Samar-samar kudengar suara ribut diujung sana. Pelan-pelan kubuka mata dan menerawang sekitar. Putih. Aku berusaha bangun dari pembaringan, hingga tubuhku tiba-tiba di cengkram seseorang.
“Jangan memaksakan diri dulu Al!” katanya lembut sambil mengusap kepalaku pelan.
“Rey?” batinku membuncah.
Manusia itu terus menatapku. Menungguiku tiap malam. Bahkan tak jarang ia membacakan cerita-cerita singkat untuk sekedar meghiburku. Aku merasa bahagia. Seandainya Rey akan selalu berada di sini. Menghabiskan waktu bersama. Aku menggenggam tangannya. Ia menatapku bingung. Kemudian aku bangun dan melepas alat bantu bernafas.
“Al, hati-hati. Kamu udah gak papa?” katanya sambil membantuku memperbaiki posisi duduk. Aku mengangguk.
“Makasih, Rey. Aku tau aku terlalu egois.”
“Kenapa Al? Engga udah gausah mikir aneh-aneh lagi. Aku udah disini kan?” katanya sambil mengelus punggung tanganku. Aku menggeleng.
“Aku salah Rey. Aku terlalu egois untuk terus memikirkan perasaan aku sendiri. Sampe aku lupa bahwa ada seseorang yang masih ada disisi aku. Di masa ini.” Kataku parau
“Hei,hei.. udah gak usah terlalu di fikirkan. Enggak, kamu gak salah. Fokus sama diri kamu dulu sekarang, oke?” ujarnya sambil memelukku.
Aku mulai menangis lagi. Kali ini rasanya terlalu menyakitkan saja. Meskipun begitu, aku akan tetap bertahan dan terus berbahagia.
֍
Rey pergi mengurus administrasi. Langit masih mencerah. Aku menatap bayang diri dari tepi kaca. Menarik untuk pergi mengunjungi halaman luar kamar aku segera melangkah pergi. Sesampainya disana, kulihat rimbunan bunga berserakan. Lantas, kuraih salah satunya kemudian aku terduduk di salah satu bangku yang terdapat disana.
Semilir angin menggelitik pori pori leherku. Aku menikmatinya dengan memejamkan mata dan memeluk sebuah bunga. Sesekali menarik napas kemudian membuangnya. Mengingat bahwa hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mengingat bahwa ada pelajaran dibalik setiap kejadian.
Kita manusia hanya perlu menerima dan menjalani takdir itu. Mungkin kita hidup hingga hari ini, esok atau lusa. Entahlah. Karna kita juga tak bisa memprediksi bagaimana kehidupan kita esok. Aku membuka mata. Kemudian, beralih menapaki jejak di atas rerumputan.
Tiba-tiba bayagan yang sedari mengikutiku hilang ditelan kabut. Rintik air mulai turun menetes tepat di ujung hidung. Aku menengadah ke langit memperhatikannya. Makin lama rintikannya semakin deras. Aku kembali mengembalikan pandanganku. Namun, sebuah bayangan menaungiku. Aku kembali menengadah langit. Aku tetap bisa melihat rintikannya namun rintikan tersebut tak mampu mengenaiku. Aku tersenyum lebar.
Aku berbalik badan untuk melihat siapa yang datang. Tetapi ia segera menarikku dalam pelukannya dan berbisik.
“Dengarkan. Ini lagu alam paling merdu.”
Rey! Aku sudah menduganya.
“Resapi baunya. Bau tanah selepas hujan menenangkan fikiran.”
Lagi-lagi aku tersenyum mendengarnya.
“Injak kaki aku Al!” titahnya membuatku segera menginjak kakinya. Kemudian ia bergerak melangkah entah kemana denan posisi aku masih berada dipeluknnya dan kakiku melangkah mengikuti irama kakinya.
‘Kita udah sampe..” ujarnya.
Aku buru-buru melepas pelukanku dan melihat apa yang ada didepan mataku kini. Kulihat sebuah kantin makanan berada disana.aku tertawa kecil. Jadi dia membawaku kemari. Rey ikut tertawa melihat ekspresi sedikit kekecewaanku sepertinya. Sudah romantis seperti tadi, aku pikir dia akan membawaku ke tempat indah. Nyatanya ke kantin.
“Kenapa? Kok murung gitu? Kamu laperkan? Tadi perutnya udah bunyi gitu.” Katanya meledekku.
“Aku laper nih. Tadi aku lari-lari nyariin kamu. Eh gataunya di taman” tambahnya
“Huuuu... iyaiya” Sorakku padanya sambil memasuki kantin.
Setelah makanan siap di makan, tiba-tiba Rey meminta maaf.
“Aku minta maaf Al. Soal kejadian 3 hari yang lalu.”
Tiga hari?
Aku segera mengusap kepalanya pelan. “Udah, gak usah di pikirin.” Lalu ia tersenyum.
Selepas makan, kami kembali kebangsal. Sedangkan, Rey kembali mengurus administrasi dan pergi ke ruang hasil diagnosa lab. Andai waktu berhenti. Dan keadaan selalu terasa seperti ini.
֍
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang, Pergi dan Perasaan
Novela JuvenilPulangmu untuk pergi. Pergimu untuk tinggalkan kenangan. Termasuk aku. Bayanganmu. Dan, segudang perasaan.