Four

186 22 2
                                    

Malam minggu yaa?

Aku update tepat waktu kan. Hehehe

.
.
.

Nayeon menurunkan helm nya saat ia sudah sampai di depan rumahnya.

"tumben lo jemput gue."

Sinis Nayeon yang entah angin dari mana, si abangnya yang mageran itu tiba-tiba menjemputnya pulang sekolah.

"pasti ada maunya kan." todong Nayeon pada kakak yang hanya berbeda 1 tahun itu.

"dih soudzon ajah jadi manusia."

"lu kan emang selalu mencurigakan. Ayo cepet bilang!"

Dengan cengiran lebarnya yang menyebalkan, Jaebum menjawab "cukup dandan cantik dan nanti malam temenin gue ke ultah temen."

Tuh kan bener, ada maunya.

Dengan dengusan kecil, Nayeon mengangguk, "kapan?"

"malam ini."

"HAH?"

.
.
.

Jae yang biasa nya akan meronta ketika dipaksa pulang, kali ini ia hanya pasrah-pasrah saja, meskipun pria-pria berbadan besar masih menyeretnya.

Entah apa yang ada dipikiran anak itu, Jae hanya malas untuk melawan kali ini.

"udah kan? Masih mau ngikutin gue?" tanya Jae sinis pada dua orang yang masih memegangi tangannya, ketika sudah sampai di depan sebuah rumah yang amat megah itu.

Mereka berdua pun sempat melempar kode menggunakan mata, dan kemudian melepaskan lengan Jae.

Tanpa basa basi dan tanpa sopan santun.  Park Jaehyung membuka pintu rumah megah tersebut dengan kasar dan berjalan cepat menuju sebuah ruangan.

Dibukanya dengan kasar pintu pada sebuah ruangan besar yang sudah amat ia hafal.

Park Jaehyung, manusia yang selalu bertingkah aneh dan menyebalkan di hadapan teman-temannya kini seolah memiliki sisi yang berbeda.

Matanya merah padam, seolah menahan kekesalan luar biasa. Dengan nafas memburu ia menatap seseorang yang kini tengah duduk di kursi kebesarannya itu.

"Duduklah. Mau minum teh atau kofee dulu?" tanya pria paruh baya itu sembari memegang gagang telepon. Ia bersiap menghubungi pembantunya.

Langkah Jae mendekat, "langsung ajah ke intinya. Apa mau ANDA?" iyah. Dengan jelas Jae menekan kata 'anda'

Pria parah baya itu nampak tak gentar dengan tatapan kebencian yang Jae layangkan. Padahal jelas-jelas dari awal Jae masuk, sikap anak itu sudah menunjukkan tanda-tanda peperangan padanya.

Ia tersenyum penuh arti.

"pulang lah." katanya yang terdengar lebih seperti perintah.

Jae tersenyum sinis, "pulang ke mana yang anda maksud? Karna rumah saya bukan di sini."

Pria itu mengambil sesuatu dari laci nya. Dan melemparkan ke atas meja beberapa lembar foto yang tercetak. Menampakan dengan amat jelas kegiatan Jae di sana.

Jae yang menjadi pelayan di rumah makan cepat saji.

Jae yang sedang menaiki motor besar di arena balap.

Hingga...
Jae yang bertanding tinju dengan lawannya.

Jaehyung tidak dapat menutupi keterkejutannya, meski ia tahu akhirnya pria di hadapannya itu cepat atau lambat akan mengetahui kegiatannya selama ini.

Sweet and SourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang