Setiap hari di setiap pagi, alarm hp Mas selalu membuat rumah menjadi sangat berisik. Karena sang empunya tidak akan pernah terbangun oleh suara alarm pertama, kedua, dan juga ketiga. Alarm pertama di setting jam 4 pagi, alarm kedua jam 4.30 pagi dan alarm ketiga dijadwalkan jam 5 pagi. Entah apa faedahnya alarm di setting sampai sebegitu banyak tapi nggak juga bangun. Dan aku seperti pahlawan kepagian yang selalu mematikan alarm itu dan membangunkannya sendiri dengan tanganku. Saat aku mematikan alarm hp nya aku melihat notifikasi WA di hp Mas. Apa aku salah lihat? Karena mataku masih mengantuk. Dari Nadia. Sepertinya Nadia mengirim pesan saat Mas sudah tidur. Mereka ngapain? Apa yang Mas lakukan? Kenapa Nadia mengucapkan terima kasih? Apa mungkin karena mereka sudah lama tidak bertemu jadi mereka mencoba berteman lagi? Haruskah aku bertanya? Tapi apa nggak berlebihan aku bertanya cuma karena kata terima kasih? Oouhh, aku jadi penasaran.
Aku sudah mendapatkan izin Mas dari jauh-jauh hari untuk pergi hari ini. Hari ini aku memiliki reuni kecil dengan teman-teman SMA ku. Kami memutuskan Fountain jadi basecamp untuk hari ini. Gea muncul pertama kali. Karena dia juga yang mereservasi tempat. Gea, seorang Ibu Rumah Tangga dengan seorang putri berusia 5 tahun. Setelah itu muncul Kirana. Pegawai pemerintahan yang sibuknya luar biasa. Dikarenakan kesibukannya itu membuatnya lupa mencari pendamping. Waktunya banyak dia habiskan di kantor dan pesawat. Dalam seminggu bisa 2 atau 3 Kota besar dikunjunginya. Saat ini dia sedang berdinas di Medan. Jadi kami menyempatkan untuk bertemu. Disusul oleh Anggi. Anggi adalah single parent dengan 2 anak. She’s strong mom. Dia bercerai karena suaminya melakukan KDRT. Dia membiayai hidup dan sekolah anaknya dengan menerima tempahan kue. Dan kuenya beneran enak. Kemudian Lintang muncul, dan aku mengikutinya dari belakang. Dia tidak tahu aku mengekorinya dari tadi. Di tutup oleh Andini. Sang pengantin baru yang baru saja pulang bulan madu dari Bali.
Di sebelah meja kami, ada sekumpulan ibu-ibu yang sudah tidak muda. Sepertinya sedang arisan, karena aku mendengar sedikit pembicaraan mereka. Mereka sedang berada di tahap tidak memperdulikan telinga orang lain karena bicara dan tertawa dengan kerasnya. Mereka sedang merencanakan perjalanan ke Malaysia.
“Nggak ikut?” aku menyenggol lengan dan sedikit berbisik ke Lintang sambil menoleh ke arah ibu-ibu itu.
"Kemana?” Lintang bingung.
“Tuh, mereka lagi pada mau ke Malaysia. Berisik banget” aku kembali berbisik ke Lintang.
“Kamu nggak sadar, kita juga sama seperti mereka. Berisik. Lihat aja entar.” Lintang menegaskan.
Aku tersadar. Lintang benar. Baru saja dia selesai bicara, dan pada akhirnya kami juga sama seperti mereka. Namanya saja reuni kecil-kecilan tapi tetap saja berisik. Orang-orang disekitar kami juga pasti berpikir bahwa kami sangat mengganggu. Bicara dan tertawa tidak mau kalah satu sama lain. Volume suara yang berada di level tertinggi, ini membuatku tidak enak hati dengan pengunjung lainnya.
Kami tidak meletakkan kebaperan kami pada saat seperti ini. Dimulai dengan pemanasan membully Kirana karena kesendiriannya. Beralih ke sindiran terhadapku karena belum memiliki anak. Kemudian lanjut ke Anggi karena status jandanya. Sampai sang pengantin baru Andini juga kena giliran. Tidak satupun dari kami yang merasa terganggu. Mungkin karena kami membuka hati untuk teman dekat. Atau mungkin juga karena kami mengerti bahwa tidak ada niatan buruk dari diri kami masing-masing atas permasalahan orang lain. Entahlah, kenapa aku tidak merasa tersakiti.
Tidak terasa kami menghabiskan waktu tiga jam untuk bercanda, tertawa, foto, ngobrol ngalur ngidul yang tanpa ujung. Sama seperti saat SMA. Semua hanya tentang bersenang-senang. Aku memandangi wajah temanku satu per satu. Aku ingin kembali ke masa itu untuk sejenak, untuk mengatakan kepada teman-temanku bahwa 20 tahun kemudian kita semua akan baik-baik saja. Tidak ada di antara kita yang tidak memiliki masalah. Selama kita hidup masalah juga akan silih berganti hadir di dalamnya. Sekalipun kalian menghadapi badai yang mengerikan dan membuat kalian jatuh, bertahan dan hadapilah. Karena 20 tahun kemudian kita semua baik-baik saja. Kita saling menguatkan dan dikuatkan. Karena semua akan terjadi berdasarkan apa yang ada dipikiran kita.
Pergi ke toilet adalah yang paling kusesali dari pertemuan ini. Karena tanpa sengaja aku melihat Mas dan Nadia sedang makan siang di salah satu tempat makan di Mall ini. Aku berusaha meyakinkan mataku bahwa aku salah lihat. Tapi, berkali-kali aku memperjelas pandanganku dan semakin jelas bahwa itu Mas dan Nadia. Sedang apa mereka disini? Ada hubungan apa sebenarnya mereka? Pertanyaan-pertanyaan pagi tadi kembali memenuhi kepalaku. Aku berusaha mengendalikan emosiku saat kembali dari toilet. Aku tidak ingin teman-temanku melihat kegelisahanku. Aku kembali meyakinkan hatiku bahwa hari ini aku bahagia bisa bertemu dengan teman-temanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia...Ndra
RomanceDiandra merasa keluarga suaminya tidak menyukainya. Pasalnya selama sepuluh tahun menikah Diandra belum memiliki anak. Tidak hanya harus menghadapi masalah dengan keluarga suaminya. Kini Diandra juga dipusingkan dengan masalah mantan kekasih suaminy...