja lalu berjalan menghmpiriku dengan senyum lebarnya

"Hei cousin, gimana PR nya? Dapet seratuskan?" katanya sambil menyengir di depanku

Aku mendelikkan wajah malas. "siapa yang ngerjain? Bukan elu kan? Gue curiga"

Dia tertawa hebat. "Loh gue kira lo udah tau Al, sekaligus kenalan sama yang ngerjain PR lu"

Aku mengernyit bingung. "Ma.. maksudnya?Dia?" kataku sambil menunjuk laki-laki yang duduk diujung kelas

Aku membulatkan mata lebar. "Di..Diaa?" batinku tak percaya
֍
"Lu kenapa si Al? keliatan bête gitu?"
Aku menghela nafas kasar memikirkan percakapan tadi.
Aku berjalan menghampiri laki-laki yang sedang memakai headphone tersebut, lalu membukanya paksa. Ia menoleh kearahku sambil memasang headphone nya kembali. Kesal melihatnya, lantas aku meneriakinya "kok lu bego sih mau aja disuruh ngerjain PR gua" dia mendelik tajam lalu kembali membaca bukunya tak menghraukanku. Sekali lagi aku meneriaki hal yang sama. Tiba-tiba tangannya mencengkram pergelangan tanganku lalu melakukan gerakan hingga singkatnya kami bertukar posisi. Aku duduk ia yang berdiri. Aku sedikit tergelak. "seharusnya gue yang mesti bilang itu. "kok lu bego sih ga ngerjain PR sendiri?" ujarnya tajam lalu melangkah pergi meninggalkanku yang diam mematung.

"Wah itu sih namanya pelecehan"

"lo samperin aja sih anaknya, suruh minta maaf bilang lu begitu kalo gak mau ancem deh"

Pulang, Pergi dan PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang