BAB 11

13.5K 362 24
                                    

Aku masih berlindung dibalik selimut saat alarm terus saja memanggilku. Hujan deras membuat pagi hari ini menjadi lebih sejuk dari biasanya sehingga membuatku ingin berlama-lama berada ditempat tidur. Aku membiarkan alarm itu terus saja mengoceh.

Pria disebelahku sudah duduk manis memintaku bangun dengan suara lembutnya. Dia nggak tahu kalau aku sudah bangun dari tadi. Aku ingin tahu apalagi yang akan dilakukannya kalau aku nggak bangun-bangun. Dia mulai membelai rambut, berbisik lembut sampai mencium keningku untuk membuatku bangun.

"Aku udah bangun, mas" aku tersenyum dengan mata yang masih terpejam.

"Itu masih tidur namanya. Kalau udah bangun coba buka matanya" pintanya.

"Cium dulu" sambil menunjuk pipiku. Dengan cepat dia melakukannya.

"Kita sarapan tempat mama aja, ya" ujar mas.

"Hmm… Iya. Pasti banyak makanan disana" aku menarik selimut dan menutup seluruh tubuhku.

"Bangun… Kita harus berangkat lebih cepat kerumah mama agar bisa berangkat bersama ke rumah Tiara" mas mencoba membuka selimutku.

"Hmm… Iya" aku beneran masih ingin berlama-lama dibalik selimut ini.

Hujan masih terus turun pagi ini. Belum apa-apa aku sudah membayangkan hari ini akan sangat melelahkan. Memakai kebaya yang menurutku membuat gerah. Perkenalan yang juga butuh senyum sepanjang waktu. Belum lagi mempersiapkan telinga untuk berhadapan dengan Tante Mira. Drama apalagi yang akan terjadi hari ini.

Bulan lalu saat Hendra pulang diam-diam ternyata dia melamar kekasihnya, Tiara. Dia mendapat promosi jabatan dan harus pindah ke Surabaya. Dia berencana menikah terlebih dahulu baru pindah dengan membawa istrinya. Dan hari ini lamaran resmi untuk keluarga sudah di aturnya. Dia ingin pernikahannya dua bulan setelah lamaran. Dia sudah dewasa ternyata.

"Sayang" mas membuka jendela.

"Hmmm" arghhh, suara hujan dan dingin itu seakan membual untuk terus memintaku tidur kembali.

"Nadia…" mas ragu melanjutkan.

"Kenapa Nadia?" dengan tenang aku membuka mataku karena nama itu.

"Dia titip salam untuk kamu. Hari ini dia berangkat" ujarnya sambil duduk di atas tempat tidur.

"Waalaikum salam" jawabku.

Nadia tahu aku marah karena kedekatannya dengan suamiku. Bukan aku yang memberi tahunya. Mungkin suamiku yang cerita.

Dia datang ke rumah dan meminta maaf. Dia menceritakan semuanya kepadaku dan menangis karenanya, membuat kemarahanku hilang seketika. Nadia cerita bahwa istri pertama suaminya sudah tahu tentang hubungan mereka. Dan saat ini sedang menggugat cerai. Tapi suaminya tidak ingin berpisah dengan istri dan anaknya itu. Jadi saat ini Nadia dan suaminya sedang dalam masalah. Dia juga sudah berhenti dari tempat kerjanya. Tapi dia masih belum menceritakan ini kepada orang tuanya. Nadia juga cerita bahwa dia akan tinggal di rumah kerabatnya di Jakarta untuk sementara waktu. Mungkin dia butuh waktu untuk memikirkan semua yang terjadi kepadanya, sebelum dia mengambil keputusan-keputusan lain dalam hidupnya. Hanya dia yang tahu apa yang terbaik untuk dirinya.

"Terima kasih karena menjaga kepercayaanku. Kamu pria baik dan sangat baik. Aku minta maaf karena sudah salah paham. Itu karena aku nggak bisa mengendalikan kecemburuanku" bisikku. Aku duduk dan mendekat padanya. Aku sentuh wajahnya, saat aku menatap matanya aku tersenyum. Dia tampak sangat terkejut, kemudian aku memeluknya. Pagiku menjadi sedikit hangat.

Dia...NdraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang