Nine

170 20 3
                                    

Nayeon memeluk buket yang dibelinya barusan. Dengan senyum mengembang diciumnya berkali-kali bunga itu. Soalnya wangi. Hehe

Sesuai janjinya, Nayeon memang berniat menjenguk ibu Jae malam sabtu ini. Hanya saja Nayeon datang sendiri, Jae tidak bisa menjemputnya karna satu hal.

Gadis Im itu turun dari taxi nya tepat di depan rumah sakit besar yang sebelumnya diberitahu Jae, kalau itu tempat ibunya dirawat.

Nayeon ke rumah sakit itu hanya menaiki taxi. Ngga mungkin ngajak kakaknya yang jelas mageran akut itu. Orangnya malah sekarang lagi sibuk main PS di rumah. Huh.

"Naaay.."

Nayeon segera menemukan sosok Jae yang mendekat ke arahnya.

"Udah lama?"

"Ngga kok, gue baru sampe."

"Yaudah ayo!"

Nayeon menurut saat tangannya digenggam Jae, yang entah mengapa membuatnya sangat nyaman.

"Bu, ini temen Jae. Namanya Nayeon." Bisik Jae pada telinga ibunya.

Nayeon masih diam memperhatikan. Karna sebelumnya ia terkejut jika wanita paruh baya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu ternyata bukan sakit biasa, tapi koma.

"Ha-hallo tante. Saya Im Nayeon. Salam kenal." Kata Nayeon sambil membungkuk hormat.

Jae tersenyum, "cantik ya mah. Tapi sayang...."

Nayeon memperhatikan Jae. Menunggu kalimat selanjutnya pria itu.

"Galak."

Bukk

"Awwww."

Nayeon tersenyum puas saat berhasil mendaratkan pukulan pada kepala Jae menggunakan bunga yang dibawanya.

"Tu mah mukul-mukul aku, galak kan." Adu Jae pada ibunya, yang jelas tak mungkin menyahut.

"Maaf ya tan, Jae nya duluan nih yang mulai."

Kemudian keheningan menyelimuti mereka. Hanya ada suara alat detak jantung yang menggema.

Nayeon sebenernya mau nanya-nanya soal ibunya Jae, tapi yaa ngga enak.

"Sebenernya nyokap gue udah koma lama."

Nayeon menoleh cepat pada Jae.

"Sorry, kalau boleh tau...nyokap lo sakit apa?"

"Gagal ginjal. Harusnya segera operasi, tapi dana yang gue kumpulin belum cukup." Lanjut Jae.

Nayeon terkejut. Ia memang sudah tau jika hidup Jae sangat sulit. Tapi ia tidak tau jika akan sesulit ini. Menyaksikan orang yang begitu dicintainya terbaring lemah, sedangkan kita tak bisa berbuat banyak.

Tanpa sadar Nayeon mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk bahu Jae. Maksudnya mau menguatkan.

"Gue ngga tau apa kata-kata gue ini membantu atau engga. Yang pasti, gue tau lo orang yang hebat, lo kuat Jae, lo pasti bisa melalui semuanya." Kata Nayeon tulus. Tulusss banget.

Jae cuma senyum, "makasih."

"Lo udah makan?"

Nayeon menggeleng. Sebenernya dia tuh sengaja ngga makan malem. Kali ajah kan Jae ngajak makan malem. Kaliiii. Nayeon sih ngga banyak berharap. Tapi boong kalo dia juga ngga ngarepin diajak makan malem Jae.

"Yaudah ayo Nay."

"Ha? Kemana?"

"Makan. Di kantin rumah sakit makanannya enak." Jae bangun terus bisikin sesuatu, "murah lagi. Ayo!" Katanya diakhiri dengan ketawa kecil.

Sweet and SourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang