Tiba-tiba saja pergelanganku ditarik masuk menuju sebuah ruangan. Aku mengernyit kesal di perlakukan kasar seperti itu.
"Kenapa sih?" kataku sewot"Disini!" ujar suara yang amat kukenal tersebut. Buru-buru aku menoleh ke belakang untuk melihatnya.
"Elo?" kataku dengan suara setengah meninggi.
Tiba-tiba ia menghampiriku sambil membekap mulutku. Spontan aku menggigit tangannya membuatnya tiba-tiba terlunjak.
"Gila ya lo" ketusnya. Aku menatapnya dengan tatapan menantang
"Mana yang katanya mau minta maaf?" ujarnya sambil menyilangkan kedua tangan
Aku menatap dirinya tidak percaya "Banyak gaya ya lo ternyata".
Aku menghela nafas kasar. Masih dengan berdiri tanpa berkata sepatah kata untuk meminta maaf. Memperhatikan tingkah manusia satu ini. Semakin sering bertemu ternyata tingkah belagunya semakin meningkat."Masih gamau bicara? Oke," ujarnya dengan seringai penuh ancaman
"Oke-Oke" ujarku terpaksa kemudian menghampirinya. "gue minta maaf" kataku pelan
Tiba-tiba ia melangkah mendekatiku membuat jarak antara aku dan dia mungkin hanya berkisar 5 senti. Entah mengapa saat itu juga aku bisa mendengar degup jantungku sendiri. Sial keadaan macam apa ini? Aku diam mematung tak berkutik. Wajahnya semakin mendekatiku. Aku menutup mata takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Lalu, suara bisik melintas di telingaku.
"Mikirin apa sih? Bisa minta maafnya sambil bertekuk lutut depan gue?" bisiknya pelan membuatku tiba-tiba tergerak mengikuti ucapannya.
"gu..gue minta maaf" kataku tergagap.Tiba-tiba suara tawa memecah ketegangan. Tiba-tiba aku tersadar dari keadaan. Kenapa aku jadi nurutin ucapannya? Buru-buru aku bangun dan mengambil jarak mundur.
"ELO!!!" teriakku kesal. Pria itu masih saja tertawa terpingkal melihatku.
"Lo tau ga? Lo tuh kaya cewe yang di kutuk di cerita-cerita FTV yang disuruh apapun langsung nurut" ujarnya masih sambil tertawa terpingkal.
Kesal dengan ucapannya aku spontan menendang tulang keringnya, membuatnya berhenti tertawa dan merintih kesakitan. Aku tersenyum menang lalu pergi berlalau meninggalkannya.
Tiba-tiba ia memanggilku. Aku berhenti menatapnya sebentar. Berinisiatif untuk menjulurkan lidah padanya, namun kuurungkan melihat bahwa diriku lah yang berada di posisi tidak menguntungkan. Kulihat fotoku yang sedang bertekuk lutut berada di ponselnya. Aku berlari menghampiri dan hendak meraih ponselnya."Siniin ga handphone lu!" ujarku setengah memaksa sambil melompat meraih ponselnya.
Sayangnya tinggi badannya tak mampu kujangkau mau seberapa keras aku melompat. Aku terdiam. Menyerah akan keadaan sambil menatapnya."mau lo apa sih?" kataku sewot
Namun, ia malah berjalan melewatiku tanpa sepatah kata. "mau lo apa siiiihhhh?" aku menerikinya kesal karna tak di gubris seperti itu.
Ia berhenti. Lalu menoleh ke arahku yang sudah mulai berkaca-kaca. "apa yang lo bisa kasih ke gue, semaksimal dengan foto ini? Katanya sarkatis.
Aku meneguk salivaku bulat. "oke apapun yang lo mau gue kasih" kataku bergetar.Tanpa ba-bi-bu ia melanjutkan perjalanannya sambil berkata "gue pikirin nanti". Aku menghela nafas lega.
֍
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang, Pergi dan Perasaan
Teen FictionPulangmu untuk pergi. Pergimu untuk tinggalkan kenangan. Termasuk aku. Bayanganmu. Dan, segudang perasaan.