Lima-Kemunculan

44 11 1
                                    

"Al!"

Aku menoleh mendengarnya. "iya Rin?" kataku.
Ia menghampiriku tiba-tiba. Aku mengernyit heran.

"kamu kenal ama reyhan?"

"reyhan?" ulangku tak paham

" iya tadi kamu ngobrol ama reyhan kan?" katanya dengan raut penasaran.

Aku mengangguk meng-iyakan ucapannya sambil meraih segelas air putih.

"ngobrol apa?" katanya lagi. Spontan aku tersedak mendapati pertanyaannya.

"Hah?" ujarku bingung. "Bukan suatu hal pentng sih, ya gitu aja" tambahku

Lalu ia berpindah duduk dengan posisi kini benar-benar berada dihadapanku.

"kamu deket sama reyhan kan? Kalo ga kamu, sodara kamu deh"

"ia terus?" kataku risih

"Deketin aku Al, " katanya polos. Aku buru-buru bangkit mendengarnya

"sori, gua bukan mak comblang" kataku sarkatis. Ia menahan tanganku

"Al" ujarnya memelas

Aku memejamkan mata sejenak. " lo demen?". Dia mengangguk semangat.

" Aku suka dia". Aku menghela nafas kasar.
"gua usahain dan gua ga janji" kataku sambil berlalu pergi.

" Makasih Al!" teriaknya padaku.

Suka? Secepat itukah dia punya perasaan? Segampang itukah ia mengatakan hal yang sensitif bagi kaum hawa? Tunggu! Lag pula yasudahlah untuk apa juga aku mempermasalahkan. Peduli sekali mau urusan suka atau tidak suka, toh itu urusan hati dia. Aku mempercepat langkahku. Berharap pikiran tadi terbuang jauh-jauh.

Latihan penampilan kali ini rasanya berat sekali untuk sekedar dilalui. Perlu tenaga dan usaha extra agar penampilan berjalan dengan maksimalkan di pembukaan Pekan Olahraga dan Kesenian nanti. Berat. Berat karena panas matahari yang begitu menyengat salah satunya.
"Ayo, Semangat!" Aku mengerlingkan mata mendengar ucapan para senior. Hingga beberapa jam kedepan, akhirnya waktu istirahat tiba. Segera aku berlari menuju tempat istirahat sambil merebahkan badan.

"Del, bagi minum" ujarku sambil menjulurkan tangan. Aku segera meneguk habis botol air mineral yang sudah tersisa setengah botol tersebut.

"Habis del, thanks ya" ujarku sambil mengangkat botol lalu memejamkan mata sambil menikmti semilir angina yang menerpa wajah. Merasa cukup, aku kembali membuka mata. Seakan tak percaya dengan apa yang kulihat dengan apa yang kulihat di hadapanku kini. Aku buru-buru bangkit berdiri hingga akhirnya membuat kepalaku tak sengaja terbentur batang pohon.
Sial! Aku salah tingkah. Siapa suruh wajahnya tiba-tiba berada tepat di hadapanku . mengagetkan saja. Dia malah tertawa kecil melihatnya. Spontan aku mendelik malas ke arahnya. Berusaha sekeras mungkin mempertahankan harga diri. Masa bodo jika dia bercerita tentang kecerobohanku tadi. Toh kita juga tak pernah saling kenal ini.
֍
Malam kedua sebelum acara di mulai. Hari ini cuaca memang sedikit buruk. Malam lumayan mengigil. Tapi ia latihan tetap saja berjalan. Sesampainya di lapangan, aku segera ke tempat dimana aku berdiam disana. Di deretan belakang, di bawah rimbun pohon bambu yang rindang sembari sesekali memeluk diri dan menggosok buku jari.

Pulang, Pergi dan PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang